13. SOSOK NUALA ANDHIRA

26 7 6
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

13. SOSOK NUALA ANDHIRA

Hubungan Nuala dengan papanya tidak baik semenjak ada masalah keluarga beberapa tahun silam. Nuala kecewa orang yang menjadi cinta pertamanya memilih meninggalkan istri dan anak demi perempuan lain. Setiap bertemu pun selalu menuntut hal-hal yang membuat Nuala tertekan. Memberi nafkah saja tidak, tetapi masih menyuruh Nuala melakukan ini dan itu untuk memenuhi ekspetasi beliau.

Salah satu alasan Nuala part time di kafe milik bang Diko agar ia tidak menyusahkan mamanya. Walaupun setiap bulan ia selalu mendapat uang jajan dari Harven—papa sambungnya, ia tetap ingin bekerja sendiri. Nuala ingin hidup mandiri dan membuktikan kepada papanya bahwa ia bisa hidup tanpa uang dari beliau.

Setelah mendapat telepon yang selalu tidak Nuala harapkan, perempuan itu duduk termenung di balkon kamarnya. Kata-kata papanya masih terngiang di kepala. Beliau memaksa Nuala untuk tinggal bersama, meninggalkan sang mama sendirian di sini. Beliau juga mau Nuala nanti kuliah di universitas yang bergengsi kalau bisa ke luar negeri.

Kalau bagi orang lain itu tidak sulit untuk dipenuhi, tetapi bagi Nuala itu hal yang tidak akan pernah terjadi. Meskipun ia tidak tinggal serumah dengan mama, ia tidak akan pergi meninggalkannya. Lebih baik ia hidup sendiri daripada hidup bersama seseorang yang menorehkan luka abadi di hidupnya.

"Neng, makanannya udah mateng tuh. Neng Firna juga udah nunggu di ruang makan. Maaf Bu Irma ganggu waktu Neng Ala, soalnya sekalian mau pamit pulang," ucap Bu Irma dari ambang pintu balkon kamar.

Nuala yang tersadar dari lamunannya pun menoleh dan mengulum senyum tipis. "Iya, Bu, makasih ya. Bu Irma hati-hati," katanya.

Bu Irma mengangguk. "Neng Ala jangan lupa makan ya, nanti Bu Irma kena tegur mama Neng Ala kalo sampe Neng Ala sakit," ucapnya.

"Iya, Bu."

Setelah memastikan anak majikannya baik-baik saja dan bisa ditinggal pulang, Bu Irma langsung pergi.

Sementara itu, Nuala masih bergeming di tempatnya. Ia sedang menata hati agar tidak membuat Firna canggung berada di dekatnya. Nuala tidak mau sampai hal itu terjadi.

Ketika Nuala hendak masuk ke dalam kamar dari kamar sebelah terdengar pintu geser yang terbuka. Nuala membalikkan badan dan melihat Zio berdiri di balkon kamarnya. Laki-laki itu mengenakan kaus hitam dan celana training panjang. Nuala juga bisa melihat rambutnya yang basah seperti habis mandi.

"Baru pulang, Yo?" tanya Nuala dan diangguki oleh Zio.

"Firna mana? Tadi katanya balik bareng Firna."

"Itu ada di bawah mau makan. Lo udah makan belum?"

"Belum, mama pergi nggak ada yang masak."

Nuala terkekeh pelan lalu melambaikan tangannya. "Sini makan bareng tadi bu Irma masak!"

Zio langsung melayangkan hormat kepada Nuala dan bergegas masuk ke kamarnya kembali. Tingkah antusias laki-laki itu membuat Nuala tertawa pelan. Dalam hati Nuala berterima kasih kepada Zio yang sudah memperbaiki suasana hatinya.

Di ruang makan sudah ada Firna yang menunggu. Perempuan itu sibuk menggulirkan layar ponselnya yang menampilkan video-video viral. Sesekali Firna terkekeh melihat video yang sesuai dengan selera humornya. Nuala yang melihat sahabatnya tertawa sendiri langsung duduk di sampingnya dan ikut melihat video yang sedang dia tonton.

"Kalian berdua ngetawain apaan?" tanya Zio yang baru saja datang dan langsung duduk berseberangan dengan Nuala.

"Kepo lo." Firna menyahut dan mematikan ponselnya. "Heh tuan rumah dulu!" tegurnya ketika Zio sudah mengambil nasi dan lauk-pauk.

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now