Contradicting

234 24 9
                                    

Sementara itu. Kyle baru saja menidurkan Joseph. Dia mengusap rambut anak bungsunya itu, Malang sekali nasibnya harus lahir dalam keluarga yang berantakan seperti ini. Satu hal yang dia sesali, membiarkan dirinya jatuh cinta lagi dengan Arsena yang sudah punya anak-istri.

Kyle keluar dadi kamarnya yang juga kamar Arsena. Ada kasur bayi disebelah sana. Ia pergi ke dapur dan membuat kopi, ia bawa kopi itu ke kamar Bara. Bara baru saja pulang dari percetakan dan katanya mau mengerjakan tugas lagi.

“Bara, saya mau bicara!” Bara menutup bukunya yang hendak ia ringkas. Kalau sudah menyebut dirinya ‘saya’, maka ini urusan yang sangat serius. Begitulah Kyle yang Bara tahu dua tahunan ini. Dulu, waktu Bianca masih ada Kyle tidak pernah menyebut dirinya ‘Mama’ dan selalu bicara dengan kata ‘saya’ baik pada Bara maupun Sam.

“Duduk, Ma...” Bara memang sudah menerima kenyataan. Sudah menerima takdir. Tapi, dia tidak akan pernah memaafkan. Sama seperti Sam, dia menganggap kehadiran Kyle adalah alasan Bianca sakit dan berakhir kehilangan nyawa di tengah kekacauan yang Arsena buat. “Mau ngomong apa?” mereka duduk di sofa. Bara sedikit mencicipi kopi buatan Kyle, tidak senikmat buatan Mamanya, tapi cukup bisa diterima di lidah.

“Saya mau tanya, kamu berantem sama Sam?” Bara mengangguk. Tidak ada gunanya berbohong. “Kenapa? Memang harus sampai nggak peduli lagi?” Bara tak terkejut, Kyle mendengar pertikaiannya dengan Sam kemarin.

“Bara cuman marah, kesal, kecewa. Salah?”

“Nggak, kamu ngga salah kalau marah dan kecewa. Tapi apa harus sampai begini? Wajar kamu nggak peduli sama Juan, saya wajar karena dia salah dan dia bukan adik kandung kamu...,” Ucapan itu sedikitnya menampar hati Bara. Bukannya tidak mau, tapi Juan juga menolaknya. Dan, ya sudah kalau memang ditolak. “Saya hancurin keluarga kamu, saya orang asing Bar untuk kamu dan Sam. Kehadiran saya menyakiti kalian...” ucapannya terhenti ketika mata Bara menatapnya dengan tegas.

“Saya udah pernah bilang jangan bahas ini!!” tukas Bara.

“Bar, saya merasa kehilangan Juan karena nggak becus. Jangan kamu juga Bar, saya tau kamu ngerti maksud saya. Sam nggak salah apa-apa, bicara baik-baik sama dia. Dia mau kamu ngertiin dia, kan? Kalau gitu tanya apa maunya,”

“Bara takut, Ma.... takut Sam pergi...”

“Dia nggak akan pergi, Bar...” yang orang-orang ketahui Kyle hanyalah perebut suami orang. Ya dia tau itu fakta. Dan dia tidak akan menolak untuk di hujan. Pikirannya masih berkelana, ke mana perginya anak tercintanya itu. Anak yang dia nanti dengan mendiang suami. Ia pikir, setidaknya Arsena akan peduli. Tapi, yang Arsena pedulikan adalah sosok Kyle, bukan yang lain. Itu berarti baik Joseph maupun Juan juga bukan prioritas baginya.

 Itu berarti baik Joseph maupun Juan juga bukan prioritas baginya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sam pulang pukul sepuluh malam. Langka kakinya terhenti begitu melihat Bara duduk di ruang tamu. Rasanya dia ingin lari, tak ingin bicara dengan kakaknya.

“Duduk!!” Sam hendak mengacuhkan Bara jika Bara tak membanting majalah yang dia baca tadi. “Gue bilang duduk!!” Sam mendekat tapi hanya berdiri.

Morning in the Night (end)Where stories live. Discover now