Time is never wrong

305 24 0
                                    

warning!
Untuk yang tidak terbiasa dengan ucapan dan bahasa yang kasar silakan pertimbangkan😊
.

.

.
(Soft Mist Inhaler)
https://youtu.be/IA9_nBQi1VI

be/IA9_nBQi1VI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌻

“Papa ada bilang mau ke mana?”

“Nggak ada, mas. Buru-buru gitu”

“Ya udah,” Mira kembali ke dapur setelah itu. Membiarkan tuan mudanya makan bersama. Bara memperhatikan Sam yang sejak tadi diam, makannya hanya sedikit. “Jangan dirasain, langsung telen!!”

“Tetep kerasa lah, lo enak makanannya begituan lah gua?” Bara tersenyum. Ia pisahkan bagian kulit dan duri ikan di piringnya, sampai hanya daging berwarna putih yang tersisa.

“Akkk!” Sam menoleh. Ia lihat sendok yang sudah di depannya. Nasi dan daging ikan. “Buruan, pegel!” Sam membuka mulutnya. Aneh. Aneh sekali, rasanya gugup. Padahal ini Bara, abangnya. Dia seperti anak kucing yang hilang arah dan tiba-tiba ada manusia baik yang memungutnya. Pada akhirnya Bara menyuapi Sam dengan sarapannya, dengan teliti memisahkan bagian yang kering dan terkena bumbu.

“Lo makan apa?” tak lama setelah pertanyaan itu Bara memakan bagian kulit ikan yang penuh bumbu itu dengan nasi juga. Sam tertawa, masih ada nasi di mulutnya. “Ada-ada aja lo, bang eheheh!” pagi ini terasa hangat. Berbeda dengan pagi-pagi yang lalu.

“Coba sini lah buburnya, kenapa pada nggak suka sih....” Bara mencoba bubur punya Sam. Merasakan setiap detail makanan yang ada di mulutnya. Hey, apa yang salah. “Enak gini, orang bukan bubur nasi yang hambar juga, lebay banget ginian aja nggak doyan”

“Bacod, sini gue makan deh... makan tu ikan lo!”

“Ahahah, emang beneran enak Sam”

“Iya iya enak. Udah sono makan, dasar nggak ikhlas,”

“Duh, adek gue pundung! Nih Akkkkk lagi!” walaupun manyun pun tetap mau juga di suapin. “Bodo amat deh lo makan bubur atau nasi yang penting jangan kosong perutnya, bahaya minum obat kalau nggak makan. Ngerti?”

“Om Ryan ngaduan, nggak seru....” Bara kembali terkekeh begitu mendengar adiknya berucap. “Papa ke mana deh, tumben sama ‘dia’ sama anaknya juga lagi,” akhirnya Sam makan juga buburnya walaupun beberapa kali menaikkan alis karena rasanya yang aneh. Tapi, lama-lama enak juga sih.

“Namanya Joseph Sam. Joseph juga adek kita. Kalau lo nggak bisa terima Ibunya, tolong terima anaknya, ya! Dia ngga salah apa-apa,”

“Gue juga bukannya benci sama Joseph. Tapi lo tau sendiri, liat Ibunya aja gue marah bang. Gue juga sebenarnya nggak mau anak itu punya hidup yang berat di rumah ini. Cukup Gue... dan Lo!”

Morning in the Night (end)Where stories live. Discover now