Sakit "2"

512 23 1
                                    

“Hmm!” menjawab dengan malas. Dari tadi semua orang terus bertanya-tanya padanya. Dia ingin semua orang diam, membiarkannya bersama keheningan. Setiap suara yang ia dengar rasanya justru membuat kepala semakin pusing. Diamlah!!

.
.
.
.
.

"Seseorang bertanya, kapan kita akan akur? Lalu aku menjawab, ketika bulan tidak lagi mengenal bumi dan matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seseorang bertanya, kapan kita akan akur? Lalu aku menjawab, ketika bulan tidak lagi mengenal bumi dan matahari. Lalu dia berkata, kalau begitu aku akan membuat mereka saling mengenal untuk waktu yang lama"
.
.
.
.
.
.

Setelah  memeriksa Sam, Ryan pergi. Dia memaksa Sam untuk pulang, tapi anak itu jelas menolak. Hasilnya dia tidur di UKS dengan memakai masker oksigen yang Ryan siapkan sendiri dengan bantuan Felix.

“Felix?”

“Eh, iya!” Felix mengantar Ryan keluar dari UKS.

“Saya minta nomernya Bara, ini kartu nama saya. Ngga usah ngomong apa-apa ke Sam, ini juga demi dia!!” mutlak. Bahkan Felix belum sempat mengatakan apa pun lelaki tua itu sudah meninggalkan sekolahannya.

Tanpa pikir panjang, dia mengambil ponsel di sakunya dan mengetik nomor dokter itu, mengirimkan nomor Bara padanya. Lebih cepat lebih baik, daripada lupa. Seharian ini dia akan menemani Sam, masa bodoh dengan pelajaran. Tadi dia sudah meminta temannya untuk mengijinkannya.

Hingga waktunya pulang, Bara datang ke UKS. Ryan sudah bilang apa yang terjadi. Kenapa adiknya ini suka sekali membuat masalah. Dia mendapati adiknya yang masih tidur, ditemani Felix.

“Bang? Tau dari mana?”

“Om Ryan,” tak dia kira Ryan akan langsung menghubungi Bara. “Gimana tadi kejadiannya?”

“Tadi lagi makan pas istirahat pertama. Pas gue tanya dia bilang kurang tidur doang. Tapi tiba-tiba kayak mau muntah gitu. Terus pas mau gue anter ke UKS udah nyesek, ya gitu deh intinya...” Bara tak lagi mengajukan pertanyaan. Ia letakan tangannya di dahi Sam, hangat. Apa yang sebenarnya terjadi, Sam jarang sakit. Dia jadi sangat khawatir. Tadi Ryan juga menyuruhnya untuk membeli tabung oksigen dan nebulizer. Apakah separah itu?

“Bantu angkat ke punggung gue, nggak usah di bangunin!” Katanya pada Felix. Felix langsung menurut dan membantu Bara. Sekolah sudah sepi, sengaja karena kata Felix Sam tidak suka terlihat lemah di depan orang-orang. Kata Felix, adik yang dia gendong ini sering begitu. Kalau sakit sebisa mungkin sembunyi, kalau bolos juga kadang sebenarnya karena sakitnya kambuh. Cuma Sam, Felix, Pram, Glen, Nathan dan teman-teman tongkrongannya yang tahu.

Mungkin benar kata Sam, anak-anak berandalan bukan penjahat. Mereka hanya anak-anak yang hancur oleh keadaan dan memilih untuk meluapkan emosi di tempat bernama tongkrongan dan terjerumus dalam hal bernama kenakalan. Mungkin karena keadaan yang sama, mereka bisa begitu akrab dan saling mengerti.

Morning in the Night (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang