25. BALKON DAN CERITANYA

15 0 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

25. BALKON DAN CERITANYA

Tidak ada lagi antar jemput. Nuala pergi dan pulang dari Kopi Tujuh Belas seorang diri. Biasanya ada Zio yang mengantar, bahkan ketika Nuala pergi menggunakan taksi laki-laki itu akan mengawal dari belakang menggunakan motornya.

Sekarang Zio sibuk dengan pacar barunya, sehingga Nuala sudah tidak lagi menjadi prioritas utama. Sementara ini akan terasa sepi dan aneh, namun Nuala yakin ia akan cepat terbiasa dengan keadaan ini.

"Bos kecil, mau kalibrasi nggak?" tanya Andre, karyawan Kopi Tujuh Belas.

Nuala yang sedang mengatur peralatan untuk kasir menoleh ke arah laki-laki yang tiga tahun lebih tua darinya itu.

"Enggak deh, Bang."

"Yakin? Nggak nyesel nih kalo gue yang kalibrasi?" Andre berbicara dengan nada jahil.

"Enggak, Bang Andre aja. Gue takut rusuh kalo kalibrasi," kata Nuala.

"Biasanya juga aman kalo lo kalibrasi."

Reno yang baru saja muncul dari pantry–sembari menggunakan apron–lantas bersuara, "Lagi patah hati, Bang, jadi takut nggak optimal kalibrasinya. Nanti salah takar malah ngerusak taste."

"Bisa patah hati juga, Al?" kekeh Niko, teman sesama karyawan yang usianya sepantar dengan bang Diko.

"Ya bisa," jawab Nuala lesu.

"Pulu-pulu mana yang menyakiti lo, Bos kecil?" tanya Andre bercanda.

"Gangguin terus aja adek gue," sahut Diko yang sejak tadi duduk di meja dekat meja bartender sembari menghadap laptop yang menyala, sepertinya sedang mengurus skripsi.

"Tauuu nih," ucap Nuala lalu mendengus pelan. "Lagian kenapa hari ini bukanya sore doang sih, Bang? Terus kenapa satu shift jadi rombongan begini?"

"Nggak rombongan ah, masih minus Alan, Rama sama Gina," kata Eca, staff pastry.

"Mereka izin hari ini," kata Diko.

"Bos, mending adek lo diubah shift-nya jadi bareng Alan. Siapa tau mereka cocok. Mumpung Alan juga masih sendiri," ucap Niko kepada bosnya yang seumuran.

"Apa sih main jodoh-jodohan," ketus Nuala.

"Setuju sih gue apa kata bang Niko, biar lo nggak galau mulu," kata Reno mengompori.

"Siapa yang galau?" sahut Nuala cepat. Matanya melotot ke arah Reno, tidak terima. "Lo jangan ada-adain yang nggak ada dong, Ren."

Reno terkekeh pelan dan menyatukan tangannya (🙏) tanda ia memohon ampun kepada Nuala. Tangannya juga bergerak seperti sedang menarik resleting di mulut dan membuang kuncinya ke sembarang arah agar tidak bisa ditemukan.

"Bang, kalo boleh jujur nih ya jadwal bikinan Abang jelek banget," ucap Nuala jujur kepada Diko, abangnya.

"Ya kan gue cuma ikutin apa mau kalian. Mau masuk pagi atau sore gue ikut aja yang penting kalian berangkat kerja," balas Diko apa adanya dan tidak mempermasalahkan susunan jadwal kerja yang telah ia buat.

Niko menggeleng pelan dengan senyum jenakanya. Ia mengenal Diko karena dulu sempat bertemu di sebuah acara sekolah dan berteman hingga sekarang, ia tidak heran lagi kalau temannya ini super duper santai dan tidak ribet.

"Ada gitu ya orang punya usaha terus bikin jadwal sesuai keinginan karyawannya," celetuk Andre menyulut gelak tawa yang lain.

"Pengertian banget emang Bos kita ini, meratukan karyawannya," ucap Eca mengapresiasi dengan tepuk tangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now