10 | Gelisah

25 5 1
                                    

Suara halaman buku yang dibalik menjadi satu-satunya suara yang bisa didengar saat ini. Wangi khas sebuah buku tersebar di seluruh ruangan. Terdengar beberapa langkah orang-orang yang sedang memilih buku pada rak buku. Hangat suhu seseorang terasa di sebelah lelaki itu. Tangannya memang membuka sebuah buku. Tetapi matanya terarah pada seseorang di sebelahnya. Tidak terfokus sama sekali dengan buku yang ia pegang.

Dyan memang mengira ada sisi seperti ini dari Virsa. Apa lagi sebutannya sebagai si Introvert serta kacamata yang menambahkan vibe seorang nerd. Tapi ia masih sedikit terkejut dapat melihatnya secara langsung. Karena biasanya yang sering dilakukan Virsa di kelas adalah tidur, makan, atau bermain ponselnya. Yah, kata orang yang pernah melihatnya, Virsa biasanya bermain ponselnya untuk membaca novel.

Melihat Virsa yang terdiam dan fokus membuat Dyan merasa sedikit aneh. Padahal Virsa biasanya seperti itu. Dyan terlalu sering mendengar Virsa yang berisik. Mungkin Dyan sudah terbiasa dengan sisi Virsa tersebut.

"Siapa juga yang terbiasa."

Merasa menatap terlalu lama, Dyan mengalihkan pandangannya dan mulai membaca buku di tangannya. Seolah-olah ia tertarik sejak awal.

"Tapi kenapa de javu ya? Kayak gue pernah lihat Virsa baca sebelumnya. Tapi kapan?"

Tiba-tiba Dyan merasakan sentuhan di pundaknya. Ia arahkan pandangannya pada seseorang yang menyentuhnya. "Hai!" Bisik orang tersebut.

"Oh, Hai Mey," Bisik Dyan balik.

Mendengar sebuah interaksi di sebelahnya membuat Virsa menoleh. Ia melihat Dyan yang sedang berbisik-bisik dengan seorang gadis. Wajar jika berbisik-bisik, mereka di perpustakaan.

"Tapi emangnya harus ya sedeket itu?!" Dumel Virsa dalam hati.

Lagipula sejak kapan Dyan punya teman lain? Bukannya temannya cuman dua? Yah, daripada tidak punya teman sama sekali seperti Virsa sendiri sih.

Virsa berdehem menganggu interaksi mereka. Mendengar deheman Virsa membuat Dyan terdiam seolah-olah ia bisa merasakan ia telah melakukan kesalahan.

"Oh? Kamu ga sendiri Dyan?" Tanya Mey.

Dyan mengusap lehernya tidak gatal. "...Iya."

Gadis itu memasang muka sedih. "Yah.. Padahal mau tak ajak baca buku bareng!"

"Buta huruf kah? Makannya ngga bisa baca sendiri?" Ingin rasanya Virsa mengatakan hal itu di depan muka gadis itu. Padahal, ia sendiri sedang membaca bersama.

Dyan bisa merasakan aura panas di sebelahnya. "Haha... Sorry ya."

"Yaudah dah-dah Dyan!" Seru gadis itu sambil keluar dari ruang perpustakaan.

Virsa merasa kesal. Tak hanya karena Dyan yang menanggapi gadis bernama Mey itu, tetapi juga karena gadis itu yang bersikap seolah-olah ia tidak ada. Ia kesal. Ia ingin marah kepada Dyan maupun gadis itu.

Tetap kemudian ia menyadari. Hubungan mereka mungkin sepasang kekasih. Tetapi perasaan mereka tidak sama. Bahkan Virsa sendiri belum pasti dengan perasaannnya sendiri. Walau punya hak untuk marah pun, rasanya Virsa tidak pantas untuk itu. Ia menjadi sedikit lesu memikirkan hal tersebut.

Dyan terdiam dan berpura-pura melanjutkan membaca bukunya. Ia merasa jika ia berbicara sekarang, Virsa akan menghantamnya. Tetapi ia melirik Virsa yang bersikap aneh. Gadis itu bisa mengeluarkan emosinya melalui aura di sekitarnya. Atau mungkin Dyan yang terlalu peka. Ia menyadari aura Virsa yang terlihat sangat marah tadinya. Tetapi kemudian aura tersebut terganti menjadi aura sedih.

Menyadari hal tersebut membuat Dyan semakin gelisah. Ia tidak tahu harus bagaimana. Haruskah ia menjelaskan pada Virsa?

KRING!

Weirdos.حيث تعيش القصص. اكتشف الآن