LX

13K 1.9K 300
                                    

         "Kamu kenapa bisa di sini, Lys?" Rose baru saja kembali dari fitting room saat mendapati Alyssa duduk di kursi tamu Bian sambil menyedot sekotak jus jeruk kemasan.

         Alyssa terlihat sedang menggambar di iPad-nya sebelum mendongak kepada Rose.

         "Hai. Michael meminta aku menemani kamu di sini," jawab Alyssa santai.

         "Hah? Untuk apa sih? Kenapa kamu mau-mau aja disuruh dia?" tanya Rose dengan bingung sekaligus terkejut.

         Alyssa menutup iPad-nya lalu menatap Rose dengan malas. "Dia bilang kamu kayak orang pusing waktu turun mobil. Terus tadi kamu bilang ke aku, kamu tidak mau menyetir karena pusing. Jadi, ya sudah, aku temani kamu hari ini. Jangan menolak."

        "Tidak perlu, Lys, aku tidak apa-apa. Banyak pikiran seperti biasa saja," kata Rose yang menghembuskan napas berat dan mengambil duduk di sebelah Alyssa. Wanita itu memejamkan matanya.

         Ia menyadari ia telah menyakiti hati Mikael dan ia mulai menerima jika saat ini pria itu bersikap tidak acuh. Namun, melihat Alyssa di sini, Rose berpikir, apa ini artinya Mikael masih peduli?

         "Kamu ini sama Michael ada apa sih sebenarnya? You two definitely have something. Dia sepertinya peduli sekali sampai menyuruhku menemani kamu."

         Rose tidak menjawab. Alyssa menunggu beberapa saat tetapi Rose tidak juga bersuara. Ia melirik jam tangannya. Sudah lebih dari sepuluh menit mata Rose terpejam di balik kaca mata hitam wanita itu. Hah? Dia tertidur? pikir Alyssa.

         "Kak, kamu tidur?" tanya Alyssa sambil menepuk pundak Rose. Ia membelo ketika Rose tidak juga bangun.

         "Kak, kamu kalau pingsan jangan di sini. Aku bingung bawa kamu." Alyssa mengguncang pundak Rose sehingga kakaknya itu mengerang sebal.

         "Ih, aku ngantuk, Lys. Kamu kalau mau pulang telepon Mikael lagi saja, dia pasti akan jemput kamu," kata Rose membuat Alyssa semakin bengong.

         Alyssa menggeleng heran. "Dasar aneh. Kamu pikir kamu Princess Diana yang tiba-tiba ketiduran waktu duduk?"

***

         "Selamat pagi, Pak Michael. Ada Pak Raeden Agratama dari Agrata Hotels Group ingin bertemu tapi belum ada janji. Bagaimana, Pak?" 

         Suara Tyler di interkom terdengar panik, tetapi Mikael justru tersenyum miring. "Biarkan dia masuk ke ruangan saya."

         Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka. Raeden melangkah cepat di ruangan kerja Mikael yang besar dan dengan cepat menarik Mikael berdiri. Ia langsung melayangkan pukulan dan menjatuhkan Mikael di lantai. Pria itu terlihat sangat murka. 

         "Gara Land and Rose? What the fuck are you doing?!" Raeden berteriak ketika ia mendunduk sambil mencengkram jas Mikael. 

         Mikael tertawa kecil sehingga darah di bibirnya mengalir semakin banyak. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan sejak awal."

          Raeden semakin meletup. Pria itu melepaskan tinjuan di rahang Mikael dan kali ini mendapat balasan. Mata pria itu membelalak saat Mikael tidak berhenti sampai situ saja. Mikael berdiri dan menariknya ke dinding lalu meninjunya tanpa jeda. Tidak ada kesempatan yang Mikael berikan untuk Raeden membela diri.

         "Stop the wedding," ucap Mikael dengan suara rendah saat menahan leher Raeden. 

         "Why should I? Untuk apa tanganmu ikut mencampuri hubunganku dan Rose, Asshole?" tanya Raeden lalu menyerang Mikael dengan pukulan.

Fleurs Séchées | The Golden Shelf #1 [RE-WRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang