24. HARI YANG BURUK

10 0 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

24. HARI YANG BURUK

Lebih ceria dari kemarin, Nuala menyusuri selasar menuju kelasnya dengan wajah yang cerah. Sesekali perempuan berambut hitam sepunggung itu melambaikan tangan setiap ada yang menyapanya.

Suasana SMA Mahanta masih terbilang sepi, karena kebanyakan yang masuk pagi adalah siswa kelas 12 yang mengikuti jam tambahan atau les jam ke-0.

"Nualaaaaaa!" pekik seseorang dari jarak sepuluh meter di belakang Nuala, membuat Nuala berhenti melangkah dan balik badan.

"Firna, kaya di hutan aja teriak-teriak!" tegur Nuala.

Firna meringis, lalu merangkul Nuala dan mereka pergi ke kelas bersama. Dalam setiap langkah mereka mengobrol, membahas hal-hal yang lagi ramai di media sosial. Seperti biasanya, mereka memiliki pendapat masing-masing hingga berdebat.

"Pagi-pagi ribut! Berisik banget," celetuk Reno yang duduk di bangku depan kelasnya ketika Nuala dan Firna lewat.

"Enggak ribut, Ren," elak Nuala sembari duduk di samping Reno.

"Zio mana?" Firna bertanya kepada laki-laki itu.

"Lah, kok tanya gue? Tanya Nuala noh, biasanya yang berangkat bareng kan dia," ujar Reno seraya menunjuk Nuala menggunakan dagunya.

"Sok tau lo! Gue nggak berangkat bareng Zio tadi. Dia jemput Jia." Nuala menjawab dengan sedikit sewot karena Reno asal bunyi.

"Santai aja kali jawabnya," sahut Reno.

Firna berdecih pelan. "Bucin ya sekarang mentang-mentang punya pacar," julidnya.

"Lo iri ya? Makanya cari pacar, jangan berharap mulu sama crush ghoib lo itu!" Reno mendorong pelan bahu Firna membuat perempuan itu menggeram kesal.

"Enak aja ghoib, dia manusia!" protes Firna tidak terima.

"Maksud gue bukan ghoib makhluk halus! Tapi lo sama dia nggak ada interaksi apa-apa ya njir," ucap Reno berusaha meluruskan.

Firna yang masih tidak mau kalah pun menyanggah, "Ada kok, lewat temennya."

"Dih, ngandelin orang lain terus. Ketergantungan lo nanti," cibir Reno sekali lagi membuat Firna kesal.

"Lo pikir nikotin bikin ketergantungan, hah?" Firna memukuli bahu Reno hingga laki-laki itu kabur ke dalam kelasnya.

Nuala yang sejak tadi menyimak keributan dua sahabatnya itu hanya bisa menggeleng pelan. Reno dan Firna kalau sudah ribut tidak akan ada yang mau menekan ego untuk menyudahinya sebelum main fisik.

"Nuala Andhira, Lafirna Mahesti, kenapa masih di luar kelas?" Suara Bu Hena, guru BK yang senantiasa dengan kipas batiknya menggelegar di selasar.

"Ini mau masuk, Bu, sekalian nunggu guru mapel jam ke-nol," ucap Firna.

"Ngeles saja kamu bisanya. Ayo, segera masuk ke kelas tidak usah ditunggu gurunya nanti pasti masuk sendiri," suruh Bu Hena kemudian Firna menarik lengan Nuala untuk lekas masuk ke dalam sebelum mendapat ceramah panjang lebar dari guru BK itu.

"Hari ini les apa jadwalnya?" Nuala bertanya kepada sekretaris kelas yang kebetulan meja dia ada di depannya.

"Bahasa Indonesia, tapi kayaknya diganti matematika sih tukeran sama les yang sore."

Nuala mengangguk paham, lalu mengucapkan terima kasih. Ia mengeluarkan buku catatan dan pulpen. Sembari menunggu gurunya masuk, ia hendak mengulas materi matematika wajib dan mencari materi yang belum ia kuasai untuk ditanyakan nanti.

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now