LXXIX

5K 877 49
                                    

      Michael Leclair berdiri di hadapan pintu kamar rawat Rose Asmaralaya dengan degup jantung yang berdetak kencang.

      Kedua matanya terpejam. Apa yang harus ia katakan?

      Tangannya yang bergetar menyentuh kenop pintu sebelum napasnya tertahan saat perlahan pintu itu terbuka. Napas Mikael kembali terhela ketika melihat Rose sedang tertidur. Pria itu melangkah perlahan. Ia menjaga ruangan itu tetap hening sehingga Rose tidak terbangun karena sejujurnya kalau ia harus menghadapi Rose sekarang, ia tidak tahu harus mengucapkan apa.

      Mikael duduk di sebelah kasur Rose. Ia membuang pandangannya saat melihat luka-luka di tubuh dan wajah Rose. Kepalanya terlalu penuh dengan rasa takut dan bersalah. Bahkan untuk menatap Rose sekarang saja, Mikael tidak mampu. Pria itu melipat bibirnya ke dalam dan mulai merasakan matanya panas. Ada genangan air di matanya yang ia halau semampunya.

      Tidak. Ia tidak sanggup berada di sana, seperti yang ia duga.

     Saat Mikael berdiri dari kursinya, sebuah tangan memegang tangannya. 

      "Kamu di sini?" 

      Suara lemah Rose terdengar. Napas Mikael kembali berderu dan degup jantungnya bermaraton. "Mikael?"

      Mikael hanya menatap datar Rose yang baru bangun.  

      "Aku bermimpi? Apa aku bermimpi? Kamu benar-benar di sini? Aku menunggu kamu," kata Rose dan Mikael merasa ada yang mencubit hatinya. "Aku butuh kamu di sini, Sayang."

      "Go back to sleep, Rose," balas Mikael nyaris tanpa suara. 

      "Apa kamu akan pergi lagi?"

      ...

      "Maaf aku sudah rusak, ya, El. Maaf aku gagal menjaga anak-anak kita."

      Mikael membuang pandangannya. Semua ini terlalu menyakitkan.

       "Have some sleep," kata Mikael lagi.

       "Apa kamu berjanji kamu akan menemani aku?"

       "Iya," jawab Mikael setengah mati.

       "Kalau setelah kamu tidak ingin tidur di sebelah aku lagi, tidak apa-apa. Aku hanya mau kamu di sini," ujar Rose yang mencoba tersenyum.

       "Kenapa aku tidak ingin di sebelah kamu lagi?"

       "Aku tahu aku sudah kotor, Mikael. Aku tahu kamu butuh waktu. Aku sudah menjijikan untuk kamu—"

       "Cukup, Rose. Itu semua tidak benar." Mikael menggeleng. "Now let's sleep. Aku akan ada di sebelah kamu. Okay?"

        Rose mengangguk. Ketika Mikael ingin kembali duduk di kursi, Rose perlahan menggeser tubuhnya yang sakit itu, menyisakan sedikit ruang di kasur untuk Mikael. Ia kemudian menatap Mikael yang memandangnya dengan keraguan. 

        "Tidak apa-apa," kata Rose. 

       Dengan kesesakan di dadanya, Mikael berbaring di sebelah Rose. 

       "El?" panggil Rose dan Mikael hanya bergumam.

       "Boleh peluk aku?" 

       Tidak ada jawaban. Rose melirik Mikael lalu mendapati suaminya sudah terpejam. Rose tahu Mikael pasti belum tertidur. 

      Satu hal yang Rose tidak tahu adalah mengapa Mikael menolak memeluknya. 

***

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang