Bab 30 : Terima kasih

775 24 4
                                    

***

Tok. Tok. Tok.

Suara pintu diketuk terdengar, mengalihkan atensi Karin yang sedang membaca majalah fashion di ruang tengah. Duduk di sofa panjang sambil menyalakan televisi untuk sekedar menghalau sunyi. Karin selama tinggal di kost-an yang disewakan oleh Ezran sampai sekarang tak pernah merasa akan ada tamu yang datang. Kalaupun ada, itu juga cuma Ezran.

Ya, hubungan mereka masih berlangsung seperti biasa. Hanya saja bedanya hubungan mereka sudah diketahui Aretha. Tidak ada sembunyi-sembunyi lagi seperti dulu. Sebuah kemajuan dalam hubungan mereka, Karin merasa begitu.

Dengan langkah gontai, ia menghampiri pintu utama dan membukanya.

"Han?!" Karin dibuat terkejut oleh kedatangan pria berandalan itu di kost-an nya. Ia sampai refleks memundurkan langkahnya seakan habis melihat hantu. Seharusnya ia tak kaget lagi melihat Han yang berkali-kali selalu bisa menemukannya dengan mudah. Namun, ia sama sekali tak berharap ia harus menemui laki-laki ini sekarang. "Ngapain kamu kesini? Pergi!"

Karin dengan tatapan benci mencoba mendorong tubuh Han menjauh, tetapi laki-laki itu berusaha menenangkan Karin. Kedatangannya kali ini tidak mengundang emosi seperti biasa.

"Hei, sebentar dulu! Jangan keburu ngusir! Gue gak ada sama sekali niatan buat jahatin lo, Rin!" sergah Han yang kondisinya saat ini basah karena air hujan. Rambut sebahunya pun masih lembab akibat guyuran hujan yang menerpanya beberapa saat lalu.

"Terus mau ngapain ke sini? Bisa gak sih tiap aku pindah ke tempat lain kamu gak dateng? Gak capek jadi orang yang selalu mengusik kehidupan orang?"

Nafas Karin terengah-engah saat mengutarakan hal tersebut, demi apapun ia capek batin menghadapi Han yang seakan tak pernah lelah untuk menganggunya. Otaknya terus mengeluarkan tanda bahaya jika ia tak segera melakukan sesuatu.

Han menghembuskan nafasnya kasar, berusaha menenangkan Karin. "Kali ini gue gak mau ngajak berantem lo. Gue cuma pengen minta bantuan. Tolong kali ini lo bantuin gue, karena ini penting."

Karin terdiam, merasakan keseriusan dalam setiap perkataan Han melalui sorot matanya. Akhirnya ia biarkan laki-laki itu menjelaskan maksudnya sampai selesai.

"Minta bantuan apa?"

"Jadi gini." saat Han baru mau memulai pembicaraan, sebuah kepala menyembul dari balik pinggang Han. Ia adalah seorang gadis kecil dengan seluruh tubuhnya yang basah, menatap nanar ke arah Karin. Membuat perempuan tiga puluh dua tahun itu semakin kaget.

"I-itu, kan?" Karin menunjuk gadis kecil itu yang tak lain adalah Natusha. Wanita berambut ikal sebahu itu tak pernah mengira kalau saat ini ia akan bertemu dengan Natusha. Detak jantungnya berdebar cepat setelah itu, masih merasa tidak percaya.

"Dia hampir aja diculik orang, untung ada gue yang gercep nolongin," jelas Han menceritakan kronologinya dari mulai ia melihat Natusha sampai ia mengejar mobil penculik yang membawa Natusha sampai berkelahi dengan para penculik itu. Karin hanya menyimak penjelasan Han dengan mata yang tak lepas dari Natusha, seolah pangling melihat anak itu. Sedangkan Natusha sendiri terlihat ketakutan dan masih bersembunyi di balik tubuh Han sembari sesekali mengintip.

"Ini udah malem dan hujan. Jadi, lo mau gak numpangin gue sama ni anak di sini?"

"Apa?! Gila kali lo!" Karin berteriak nyaring saking terkejutnya mendengar apa yang dimaksud dengan meminta pertolongan yang di katakan Han. Bertemu dengan Han saja sudah mimpi buruk, apalagi laki-laki itu menginap di kost-annya?

"Gak! Gak bisa! Aku gak akan sudi menampung kriminal sepertimu," imbuh Karin dengan tatapan tajam. Membuat Han lagi-lagi hanya bisa menghela napas panjang.

Antara Aku, Kau, dan Perempuan Itu Onde histórias criam vida. Descubra agora