The Day

291 31 9
                                    

⚠️Warning⚠️
Penuh dengan kata-kata kasar dan ujaran kebencian
..
.
.
.
.

09.17, Warkop

Tanggal 16 Maret : Baku hantam

H-4

Sam menendang Yuda. Benar-benar setan. Bagaimana bisa orang yang dia percaya berkhianat. "Anjing lo, cari mati sama gue hah?" Pukulan terus Sam layangkan. Masa bodoh dengan asma atau apa pun. Selama ini dia tidak pernah stress memikirkan penyakit sialan itu, mungkin karena belakangan dia terlalu memikirkan banyak hal makanya si sialan itu jadi sering kambuh. "Ditawarin apa lo sama si Juan hah?"

"G-Gue minta maaf... please ampun Sam..." Yuda meringkuk. Menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.

"Maaf? Gara-gara kebodohan lo itu, ada orang yang sekarat bangsad!! Mikir Bajingan, otak lo kemana?"

"Gue nggak tau kalau bakal sampai kayak gini!!" Sam tidak puas dengan jawaban itu. Kakinya sudah sibuk menjadikan badan Yuda sebagai bola.

"Nggak ada otak!!!"

"Sam, udah woy. Lo mau bunuh dia?" Glen juga sudah ngeri dengan keadaan Yuda.

"Iya, hari ini ni Monyet mati!" Seketika Glen dan Nathan berusaha menahan Sam bersama. Mereka kira Sam hanya akan mengamuk seperti biasanya. "Lepas anjing, bego ngapain lo berdua bajingan!!" Yah. Keluarkan saja semua jenis umpatan.

"Lari yud!! Kabur, jangan balik lagi!" Ucap Nathan yang masih berusaha keras Menahan lengan Sam bersama Glen. Bahkan saat tersikut pun mereka masih berusaha, jangan sampai sahabat mereka ini sungguh membunuh.

"Sialan, balik lo anjing!! Gue belom selesai!!"

"Sam udah!!" Glen melepas lengan Sam. "Nggak gini caranya! Lo mau masuk kantor polisi?"

Plak! Sam menampar Glen. Jika bukan sahabatnya, bukan hanya tamparan yang akan Glen terima.

"Lo tau si brengsek itu ngancem bakal bunuh ken? Tu tai udah nggak main-main!"

"Terus kalau lo sekarang kayak gini masalahnya selesai? Juan bakal lepasin Ken? Nggak nyet! Cari solusinya pake otak!" Sam juga geram sendiri. Ia acak-acak rambut dengan kesal. Semalam setelah acara selesai Juan tiba-tiba pergi dari rumah. Dia mengirim foto kalau ada anteknya yang sudah sampai di rumah sakit. Dan sialnya, yang memberi tahu lokasi Ken adalah Yuda. Dua orang, dua orang berkhianat. Bahkan, mereka juga memukuli Pram kemarin sore tanpa Sam ketahui. Tahu-tahu Bundanya Pram sudah mengabari Sam soal itu. Dia kecolongan, orang yang dia percaya untuk mengawasi pergerakan Juan ternyata adalah pengkhianat paling besar.

"Juan bajingan!!" Dia berpikir sejenak. Cara apa yang perlu dia lakukan dalam situasi seperti ini. "Cari Felix, gue butuh orang-orangnya!" Matanya menatap pada Nathan. Dan Nathan mengerti kalau sekarang Sam sedang dalam keadaan marah besar.

"Tanya Mario, temennya ada yang kenal koneksi preman nggak!" Begitulah Glen mendapat tugas. Semuanya bubar, termasuk Sam. Dia tidak bilang akan pergi ke mana. Dia nyalakan motornya dan bergegas pergi. Dia segera ke rumah sakit. Ke tempat Pram.

Jalanan menjadi temannya pagi itu. Air mata membuatnya sulit melihat, tapi Sam ya tetap saja Sam yang peran utama di sini. Dia sampai di rumah sakit, tempat dia meninggal Bara.

"Bang, ayo pulang!"

"Lo kenapa? Berantem lo?!" Sam membawa Bara ke tempat Pram di rawat. Alasannya hanya satu, Juan tidak akan berani berbuat nekat jika ada Bara.

"Gue nggak mau denger omelan lo, pulang sekarang!" Dia menoleh sebentar ke pintu kamar inap yang di dalamnya ada Pram.

"Nggak, jelasin dulu. Lo tiba-tiba bawa gue ke sini, ninggalin gue, terus ngajak gue pulang. Kondisi lo juga, kenapa kayak gini?!"

Morning in the Night (end)Where stories live. Discover now