16. BEBAL

27 18 6
                                    

>> Rasa tidak memandang konsekuensi, ia hanya memiliki satu arah saja untuk berjalan. Kalaupun ada pilihan, rasa akan dengan sangat cepat jatuh pada pilihan yang paling tidak masuk akal.

Kantin sekolah SMA 03 ini cukup luas, beberapa stan pedagang makanan, juga ada stan keperluan alat tulis dan mesin cetak mencetak

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Kantin sekolah SMA 03 ini cukup luas, beberapa stan pedagang makanan, juga ada stan keperluan alat tulis dan mesin cetak mencetak. Kemungkinan digunakannya untuk kepentingan khusus guru dan murid agar tidak perlu keluar dari lingkungan sekolah.

Zura, Rian, Luky dan Mawar sudah ada di kantin di jam istirahat ke dua. Mereka pesan beberapa makanan untuk mengisi perut yang sudah mulai bernyanyi-nyanyi.

"Tau gak, dulu di sekolah SD ada tukang dagang cilok? Cireng? Kalo sekarang susah ya ketemu mereka dimana," ujar Luky di tengah makannya.

"Cilok? Cireng? Itu apa?" tanya Zura dengan polosnya.

"Anjayy! Lo gak tau, Ra?" seru Luky yang langsung diberi gelengan oleh gadis itu.

"Pas SD gue selalu di bekelin jajan dan makan siang dari rumah sama mbok, gue gak jajan sembarangan, jadi gue gak tau itu makanan apa," jelas Zura membuat Luky mengangguk, dia ingat kalau SD Zura tidak pernah keluar kelas sama sekali kecuali pulang.

"Kita juga gak jajan sembarangan, kita jajan makanan kali, Ra,"protes Luky yang disindir jajan sembarangan.

"Cilok itu tepung tapioka yang di adonin bulet-bulet, Ra. Terus cara makannya di colok gitu pake tusukan," jelas Mawar ikut nimbrung.

"Kalo cireng?"

"Sama, bedanya di goreng, gak di rebus atau dikukus," bubuh Luky kemudian.

"Ooh. Cara makannya dicolok juga pake tusukan? Enak gak?"

Luky menggeleng, "Mana ada cireng di colok! Euh! Mata lu gue colok!"

"Ya, kirain. Rasanya?"

"Enak dong, Lo sih, kelamaan jadi orang kaya," canda Luky sambil memakan baksonya.

"Ya udah si, gue 'kan juga gak minta dilahirin kaya, Tuhan terlalu baik sama gue," ujar Zura sambil membuka botol minumnya yang langsung di samber oleh Rian dan diminum.

"Lo tau gak jajanan telur yang digulung-gulung?" tanya Mawar.

"Hah? Emang ada?" tanya Zura yang masih melihat Rian minum.

"Ada Zura, enak loh itu. Kalo seblak, Lo tau seblak?"

"Seblak?"

"Mawar, Zura mana tau yang kaya gituan, anak kudet dia," ujar Luky diiringi tawa renyah.

Rian yang sedari tadi diam pun ikut tersenyum kecil mendengarkan celotehan teman-temannya, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Idih, meskipun gue gak tau, gue 'kan gak kudet, Luk!"

"Hahahaha, loh emang bener 'kan? Masa kecil kurang bahagia sih loo. Lo aja gak tau 'kan yang kaya gimana kue putu?" canda Luky menjahili.

Kalaupun mereka tahu Zura memang kurang bahagia dari kecil, apa salahnya dengan dirinya?! Luky memang kurang ajar!

ZURA (Tahap Revisi)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz