03. NGGAK PEKA

58 13 2
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

03. NGGAK PEKA

Tau sendiri kan seberapa jengkel orang yang lagi ngantuk banget, tapi tiba-tiba dibangunin secara paksa terus disuruh jemput orang, apalagi cuacanya panas banget padahal sudah sore.

"Kok lama banget sih?" kesal Nuala mengentakkan kakinya kesal ke aspal.

"Bersyukur lo masih gue jemput ya, Al," sahut Zio kesal setengah mati. Bukannya dapat ucapan terima kasih malah diomelin.

Nuala mencebikkan bibirnya, kemudian naik ke jok belakang motor vespa berwarna putih. Motor ini kesayangannya mama Zio.

"Lo kenapa baru balik?" Zio bertanya agar suasananya tidak terlalu sunyi.

"Tadi nunggu Rey selesai ekskul basket dulu," jawab Nuala apa adanya.

"Terus lo mau gitu nungguin dia sejam ending-nya cuma dianter sampe depan cluster?" Zio tersenyum sinis.

"Ya mau gimana lagi? Rey juga tadi udah bilang ke gue, dia harus buru-buru pulang."

"Ala, Ala. Mending tadi lo pesen ojek online, tinggal duduk anteng sampe depan rumah. Gue juga enak bisa lanjutin tidur, nggak ribet jemput lo segala."

Mata Nuala melotot mengarah ke spion dan tepat sekali Zio sedang melihat ke arah spion juga. "Jadi lo nggak ikhlas jemput gue?"

"Nggak!"

"Gue aduin tante nanti," ancam perempuan itu.

"Gue aduin abang lo. Biar dianter jemput sama abang lo sekalian. Mau lo?"

Nuala langsung kicep. Lebih baik Nuala jalan kaki daripada diantar jemput abangnya. Nuala masih canggung kalau bertemu abangnya, karena baru mengenal lima tahun terakhir. Ditambah abangnya itu sangat posesif dan hanya percaya kepada Zio.

"Dia juga abang lo, Yo, anyways," ucap Nuala mengingatkan tentang fakta itu.

"Iya abang gue juga, tapi kan saudara jauh banget."

"Intinya kan masih saudara." Nuala tetaplah Nuala, tidak mau kalah jika sudah beradu argumen.

"Iya, masih saudara itu artinya lo juga saudara gue. Makanya jangan banyak nyusahin gue!" pungkas Zio.

"Emang nggak boleh nyusahin saudara sendiri, Yo?" Suara Nuala terdengar saat lugu saat bertanya seperti itu.

Laki-laki itu hanya bisa menghela napas berat. Lelah sekali meladeni Nuala yang ahli sekali membuatnya kesal.

"Lo ngoceh lagi gue turunin di sini."

Ancaman itu sukses membuat Nuala terdiam. Rasanya lega sekali bisa membuat Nuala diam. Zio sangat bersyukur telinganya tidak semakin pengang.

"Bilang apa?" Zio menagih ucapan terima kasih sembari membantu Nuala turun dari motor.

"Makasih Zio, makin sayang deh!" Nuala menepuk kedua pipi Zio dua kali menggunakan tangannya.

"Sama gue juga."

•••

Jam digital di kamar Nuala sudah menunjukkan pukul 06.30 PM, yang artinya Nuala harus pergi ke Kopi Tujuh Belas, coffee shop yang dikelola oleh abangnya. Nuala bukan mau nongkrong, tapi melaksanakan pekerjaan paruh waktu.

Untuk memastikan penampilannya sudah oke, Nuala berdiri mengarah ke standing mirror. Perempuan itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Looks-nya hari ini cukup simple.

520 MEANINGSحيث تعيش القصص. اكتشف الآن