01. ALA & ZIO

106 17 10
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

01. ALA & ZIO

Pukul satu dini hari. Mungkin hampir seluruh manusia di muka bumi ini sudah berada di alam bawah sadarnya. Beda dengan Nuala Andhira yang masih terjaga memandangi layar ponsel miliknya yang masih menyala.

Tubuh Nuala berguling kesana-kemari di atas kasur sejak belasan menit yang lalu. Segitu gabutnya dia menunggu seseorang membalas pesannya.

"Gue nggak mau overthinking, tapi sikap dia selalu bikin gue overthinking!" dumel Nuala seraya memukuli boneka besar pemberian pacarnya. Melampiaskan kekesalan pada benda empuk tidak bernyawa itu.

Mata Nuala berbinar saat melihat tulisan terakhir dilihat di bawah nama kontak pacarnya berubah menjadi online. Senyumnya mengembang, keputusannya untuk begadang tidak sia-sia.

Namun, ternyata ekspetasi tidak seindah kenyataannya. Pacarnya itu bahkan tidak membaca pesan yang ia kirim. Nuala pun inisiatif untuk mengirim pesan lagi. Sampai pesan yang Nuala kirim memenuhi roomchat sejoli itu.

"KOK OFF LAGI? TADI KAMU ONLINE BUAT SIAPA?" Nuala membekap mulutnya, karena refleks berteriak. Takut mengganggu tetangganya.

"It's okay, Nuala. Calm down, kan udah biasa ngadepin dia. Sabar ya, Cantik. Daripada mikir macem-macem mending sekarang telpon dia. Oke, tenang-tenang," ujar Nuala memotivasi dirinya sendiri sembari membuka profil WhatsApp pacarnya lalu menekan icon bergambar telepon.

Nuala berdehem berulang kali, ia tidak mau terdengar emosi kalau nanti panggilan itu sudah tersambung.

"Maaf nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi."

"Nggak diangkat?" Nuala tertawa sumbang sembari melihat layar ponselnya.

Berulang-kali Nuala memanggil nomor pacarnya itu, meskipun sudah tau kalau operator yang akan menjawabnya. Akan tetapi, Nuala masih ingin berusaha menelepon, sampai pacarnya sadar bahwa ia sedang memikirkannya sekarang.

"Dosa apa sih gue sampe punya pacar sengeselin dia?" gumam Nuala memandang foto profil pacarnya.

"Gue cape overthinking. Gue cape nangisin lo. Gue cape kaya gini terus! Lo ngerti nggak sih?" keluh Nuala melempar ponselnya asal dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

"Tapi gue sayang banget sama lo, gue nggak mau putus, bego banget ya gue?" cicit Nuala.

Tidak berselang lama ponselnya berbunyi. Semangat Nuala langsung membara. Berharap notifikasi baru itu dari pacarnya.

Nuala mendesah kecewa. Bukan nama pacarnya yang tertera di layar ponsel, tetapi Zio. Laki-laki yang tinggal di samping rumahnya.

Renzio Bhadrika
Woi Ala, teriakan lo tadi kedengeran sampe kamar gue. Butuh temen cerita?

Bukan hanya sekali Zio seperhatian itu padanya. Hampir setiap hari Zio selalu bersikap baik dan penuh perhatian. Meskipun kadang-kadang mancing keributan. Namun, kalau ditelaah ke belakang memang hanya Zio yang paling mengerti tentang perasaannya.

Nuala Andhira
Lewat balkon aja ya kaya biasa

Nuala memakai cardigan agar tidak kedinginan. Lalu, berjalan menuju pintu balkon kamarnya. Tangan Nuala melambai pada Zio yang melayangkan senyum hangat padanya. Laki-laki itu memakai kaos putih dengan tulisan merk di dadanya dan celana training. Sepertinya Zio sudah siap untuk tidur, tapi terganggu dengan teriakan Nuala.

"Cowok lo nggak ada kabar lagi?" Tebakan Zio tepat sasaran. Nuala mengangguk dan tersenyum tipis.

"Biasanya gimana?" balas Nuala balik bertanya lalu terkekeh miris.

"Cuma cowok bodoh yang tega nyia-nyiain lo, Al."

Nuala mendongak, membalas tatapan Zio yang cukup teduh dan penuh perasaan. Nuala tidak mau denial, laki-laki itu memang selalu tulus saat menatapnya.

"Mungkin gue yang bodoh, Yo. Dia kan nggak bakal jadi cowok gue, kalo gue enggak nerima dia waktu itu."

Suasana menjadi hening. Baik Nuala maupun Zio tidak mengeluarkan suara sama sekali usai Nuala berbicara seperti itu.

"Gue harus apa, Yo, sekarang? Gue cape." Nuala kembari bersuara.

"Ya lo mau gimana? Gue juga nggak ada hak buat nyuruh lo putusin dia, tapi di satu sisi gue juga nggak mau lo terus-terusan disakitin sama dia. Gue nggak mau lo overthinking sampe nangis tiap malem. Lo berhak bahagia, Ala."

Mendengar suara Zio yang begitu lembut membuat Nuala mengulum senyum hangatnya. Kalau saja Nuala bisa lompat sejauh dua meter pasti Nuala sudah lompat untuk memeluk tubuh Zio. Namun sayang, dia tidak memiliki kelebihan itu.

"Malam ini nggak ada nangis-nangisan ya? Kalo lo nangis besok pagi gue nggak mau lo tebengin ke sekolah," ujar Zio mengancam.

"Jangan gitu dong, Yo. Gue bisa telat kalo naik angkutan umum. Nanti kalo dihukum gimana?" sahut Nuala menggerutu membuat Zio terkekeh pelan.

"Gih masuk terus tidur. Jangan nangis, inget skincare lo mahal. Percuma skincare-an kalo masih nangis," kata Zio terdengar mengesalkan di telinga Nuala.

Karena Nuala tidak kunjung masuk, Zio berkacak pinggang. Matanya mendelik tajam sampai Nuala menuruti ucapannya.

"Jangan cuma pura-pura tidur ya, Al. Inget—"

"Baca doa dulu biar mimpiin lo. Iya kan?" sahut Nuala sebelum Zio menyelesaikan ucapannya.

Zio terkekeh lagi. "Udah gih masuk. Mimpi indah, Ala."

Tangan Nuala melambai pada Zio sebelum menutup pintu balkon dengan tirai. Nuala melepas cardigan-nya kemudian naik ke atas kasurnya.

Perasaannya selalu menjadi lebih baik usai mengobrol dengan Zio, meskipun hanya sebentar.

Jika pacarnya sumber kesedihannya maka Zio lah penawarnya.

Nuala Andhira
Makasih Zio
Have a nice dream!

To Be Continue

Tes ombak dulu, suka nggak sama ceritanya?

Spam emoji yang sesuai sama perasaan kalian setelah baca part ini!

Kalo aku 🌸🌸🌸 alias berbunga-bunga.

See u di next part ya!

Jangan lupa masukin cerita ini ke library kalian🙌🏻

Jangan lupa masukin cerita ini ke library kalian🙌🏻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
520 MEANINGSWhere stories live. Discover now