38. YoU ARe tHe REaSon

38 18 16
                                    

>>> Kadang, apa yang kita harapkan itu bukan yang terbaik menurut Tuhan. Kadang, sesuatu yang terbaik untuk kita juga berupa penerimaan paling ikhlas dan paling dalam.

Saat kamu bisa berdamai dengan diri sendiri, dengan perasaan dan rasa sakit  yang menyiksa itu, semuanya akan sangat melegakan.

°°°Hari kelulusan sudah berlalu sekitar 2 Minggu yang lalu, anak-anak yang lulus tahun ini sudah mempersiapkan diri mereka untuk masuk perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°
Hari kelulusan sudah berlalu sekitar 2 Minggu yang lalu, anak-anak yang lulus tahun ini sudah mempersiapkan diri mereka untuk masuk perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri.

Impian, setiap orang pasti mempunyai itu. Semua orang punya keinginan tersendiri hingga akhirnya berharap pencapaian hidupnya bisa memuaskan.

Namun, kini Zura hilang semangat. Sekalipun dia merasa dirinya baik-baik saja, tapi dia justru kebingungan sekarang. Tentang hidupnya, masa depannya, apa yang akan dia lakukan? Entahlah.

Semuanya hanya menjadi tolak ukur dari masalalu yang membingungkan sekaligus membungkam.

Memikirkan itu semua, sebuah senyum manis terbersit di wajah Zura yang sedang duduk di resto ayahnya. Belum memesan apapun, hanya termenung dengan berbagai macam pikiran di otak kecil yang dia punya.

Zura datang ketempat ini bukan hanya iseng saja, dia sudah punya janji malam ini. Lebih tepatnya momentum yang sangat penting dan menegangkan.

"Lo potong rambut?" tanya Luky yang baru saja datang ke meja nomor 27.

Zura mendongak melihat luky, temannya yang konyol dan menyebalkan itu sekarang berencana mengikuti casting untuk masuk dunia perfilman. Tidak dipungkiri, Luky memang tampan, cocok untuk jadi publik figur.

Dan tentang potong rambut, tentu saja Luky tidak buta. Zura memang memotong rambutnya kemarin diantar oleh Mawar. Alasannya?

Kemungkinan ada beberapa perempuan, dengan memotong rambut mereka masalah apapun akan berkurang, menjadi ringan. Sama halnya dengan Zura, dia mengikhlaskan semua yang sudah terjadi dan merelakan yang tidak bisa dimiliki.

Dan puncak dari keikhlasan itu adalah, dia memotong rambutnya yang sangat ia sayangi.

"Iya. Kemarin dianter Mawar, bagus gak?" tanya Zura sambil mengerlingkan matanya, dia tersenyum kecil.

"Eum, bagus-bagus aja sih, gak ada yang berubah," jawab Luky sekenanya lalu ikut duduk di sana.

"Ih, nyabelin!"

"Hehehe. Cantik ko. Kalo Lo bahagia, cantik Lo makin nambah juga," lanjut Luky sambil mengacak pelan rambut Zura, membuat gadis itu tersenyum simpul menimpalinya.

"Eh, ngomong-ngomong dimana Mawar? Dia gak ikut? Gue aja nih yang diundang?"

"Engga tau, dia gak jawab pas ditelpon."

"Ooh."

Mereka pun sama-sama terduduk sambil memesan minuman kepada Angga, malam ini restoran tidak terlalu ramai oleh pengunjung, alhasil Angga bisa langsung melayani Zura tanpa diminta.

ZURA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang