08. MISKOMUNIKASI

42 11 5
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

08. MISKOMUNIKASI

Sejak kemarin Nuala belum bertemu dengan Zio lagi. Semalam sebelum tidur, Zio mengirim pesan yang berisi pagi ini dia akan berangkat bersama Jia. Jadi, Nuala tidak bisa nebeng laki-laki itu seperti biasanya.

Nuala tidak masalah kalau harus berangkat sendiri ke sekolah. Sudah lama juga Nuala tidak naik angkutan umum.

Tin tin! Bunyi klakson motor yang sangat familiar itu membuat Nuala menghentikan langkahnya di depan gerbang SMA Mahanta.

"Tunggu di sini sebentar aku mau parkir motor dulu," ucap Rey dan dibalas anggukan oleh Nuala. Motor besar laki-laki itu kembali melaju pelan menuju parkiran di belakang gedung sekolah.

Menurut apa kata Rey, Nuala berdiri di depan gerbang sembari menunggu pacarnya kembali. Ada banyak hal yang ingin Nuala bicarakan dengan Rey. Nuala tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Maaf ya lama," ucap Rey setelah menghampiri Nuala.

"Nggak pa-pa. Aku mau ngobrol sama kamu boleh?"

Rey menganggukkan kepalanya. "Kita cari tempat yang nggak terlalu rame ya biar enak ngobrolnya."

Nuala mengikuti langkah Rey yang membawa mereka ke gazebo dekat kantin. Kalau pagi-pagi seperti ini belum banyak yang nongkrong di gazebo, jadi mereka bisa mengobrol di sini.

"Sebentar, Al." Rey membuka tasnya, mengeluarkan kotak bekal dan diberikan kepada Nuala.

"Ini apa?" Nuala menatap pemberian Rey dengan kening yang mengerut karena bingung.

"Dari mama, kemarin kamu ngobrol sama mama di telepon kan? Katanya kamu kangen sama masakan mama."

"Kok kamu tau?" Nuala membuka kotak bekal itu dan melihat masakan rumahan ala mama Rey.

"Mama cerita tadi pagi." Rey tersenyum dan tidak lupa memberikan air mineral yang ia beli di jalan tadi untuk Nuala.

"Kamu mau ngobrolin apa tadi?" tanya Rey kembali ke topik utama alasan mereka datang ke sini.

Nuala mendongakkan kepalanya dan menatap sepasang mata hitam legam milik pacarnya. Nuala berdeham pelan kemudian bertanya, "Di antara semua prioritas kamu, apa aku jadi salah satunya, Rey?"

Tanpa basa-basi Nuala mengawali harinya dengan pertanyaan berani itu. Nuala sudah siap dengan apa pun jawaban yang akan diberikan Rey. Lebih baik ia tahu dari sekarang agar bisa mempertimbangkan hubungannya dengan Rey. Meskipun Nuala tidak ingin kehilangan Rey, ia berhak tahu posisinya di hidup Rey itu penting atau tidak.

"Nuala, aku sayang sama kamu." Alih-alih menjawab, Rey malah mengungkapkan perasaannya.

"Bukan itu jawaban yang aku mau. Kamu cukup jawab iya atau enggak." Nuala mengunci tatapan Rey.

"Kalo kamu bukan prioritas aku, buat apa aku masih sayang sama kamu, Al? Emangnya semua yang aku lakuin selama ini belum cukup buat buktiin perasaan aku ke kamu?" Rey sepertinya tersinggung dengan pertanyaan Nuala. Nada bicara laki-laki itu mulai terdengar tidak enak.

"Rey, aku tau perasaan kamu. Aku juga enggak ngeraguin effort kamu selama ini kok. Aku cuma pengin tau apa alasan kamu selalu nolak setiap aku ajak main ke rumah. Terus kenapa kamu selalu turunin aku di depan cluster? Kamu juga nggak pernah bisa dihubungin kalo lagi di luar. Seakan-akan aku bukan prioritas di hidup kamu." Nuala mengeluarkan isi hatinya yang tertahan selama ini.

"Kalo alasan kamu sibuk, semua orang juga sibuk, Rey. Balik lagi ke orangnya, mau luangin waktu sebentar buat komunikasi atau enggak. Sesimpel itu."

"Jangan chilldish bisa? Aku nggak suka kamu ngerasa paling tersakiti kaya gini. Hidup aku bukan cuma tentang kamu, Nuala," ucap Rey sembari bangkit dan berniat untuk meninggalkan Nuala.

520 MEANINGSHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin