10. KOPI TUJUH BELAS

29 10 2
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

Yang kangen Perganta, part ini ada sedikit scene untuk mengobati rasa kangen kalian🙌🏻
Salam ganteng! — Perganta

•••

10. KOPI TUJUH BELAS

Kopi Tujuh Belas malam ini ramai sekali sehingga beberapa pelanggan tidak mendapatkan meja. Untung saja di sebelah coffee shop ini ada Tongkrongan Perganta yang siap sedia menjadi tempat menampung para pelanggan Kopi Tujuh Belas.

Tongkrongan Perganta merupakan sebuah bangunan sederhana seperti ruko yang disulap menjadi tempat nyaman untuk nongkrong anggota Perkumpulan Cogan Mahanta (Perganta) dan Ladies of Perganta (Ladiota).

Beberapa dari anggota Perganta juga turut membantu mengkoordinasikan kendaraan para pelanggan agar tertata rapi. Seperti itulah yang terjadi ketika Kopi Tujuh Belas sedang membludak pelanggannya.

"Meja nomor berapa ini, Al?" tanya Zio sembari membawa nampan berisi dua gelas kopi susu berukuran sedang dan sepiring waffle.

"34, Yo. Kayanya tadi gue lihat orangnya masuk ke Tongkrongan Perganta," ucap Nuala memberi arahan.

Zio mengangguk dan bergegas mengantar pesanan itu. Di jalan menuju Tongkrongan Perganta laki-laki itu bertemu dengan teman-temannya satu tongkrongan.

"Woi, kopi dong, Yo!" pinta Adi.

"Pesen aja ke dalem, sekalian yang lain dipesenin nanti biar gue yang bayar." Zio bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Mantap, sering-sering ya, Yo!" Fiki menyeletuk sembari mengangkat kedua jempolnya.

"Enak di elo, nggak enak di Zio!" ucap Ganang sembari menabok lengan Fiki.

Gentar yang sedang duduk di salah satu motor yang terparkir menggelengkan kepalanya pelan sembari terkekeh mendengar obrolan teman-temannya.

"Udah sono, Di, buruan pesen. Jangan gangguin Zio lo pada, biarin anaknya nganter pesenan dulu," ucap Gentar.

"Siap, Komandan!" Adi berhormat kepada Gentar kemudian masuk ke dalam Kopi Tujuh Belas untuk memesan minum.

Zio kembali membawa nampan yang sudah kosong dan berhenti sejenak untuk mengobrol dengan teman-teman satu tongkrongannya selagi menunggu pesanan yang siap diantar.

"Thanks ya lo semua udah mau bantuin Nuala handle pelanggan coffee shop," ucap Zio kepada teman-temannya.

"Santai aja, Yo. Justru bagus anak-anak jadi punya kegiatan enggak gabut nongkrong doang," jawab Gentar.

"Ya, siapa tau kalian mulai muak kalo Tongkrongan Perganta dipinjem mulu sama coffee shop Nuala," ujar Zio.

"Aman, lagipula bang Diko pasti langsung hubungin Gentar buat deal-deal-an tempat. Lumayan komisinya buat biaya operasional sehari-hari," ucap Ganang diangguki oleh anggota Perganta lainnya.

Zio lega apabila teman-temannya tidak merasa terusik ketika Kopi Tujuh Belas meminjam Tongkrongan Perganta untuk sementara waktu.

"Udah sana bantuin Nuala lagi. Jadi cowok harus banyak effort buat dapetin hati cewek yang lo mau," ucap Gentar mendorong pelan bahu Zio untuk kembali membantu Nuala.

Zio hanya tersenyum simpul dan pergi masuk ke dalam Kopi Tujuh Belas. Ia tidak terlalu memikirkan ucapan Gentar. Beda halnya dengan Fiki yang kepo akut.

"Emang Zio suka sama Nuala, Gen? Bukannya Zio lagi pdkt sama Jia ya?" tanya Fiki dengan kening yang mengerut.

"Pdkt belum tentu suka beneran, Ki. Siapa tau cuma penasaran doang, ya kan?" Gentar terkekeh pelan setelah mengatakan hal itu.

520 MEANINGSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt