11. MURUNG

38 7 2
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

11. MURUNG

Nuala merasa dirayakan. Untuk pertama kali sepanjang sejarah hubungannya dengan Rey yang sudah terjalin kurang lebih satu tahun, akhirnya Rey menepati ucapannya untuk mengantar Nuala sampai ke depan rumah. Momen ini tidak akan pernah ia lupakan.

"Katanya rumah kamu sebelahan sama Zio ya?" tanya Rey setelah Nuala turun dari motornya dan mengulurkan helm yang tadi dia pakai.

"Iya, itu rumahnya," balas Nuala sembari menunjuk rumah yang berdiri kokoh di samping rumahnya.

Rey mengangguk sembari memperhatikan interior bangunan rumah Nuala dan Zio. Matanya terfokus pada balkon di depan sebuah ruangan yang ia yakini itu kamar.

"Kamar kamu yang itu?" Rey menunjuk ruangan yang menyita perhatiannya.

Nuala mengikuti arah yang ditunjuk oleh pacarnya, kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Depan kamar kamu itu kamar Zio?" Rey bertanya dengan tatapan yang sulit diartikan, namun Nuala dapat membaca suasana yang sedang tidak baik-baik saja.

"Iya."

"Enak ya depan-depanan gitu kamarnya?" Suara Rey terdengar sarkasme.

Sementara itu, Nuala menghela napasnya berat. Benar kan dugaannya Rey pasti akan mencari celah untuk memojokkannya. Sungguh ia sudah malas meladeni Rey lagi. Kali ini baterai tubuhnya sudah hampir habis dan perlu re-charge, tetapi Rey malah bertanya seperti itu.

"Tiap malem sering deep talk bareng Zio pasti lewat balkon." Rey terkekeh sinis seraya menunduk, menumpukan lipatan tangannya pada helm yang bertengger di atas tanki motornya.

"Udah, Rey. Nggak akan ada selesainya kalo kamu kaya gitu. Aku beneran capek, mau tidur," lirih Nuala meminta pengertian.

"Yakin tidur? Enggak ngobrol sama Zio dulu?" cecar Rey dengan senyum penuh artinya. Laki-laki itu mendongak dan menatap Nuala.

Nuala lagi-lagi menghela napasnya berat. Lalu, ia menjawab, "Kamu kan tadi lihat sendiri kalo Zio nongkrong sama temen-temennya."

"Ya, siapa tau sleep call?" Masih saja ada bahan untuk membuat Nuala merasa serba salah.

Meskipun demikian, Nuala dengan fepat menampik, "Enggak, Rey. Aku langsung tidur udah capek banget."

"Berarti kalo nggak capek biasanya sleep call sama Zio?"

Pembahasan Rey semakin melantur. Benar-benar menjengkelkan laki-laki itu. Nuala sampai kehilangan kata-kata untuk membalasnya. Rasanya ia ingin mengusir Rey dan segera masuk ke rumah untuk istirahat.

"Ya udah, masuk gih langsung istirahat. Besok pagi aku nggak bisa jemput ke sekolah. Kamu naik ojol atau taksi, jangan bareng Zio, aku nggak suka."

Nuala tidak membantah atau berkomentar lagi, ia hanya mengangguk sekilas agar cepat selesai.

"Aku pulang," ucap Rey sembari menghidupkan mesin motornya. Ia menurunkan visor helmnya kemudian meninggalkan Nuala perlahan.

"Seharian ini rasanya kaya setahun, lama banget." Nuala bergumam pelan kemudian masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai.

Sejak Nuala pulang tadi, dari dalam rumah ada yang memperhatikan melalui celah jendela. Mama Nuala. Wanita paruh baya itu menunggu anak gadisnya pulang.

Nuala yang baru saja masuk pun terkejut melihat sang mama berdiri menghadapnya dengan lengan yang di lipat di atas perutnya.

"Mama?"

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now