Ephemeral Love 23

33.5K 2.4K 3
                                    

Sebelum keluar, pagi tadi Flora menemukan sebuah kertas.

Perjanjian yang harus ditaati kedua belah pihak:
1. Tidak mengusik kehidupan yang lainnya.
2. Ini hanya perjodohan semata, dilarang melarang pihak lain berhubungan dengan lawan jenis.
3. Tidak mempermalukan pihak lain.
4. Mengikuti batas-batas yang ditentukan kedua pihak.

Flora mengerutkan keningnya setelah membaca itu. Dia pikir Adrian setuju dengan pernikahan mereka, nyatanya tidak sama sekali.

“Apa maksud mu, Adrian?”

“Kamu tidak bisa membaca? Kuingatkan kembali, Flora! Kita hanya dijodohkan! Aku tidak sudi dan tidak mau terikat pada mu," jawab Adrian.

“Aku mencintai mu, Adrian. Kenapa kamu tidak pernah peduli? Bahkan sebelum perjodohan ini, aku sudah mengatakan jika aku menyukaimu.” Flora menatap pria itu penuh harap. Sungguh dia adalah cinta pertamanya.

“Aku tidak peduli! Aku tidak akan mau menikahi mu!”

“Aku bisa membuatmu mencintaiku. Akan ku buat kamu mencintai ku, Adrian. Berikan aku kesempatan," ucap Flora.

“Berusahalah sebisa mungkin. Aku tidak akan pernah mencintai mu karena hatiku ada pada wanita lain. Aku membencimu, Flora.” Adrian langsung pergi tanpa peduli dengan Flora.

Flora duduk lemas di kursi. Bahkan dia mempersiapkan penampilan terbaiknya, namun ini yang dia dapatkan. Dia menangis dan memukul dadanya yang sakit.

“Tidak, Flora. Kita harus membuat Adrian jatuh cinta. Aku mencintai Adrian, akan kulakukan apapun untuk mendekatinya.”

Ya, itu terlintas dalam pikiran Flora. Dia lupa pernah membaca itu sebelumnya.

Sementara Adrian menatap wanita itu dengan serius. Dia tidak pernah menyangka Flora akan berkata demikian. Apa wanita itu sudah menyerah? Bukankah Flora pernah mengatakan dia tidak akan pernah menyerah dengan cintanya?

“Kenapa berhenti? Aku ingin pulang dan langsung mandi. Badanku bau obat dan keringat,” ucap Flora.

Adrian yang masih diam mulai melajukan mobilnya kembali.

Mereka pun tiba di kediaman Flora. Adrian langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

Adrian menancap gas dan sibuk dengan pikirannya.

“Pasti ini hanya akal-akalan, Flora! Cintanya habis? Tidak mungkin,” ucapnya.

Dia pun semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan berhenti tiba-tiba.

“Apa dia sudah mempunyai pria lain?” Dia mencengkram kemudi dengan erat.

“Ada apa denganku? Kenapa aku tidak mau melepaskannya? Bukankah aku memang tidak ingin terikat pada Flora?”

“Cemburu? Tidak! Tapi kenapa aku kecewa? Ahk! Tidak! Dia terlalu pengganggu, itu yang membuatku terbiasa dengan keributannya.”

Adrian menghela nafas.

--o0o--

Malam ini begitu tenang. Rembulan bersinar terang dan angin lembut berhembus tenang.

Restoran di dekat sebuah danau, itu adalah tempat yang bersejarah. Restoran mewah dengan nuansa putih itu selalu menjadi pilihan pasangan kekasih karena suasana tenangnya.

Hamparan taman luas di pinggiran danau pun begitu indah. Banyak orang-orang yang menghabiskan waktu bersama di sana.

Flora memakan makanannya dengan tenang. Dia tidak terlalu peduli percakapan antara ayah dan orangtua Adrian itu.

“Maaf, aku terlambat. Aku harus menghadiri rapat penting terlebih dahulu,” ucap Adrian menghampiri.

“Tidak masalah,” balas Tommy.

“Harusnya kamu lebih menghargai waktu, Adrian.” Felix menatap putranya sambil menggeleng.

“Duduklah, son. Kamu membuat menantu mama menunggu lama,” ujar Ghina.

Flora menatap bingung pria itu, dan kemudian melanjutkan makannya.

“Kamu terlihat cantik hari ini, Flo.” Adrian menyelipkan rambut panjang Flora ke telinganya. Dia menatap Flora dengan lekat.

Flora menoleh pada Adrian. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang dia dengar dan apa yang diperbuat pria itu.

  Tatapan mereka bertemu dalam jarak yang dekat itu. Kemudian Adrian tersenyum pada Flora. Benar-benar perdana.

“Terimakasih.” Flora langsung membuang pandangannya.

“Karena semua sudah di sini, kita bicarakan saja. Bagaimana menurut kalian berdua tentang pernikahan ini?” ucap Felix.

“Jika kamu ingin fokus pada pekerjaan mu lagi, silahkan. Jangan karena terpaksa,” ucap Tommy pada Adrian yang hendak menjawab.

“Maaf, om. Aku selalu menunda karena pekerjaan ku.  Tapi kali ini Adrian memutuskan untuk ...”

Flora jantungan. Dia menatap pria itu dengan serius.

“... tidak menunda lagi. Aku akan menikahi Flora,” ucap Adrian.

“Apa?” Flora langsung menatapnya serius. “Aku tidak salah dengar, kan?”

Mereka semua menoleh pada Flora dan tersenyum.

“Ya. Aku akan menikahi mu.”

“Tidak, aku tidak mau.” Tolak Flora membuat mereka terkejut. “Kali ini aku yang tidak mau.”

“Apa? Flo, kenapa kamu berbicara seperti itu, sayang?” tanya Tommy pada putrinya.

“Ada apa, Flora? Kenapa kamu tiba-tiba begini, sayang?” tanya Ghina.

“Awalnya aku memang setuju. Tapi bukan ini tujuan cerita ini. Adrian tidak mencintai ku,” jawab Flora segera.

“Apa?” Mereka bingung.

“Kalian bertengkar lagi, ya? Adrian memarahi mu?” tanya Felix menyelidik.

“Apa yang kamu pikirkan, sayang?”

“Flora? Ada apa?”

Diserang pertanyaan itu, membuat Flora sedikit terkejut. Dia menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Adrian khawatir. Dia memperhatikan Flora yang mulai dari tadi meremas dadanya karena kesakitan, berbeda dengan orang tua mereka yang masih menyerang dengan pertanyaan.

EPHEMERAL LOVE Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu