32. Emotional HUMAN

24 13 10
                                    

>>>Percaya dirimu terlalu tinggi, Nona. Harapanmu terlalu dalam ditempat yang salah, tidak takut menyesal nantinya?

 Harapanmu terlalu dalam ditempat yang salah, tidak takut menyesal nantinya?

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

°°°

Waktu berjalan begitu cepat, berlalu dengan seribu pemikiran dan masalah yang masih tersisa. Namun bukannya menyerah, dengan tidak tahu diri ego terus saja mendobrak akal sehat hingga tak lagi berbentuk dan mengadakan kehancuran.

Di sini, kamar tamu tempat Zura duduk sekarang dengan seribu egoismenya menatap seseorang yang sedang menjenguknya. Rian.

"Rian, aku cinta sama kamu." Kalimat itu terlontar dengan satu tarikan nafas seakan tidak ada hari esok yang memberi kesempatan untuk hidup.

Rian terkesiap. Hari ini dia menjenguk Zura karena mendapat kabar dari pak Beni tentang kejadian kemarin yang menimpa gadis itu, tapi ternyata dia harus menghadapi drama Zura yang satu ini juga setelah Mawar dan Luky izin untuk membeli makanan ke luar.

"Cukup Zura, jangan bercanda. Lo lagi sakit, jangan macem-macem," ujar Rian dengan tegas.

Matahari senja sudah menghiasi cakrawala dengan semburat jingganya, menelusup ke kamar seraya berucap 'ini hanyalah sebentar, tidak selamanya' lalu menyapa rambut Zura yang tergerai acak-acakan.

"Gue serius, gue cinta sama Lo," aku Zura dengan mata yang serius menatap Rian di sofa.

Rian mendengus kesal, tidak mengerti bagaimana harus menghadapi Zura. "Gue bakal pura-pura gak denger!"

Jawaban Rian seakan tidak membuat Zura menyerah, dia malah tambah penasaran dan ingin mencobanya. "Yan. Gue serius, gue cinta sama Lo."

Keras kepala, Zura bersikeras dengan pengungkapan itu. Dia percaya perasaannya untuk Rian dari lama setelah kejadian-kejadian keji belakangan ini, dia menyadari kalau rasa cintanya jatuh pada Rian. Temannya.

Seakan tidak mau kehilangan, Zura berniat untuk memiliki Rian sebelum terlambat. Sebelum cintanya benar-benar jadi gila lagi setelah semuanya dia sadari.

"Dan, gue gak denger Lo ngomong apa."

"Rian! Gue sayang sama Lo, gue cinta sama Lo. Lo punya rasa yang sama 'kan sama gue?" paksa Zura yang kini mulai jengkel tak terima.

"Zura, kita temenan. Gue gak bisa ... tarik ucapan Lo, gue bakal pura-pura gak denger apapun!" tekan Rian sama keras kepalanya. "Lo harusnya gak boleh kaya gini, Zura!"

Deg!

Perkataan itu seakan langsung bisa menusuk hati Zura dengan tanpa belas kasihan, pernyataan itu menjadi bumerang dan menyerang akal dan hatinya bersamaan. Luluh sudah, hatinya sangat sakit dengan rentetan penolakan tak berperasaan.

"Rian, kita udah lama sama-sama. Gue cinta sama Lo, gue ...."

"Enggak Zura, cukup! Lo gak boleh punya perasaan itu sama gue, Lo tau sendiri gue gak akan pernah bisa suka sama Lo," potong Rian tak mengizinkan Zura menuntaskan kalimat lirihnya yang lebih tepat disebut sebagai pura-pura kuat.

ZURA (Tahap Revisi)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ