Ephemeral Love 67

18.9K 1.3K 23
                                    

Ruangan serba putih itu selalu saja sepi. Hanya suara detik jam dan mesin ICU yang mengisi keheningan.

Tubuh lemah itu sangat jarang menunjukkan senyuman, jarang berbicara, dan sulit bergaul. Begitu murung dan tidak bersemangat, hanya ada satu dan dua yang datang untuk melihatnya. Tidak ada suara lagi dari wanita itu sejak dua bulan yang lalu.

Tangan lemah tidak berdaya itu bergerak pelan. Dahinya dia kerutkan dan keringat mulai bercucuran. Wanita itu langsung terbangun seraya meremas dadanya yang terasa sakit.

Flora akhirnya bangun.

“Aku masih hidup?” Dia menarik bajunya dan melihat perutnya.

Wanita itu mengerutkan keningnya. Dimana dua luka tusukan itu? Dia beralih melihat sekitar, lalu menatap ponsel yang rusak di atas nakas. Kemudian matanya menoleh tulisan-tulisan di sana. “Ini bukan Raeheorms Hospital.” Dia bergumam.

“Adrian?”

“Adrian?”

Wanita itu menarik paksa selang infus di tangannya. Saat dia berdiri, kepalanya begitu pusing, namun dia tidak menghiraukan semua itu.

Dia keluar dari ruangan itu dan memanggil-manggil kembali. Hingga akhirnya dia menyadari bahwa tempat itu adalah rumah sakit dimana dia bekerja.

“Dokter Flora sudah bangun?" Seorang perawat wanita menghampirinya dan menatap wanita itu. “Kenapa dokter langsung keluar?”

Flora menatap wanita itu dengan serius. “Dimana Adrian? Aku dimana?” tanyanya.

Perawat itu mengerutkan keningnya. “Dokter baru sadar setelah dua bulan karena kecelakaan itu. Mari saya antar kan dan panggil dokter lainnya," Ujarnya.

Flora terdiam. Matanya membulat sempurna. Semua ini hanya mimpi? Jadi semua itu tidak benar?

“Diaman Adelle?” tanyanya.

“Dokter Adelle tidak terlihat sejak dua minggu yang lalu.”

“Apa?" Flora mengerutkan keningnya. Dia pun langsung berlari menuju lift tanpa peduli panggilan khawatir perawat itu.

Flora tiba di resepsionis. Semua pandangan tertuju padanya yang berbalut pakaian pasien itu.

“Dimana Adelle?” tanya Flora dengan nafas yang tersekat.

“Dokter Flora sudah sadar? Bagaimana keadaan mu, dok?” Para pegawai itu nampak senang.

“Dimana Adelle?” tanya Flora tegas.

Mereka saling menatap. “Dokter Adelle sudah tidak datang sejak dua minggu yang lalu. Setelah tiga hari menghilang, tiba-tiba dia mengirimkan pengajuan cuti," jawab salahsatunya.

Flora melotot tidak mengerti. “Kunci asrama,” ucapnya segera.
Pegawai itu mengerti dan langsung memberikan nya. Mereka menatap Flora yang berlari memasuki lift.

“Ada apa dengan dokter Flora? Dia baru sadar, kan? Apa dokter yang lainnya tahu?”

“Entahlah, tapi ini begitu menyedihkan.” Salah satunya menangis sembari memeluk buku tebal berjudul Ephemeral Love itu.

Sementara itu Flora membuka kamar asrama itu. Dia terdiam sejenak saat melihat beberapa kertas yang berserak di sana.

“Adelle?" Dia memanggil meski sudah tahu tidak ada orang di sana.

Setelah beberapa saat, Flora berjongkok memunguti kertas-kertas itu. Itu adalah gambar dirinya sendiri yang Adelle gambar sedetail mungkin.

Lalu dia menoleh pada satu gambar. Seorang pria berwajah datar dengan tatapan tajamnya. “Adrian,” gumamnya pelan. Semua itu terasa begitu nyata. Dia yakin jika dirinya tidak bermimpi. Dimana pencipta cerita yang selalu tersenyum aneh itu?

--o0o--

Satu minggu telah berlalu.

Pagi ini Flora berjalan buru-buru menuju resepsionis sambil memegang kopinya.

“Bagaimana operasinya?” tanya Flora.

Pegawai disana tersenyum. “Dokter Hans bilang, dokter tidak usah repot-repot dulu karena  masih baru pulih,” jawabnya. “Dokter istirahat saja dulu,” bisiknya kemudian.

Flora tersenyum. “Pria tua itu biasanya memaksa ku ikut membantunya,” ujarnya.

Pegawai itu mengangguk-angguk. Biasanya Flora akan dingin pada mereka, namun satu minggu ini dia tidak jarang menyapa mereka walaupun hanya sekedar mengabsen dan menanyakan keberadaan Adelle.

Flora mengerutkan keningnya saat melihat wanita disampingnya itu berteriak kencang. “Kupikir Flora mati, ternyata dia masih hidup! Flora yang bodoh masih hidup!” Dia berteriak dengan semangat.

Loncatan kebahagiaan itu berhenti saat dia melihat Flora yang menatapnya serius. “Maaf, dok. Bukan dokter Flora, tapi Flora ini,” ujarnya seraya menunjukkan ponselnya.

Terlihat gambar yang menunjukkan sebuah keluarga bahagia. Wajah itu begitu jelas sebab dia mengenalinya. Gambar itu adalah dirinya, Adrian, dan dua anak kecil yang tersenyum memeluk mereka.

Tulisan THE END diakhir itu membuatnya merasa campur aduk.

“Bagaimana bisa?” dia bergumam.

“Apa dokter Flora membaca ini juga? Isvara menusuk perut Flora, dan beruntung wanita itu selamat. Bacalah, dok!”

Flora terdiam. Dia terlalu fokus mencari Adelle samapi lupa bahwa dia juga harus mencari tahu kebenaran semua itu. Bagaimana bisa cerita itu berjalan dengan semua yang dia lewati di alam lain? Apa dirinya benar-benar memasuki dunia itu? Atau Adelle melakukan sesuatu terhadap dirinya? Ya benar, hanya Adelle yang tahu semua itu. Dia harus menemukan wanita itu.

“Dokter Flora, aku sarankan untuk membaca cerita ini. Adrian begitu mencintai Flora dan begitu pula sebaliknya. Bisa jadi Flora yang benar-benar mirip dengan dokter Flora ini akan mengalami hal yang sama.”

“Tapi ini masih menjadi misteri. Kenapa Flora dengan dokter Flora memiliki wajah yang sama? Apa sebenarnya dokter Flora adalah penulis ALe? Atau dokter Flora menjual visual sendiri?”

Flora hanya diam. “Kapan bukunya keluar? Aku harus membaca bagian akhir itu.”

“Mungkin tiga hari lagi, dok. Tapi lihatlah bagian ini, dok.” ucap pegawai itu semakin menggeser ponselnya dan menunjukkan sebuah gambar.

Gambar itu memampangkan Adrian yang memeluk Flora di rumah sakit saat wanita itu mulai sadarkan diri. Siapapun Floranya, dia akan memperjuangkan Adriannya. Itu yang karakter Flora katakan saat suaminya mencium keningnya.

===========
Hy Ezeng, ini Tania Ssi.
Ingatkan author untuk update nanti sore yaaa... Author mau lanjut tidur dulu karena lagi gabut dan malas. Love you Ezeng 🤩

EPHEMERAL LOVE Onde histórias criam vida. Descubra agora