Ephemeral Love 6

44K 3K 5
                                    

Flora menyelesaikan mandinya dan mengeringkan rambutnya.

Setelah itu, dia menatap langit malam dan menghela nafas. Dia bingung harus bagaimana lagi. Flora berencana untuk tidak lagi mengacau dan mengubah ceritanya, ya meski dia tidak akan meninggalkan rumah sakit tentunya.

Flora meraih syal rajut untuk menutupi piyama tipisnya dan bergegas hendak keluar.

"Mau kemana, Flo?" tanya Tommy.

"Keluar sebentar, ayah. Ke taman belakang." Flora menjawab dan langsung pergi.

"Hey, Adrian kan akan datang! Flo? Flora?" panggil Tommy namun putrinya sudah pergi.

Flora langsung duduk di kursi, di bawah pohon tempat dimana Flora menatap bintang tiap malamnya. Wanita itu akan bercerita banyak hal pada salah satu bintang yang paling terang, yang dia panggil ibu.

"Silahkan non. Saya pergi dulu," ujar Helma sembari memberikan peralatan menyulam padanya.

"Mm? Bagaimana melakukan ini?" Flora bergumam. Dia mengambil jarum dan benang, hendak mencoba menggunakan alat itu.

Angin malam meniup lembut rambutnya. Suara mobil yang datang tidak membuatnya berhenti dengan hal yang membuatnya penasaran itu.

Merasa ada yang mengawasi, Flora langsung berbalik. Dia menjumpai manik gelap dan tajam yang menatapnya.

Adrian yang sedari tadi diam mengawasi, melanjutkan langkahnya dan menghampiri Flora.

"Kenapa kamu masih di luar?" tanya Adrian.

Flora menatapnya. Enggan menjawab, dia langsung fokus pada sulaman itu.

"Flora!" Panggil Adrian. Flora menoleh dan menatapnya lagi.

"Oh, itu karena aku tidak mengantuk." Dia pun akhirnya menjawab. Dia kembali menyulam dan jemarinya tertusuk jarum.

Adrian menatapnya. Wanita itu hanya meringis pelan dan kembali melanjutkan kegiatannya. Benar-benar tidak seperti biasanya, yang akan mengadu padanya.

"Masih marah padaku, hmm? Masih ingin mendiami ku meski sudah ku jelaskan semuanya?" tanya Adrian lembut.

Flora menatap bingung pria itu. Dia tidak mengerti apapun, mereka benar-benar baru sekali bertemu. Flora pun tidak mengikuti Ephemeral Love setelah chapter terakhir dimana Flora menangis karena melihat Isvara dan Adrian bersama-sama.

Adrian mencondongkan tubuhnya dan menatap Flora yang bingung. Aksinya membuat Flora mundur cepat, dan dia langsung menahan Flora yang hampir jatuh.

Flora mendorong Adrian dan langsung memperbaiki syalnya yang melorot.

"Aku tidak ingin kamu melepaskan cincin pertunangan kita, apapun alasannya. Aku membiarkan mu menjadi dokter, bukan untuk bertindak sesuka mu. Aku ingin kamu tidak terlalu sering menemui ku," ucap Adrian.

Flora kembali menatap bingung pria itu.

"Ahk, baiklah. Terserah," balas Flora.

"Kamu melakukan ini semua untuk mendapatkan kembali perhatian ku? Setelah semua yang kamu lakukan padaku?" tanya Adrian dingin.

"Hah?" Flora menatap bingung pria itu.

Apa akan ada konflik lagi? Kenapa dia dan Isvara tidak menikah saja agar cerita ini selesai?

"Jangan bilang kamu memiliki pria lain?" Adrian nampak terkejut sendiri dan menatap tajam wanita itu.

"Dengar Adrian, aku ingin menikmati waktuku. Itu saja," jawab Flora.

"Waktumu dengan siapa?"

"Hah? Waktu ku sendiri!" Flora terbawa emosi karena kesal dengan pertanyaan Adrian.

"Aku mengerti. Kamu masih marah padaku." Adrian mengangguk. Kemudian pria itu meraih tekuk leher Flora dan menatapnya lekat.

"Aku minta maaf," ujarnya.

Flora terkejut. Dia hendak menepis tangan Adrian, namun pria itu langsung menahannya.

Ini tidak bagus. Ku rasa ada yang bermasalah dengan cerita ini. Flora terdiam. Dia ingat betul bahwa Adrian adalah pria yang tidak peduli dengan apapun termasuk dirinya. Adrian hanya peduli pada ambisinya sendiri.

"Aku minta maaf, Flora." Adrian berucap kian lembut. Sangat berbeda dari kali pertama mereka berjumpa. Suaranya pelan menghipnotis dengan binar gelap yang tenang.

"Ya." Tidak ada pilihan lain, Flora pun mengangguk.

EPHEMERAL LOVE Where stories live. Discover now