Bab 11 : Yang Semakin Jauh

1.2K 31 24
                                    

***

"Apa yang kamu lakukan?"

Ezran menarik diri dari Karin membuat wanita itu merengut kesal. Walaupun mereka kini hanya berdua saja di dalam ruangan itu, tetap saja Karin tidak bisa melakukan itu kepadanya. Jika sampai ada yang melihat bagaimana? Bisa hancur image Ezran di depan para pekerjanya yang bisa saja tak sengaja memergoki mereka.

"Berhenti menggodaku dan pergi! Aku tidak akan tergoda oleh jalang sepertimu!" usir pria itu dengan lantang. "Dan jangan harap kamu bisa menempati rumah ini!"

Karin tertawa mendengar ucapan Ezran. Ia menutup mulut untuk meredakan tawa, lalu tatapannya berubah menjadi gelap. "Ezran, kamu ini sungguh naif."

Perkataan Karin membuat pria itu menaikkan sebelah alisnya, memandang wanita itu dengan heran.

"Aku? Naif?"

"Ya. Kamu memang naif. Sangat naif." Karin kembali mendekatkan wajahnya, kali ini menarik dagu Ezran membuat laki-laki itu bisa merasakan helaan napas Karin yang menerpa wajahnya.

"Bagaimana bisa kamu mengatakan kamu seolah tidak membutuhkanku. Aku bisa saja mengambil kembali apa yang menjadi milikku dan membuat wanita bodoh itu menangis seperti kehilangan binatang peliharaan. Apa kamu lupa dengan apa yang sudah kita sepakati sebelumnya?"

Jurus andalan Karin yaitu mengancamnya kembali dipakai. Membuat Ezran terdiam lalu menajamkan tatapannya. "To the point saja. Apa yang kamu inginkan dariku?"

Karin tersenyum samar, merasa menang karena lagi-lagi ancaman darinya berhasil membuat pria itu bertekuk lutut.

"Terima saja apa yang ingin kulakukan untukmu."

Setelah kata-kata itu terucap, Karin kembali mencium bibirnya. Kali ini Ezran tidak diam saja. Ia membuka bibirnya untuk membuka akses untuk wanita itu merasakan apa yang ia inginkan darinya. Begitupun sebaliknya. Ledakan gairah menguar mengelilingi mereka. Ezran menutup matanya perlahan, semakin larut dalam permainan yang dibuat oleh Karin.

Terbawa suasana, perlahan tangan Ezran menangkup bokong Karin untuk wanita itu menyamankan posisi duduknya. Sedangkan jemari Karin secara aktif melucuti satu persatu kancing kemeja Ezran hingga membuat otot dada pria itu terekspos jelas. Mengelus dada bidang itu membuat sensasi aneh tetapi menggelitik untuk laki-laki itu.

Ezran lalu bangkit dari duduknya sembari menggendong Karin yang kedua kakinya mengapit pinggang lurusnya. Ezran ingin membawa wanita itu ke dalam kamarnya dengan Aretha! Bayangkan!

Entah apa yang dipikirkan Ezran saat itu. Yang pasti dirinya butuh pelampiasan dari semua masalah yang beberapa hari ini menderanya. Mungkin 'bermain' dengan Karin untuk sementara waktu akan membuat nya melupakan masalahnya sejenak. Ia ingin kali ini tenang tanpa memikirkan masalah yang terjadi diantara dirinya dan juga Aretha.

Sementara Karin tersenyum dalam gendongan Ezran. Secara tidak langsung ia berhasil membuat laki-laki itu tergoda padanya hanya karena satu ciuman. Ezran termakan omongannya sendiri yang bilang kalau dia tidak akan pernah tergoda padanya.

***

"Ah, cucu oma datang." wanita tua dengan rambut yang sudah setengahnya memutih tersenyum hangat tatkala melihat Natusha berlari ke arah dirinya. Sedangkan Aretha menyusul di belakang, berjalan dengan senyuman tipis di wajah. Laki-laki paruh baya di sebelahnya yang pertama kali melihat. Ia senang melihat putrinya yang cukup lama tidak dilihatnya.

"Aretha, kamu mengejutkan kami dengan kedatanganmu. Kamu sehat kan, Nak?" tanya Opa sembari mengelus pundak anaknya dan memandangnya dari ujung kaki sampai kepala.

Aretha meringis senyum. "Alhamdulilah, sehat, Pa. Papa sama mama juga sehat kan disini?"

"Alhamdulilah kami berdua sehat, Nak. Opa bahkan tak pernah melewatkan senam tiap hari minggu yang diadakan di komplek." cerita Opa dengan wajah berseri yang dibalas Oma dengan senyum mengejek.

Antara Aku, Kau, dan Perempuan Itu Where stories live. Discover now