Bab 2 : Aku atau Dia?

1.8K 58 28
                                    

Karina Alea

***

Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.

Tuttttutttuttt ….

"Kok nomornya gak aktif sih?" Aretha berdecak sebal tatkala sudah belasan kali ia berusaha menelepon, nomor itu tak kunjung aktif. Wanita itu berjalan mondar mandir dengan kimono tidur berwarna pinknya, menggigit jarinya kalut.

Ezran sebelumnya tak pernah seperti ini. Sesibuk apapun, pria itu pasti akan menghubungi ataupun membalas pesannya. Tetapi kali ini? Aretha benar-benar tak habis pikir.

"Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa daritadi teleponku tak juga kamu angkat?" Aretha mendesis frustasi, duduk dengan gerakan kasar ke atas ranjang mereka. Menghela napas panjang berkali-kali, ibu anak satu itu berusaha positive thinking dan menenangkan dirinya. Lebih tepatnya menguasai dirinya yang hampir dikuasai amarah dan perasaan yang campur aduk.

"Apa pekerjaanmu sebanyak itu sampai saat ini kamu juga belum pulang?" tanya Aretha di dalam hati entah sudah yang keberapa ratus kali. Ia tak bisa tidur sampai mendapat kabar dari suaminya.

"Mas Ezran, pulanglah. Aku mohon. Setidaknya kalau kamu tidak bisa pulang sekarang, beritahu aku. Aku sangat mengkhawatirkanmu." 

Sementara itu, seorang laki-laki dan perempuan tertidur di atas sofa panjang. Saling bersender satu sama lain. Keadaan mereka cukup berantakan.

Mata itu perlahan terbuka, memperlihatkan iris coklat terang yang bersembunyi di baliknya. Menyapu pandangan ke sekitar dengan kondisi masih mengumpulkan nyawa.

"Oh, sudah malam ternyata." itu Ezran. Laki-laki tampan itu mencoba bangkit dari posisi senderannya, lalu tersadar ketika sesuatu yang berat menempel di dadanya yang hampir seluruhnya terbuka.

"Karin?" Ezran menatap setengah terkejut pada seorang perempuan dengan riasan wajah cukup tebal serta rambut pendek sebahunya. Mendekap erat tubuhnya hingga ia hampir tak bisa bergerak.

"Sepertinya dia tertidur sangat pulas," simpulnya kemudian berusaha menjauhkan tubuh perempuan itu darinya. Menaruh kepalanya sangat hati-hati hingga posisi perempuan itu menjadi tiduran. 

"Aku harus pulang. Aretha pasti sedang menungguku," tukas Ezran lalu mengancingkan kembali kemejanya akibat ulah Karin. Wanita itu terus menggoda hingga ia capek sendiri  menghadapinya. Saking capeknya, ia sampai ketiduran di sofa bersamanya. 

"Hah? Banyak sekali panggilan tak terjawab masuk." mata Ezran membelalak lebar tatkala mengecek ponsel yang ia letakkan diatas meja. Ada 50 panggilan tak terjawab, dan itu semuanya dari Aretha. Ezran seketika langsung merasa bersalah pada istrinya itu.

"A-aku harus segera pulang!" putusnya lalu berlari keluar. Tak menghiraukan Karin yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Sama sekali tak menyadari kalau sang pujaan hati telah pergi meninggalkan kediamannya. Menuju ke rumah wanita yang selalu ingin ia ingin singkirkan. Siapa lagi kalau bukan Aretha Velova.

"Assalamualaikum." 

Salam dari suara yang amat ia kenal sontak membuat Aretha membalikkan tubuhnya lalu menghampiri asal suara itu. Suaminya telah kembali. Aretha kemudian mengamati tubuh laki-laki itu dengan raut wajah khawatir. Sementara Ezran hanya diam saja memperhatikan istrinya dengan dada berdebar.

Antara Aku, Kau, dan Perempuan Itu Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ