16 | Bunda

14 3 2
                                    


"Harusnya aku yang ngomong gitu, Dyan," Celetuk Virsa mengungkit kembali pernyataan yang tadi dibahas.

Kali ini mereka sedang berada di kelas mereka yang sudah sepi. Tangan Dyan sibuk mengemasi barang-barangnya. Sementara Virsa sendiri duduk manis di sebelah Dyan menunggu lelaki tersebut selesai.

"Duh, rasanya jantungku mau meledak. Aku masih ga percaya. Kamu ngga habis kebentur atau gimana kan?" Cerewet Virsa Sumringah. Dyan hanya diam menyesali perbuatannya tadi. Padahal itu hanyalah perkataan dalam hati, malah keluar dari mulutnya.

"Kenapa aku ngga kepikiran ngomong gitu, ya? 'Nanti kalo aku buta aku ngga bisa liat kamu Dyan~' Harusnya tadi gitu."

Muka Dyan memanas seolah-olah demam kembali menyerangnya. Ia tidak kuat mendengar Virsa yang terus mengulangi pernyataannya.

Melihat hal itu membuat Virsa terkekeh geli. "LUCU BANGET SIHHH!!" Tidak kuat menahan kegemasannya, Virsa bangun dari duduknya dan menangkup muka lelaki di depannya.

"Ulang lagi dong. Tapi yang lebih jelas. 'Aku sedih nanti kamu ngga bisa lihat aku lagi' gitu cepet!"

"GUE NGGA PERNAH NGOMONG GITU YA!"

"TAPI ITU SUARA HATIMU KAN?!"

"KONTAK LO GUE GANTI JADI CEGER!"

"APA ITU?!"

"CEWE KEGEERAN!"

"HALAH KEPANJANGAN, PANGGIL AJA SAYANG!!"

Dyan menarik nafasnya dalam-dalam, menenangkan dirinya. Ia memejamkan matanya dan menangkupkan kedua tangannya layaknya sedang berdoa.

"A'udzu billahi minas-syaitanir-rajim..."

Virsa memasang muka kesal. Tangan kanannya yang masih menangkup pipi Dyan bergerak mencubit pipi pria tersebut. "Heh! Emangnya aku setan!"

"Oh, bukan? Kelakuannya mirip," Ketus Dyan. Ia memegangi kedua pergelangan tangan Virsa yang masih menangkup mukanya, meminta gadis itu untuk melepasnya.

Alih-alih melepas pegangannya, Virsa malah menguatkan cubitan tangannya, kali ini pada kedua pipinya. Dyan meringis kesakitan, "Aw! Aw! Stress, ya?! Orang sakit malah dianiaya!"

"Oh, orang? Kirain setan." Dyan menatap Virsa kesal setelah mendengar balasan sarkas itu. Ia memutar bolanya malas dan masih berusaha keras melepas cubitan gadis di depannya.

Bagaimana pun, Kekuatan Dyan yang telah sehat berbeda dengan ketika ia sakit. Virsa tidak sekuat itu untuk menahan perlawanan Dyan yang berusaha melepaskan diri. Akhirnya ia pun menyerah dan melepaskan cubitannya. Dyan masih mengusap pipinya meringis kesakitan.

"Katanya sedih kalo aku ngga bisa lihat kamu lagi?" Tanya Virsa kembali.

"Jangan ngubah-ubah pernyataan orang. Virsa Elviana."

Bukannya takut, Virsa malah makin tersenyum sumringah. Gadis itu punya segala cara untuk memutar semua hal menjadi hal yang positif. Terlebih lagi ini pertama kalinya Dyan memanggil namanya.

"IH KOK TAHU NAMA PANJANGKU?! KAMU UDAH SIAP MEMINANGKUH?!" Heboh Virsa.

Dyan menghela nafasnya kasar. "Stress."

"Udah jujur aja Dyan, ngga usah malu. Kamu udah prepare masa depan kita ternyata?"

"NAMA LO CUMAN 2 KATA PLEASE!"

Pemikiran halu Virsa semakin liar. "Kamu juga, tuh. Oh! Jangan-jangan kita emang berjodoh karena nama kita cuman dua kata? IH SO SWEET!!"

Tangan Dyan yang awalnya berniat untuk menggendong tasnya berpindah pada menampar dahinya. Ia mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya berapa banyak energi yang mau gadis ini uras darinya?

Weirdos.Where stories live. Discover now