9. Hati berandalan

71 40 88
                                    

"Percayalah, kamu bodoh bila cinta buta. Lagi-lagi hanya akan risi terhadap resikonya."
- Zura -

Pagi yang cerah hari ini, matahari bahkan tersenyum riang saat bertemu dengan hamparan bumi.

Secerah dan terang-benderangnya matahari, ternyata masih kalah dengan senyuman Zura yang kini sudah ada di kamar mandi sekolah, dia sedang mengepang rambutnya karena hari ini pelajaran pertama kelasnya adalah olahraga.

Secerah dan terang-benderangnya matahari, ternyata masih kalah dengan senyuman Zura yang kini sudah ada di kamar mandi sekolah, dia sedang mengepang rambutnya karena hari ini pelajaran pertama kelasnya adalah olahraga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Nanana ... hm ... hm ... hm."

Kicau Zura di depan kaca, dia melihat pantulan dirinya yang sudah terlihat sempurna.

"Lo cantik banget si," gumam Zura memuji dirinya sendiri. Dia kemudian mengambil coklat di sakunya, menilik-nilik coklat yang dia ambil di kolong meja Rian. "Enak, kayanya. Gak ada jampe-jampenya 'kan ini?"

"Eheum! Anak baru nih," celetuk salah seorang siswi yang baru masuk ke dalam kamar mandi.

Zura langsung terdiam, dia melihat 3 orang siswi masuk bersamaan. Nampak tidak perduli, Zura langsung melenggang pergi hendak melewati mereka.

"Eit ...." cegah seorang siswi yang lebih dominan.

Zura tersentak, untuk apa perempuan ini menahannya apalagi dengan cengkeraman tangan yang kuat. Zura merasa dia berada dalam masalah sekarang.

"Eh, kenapa?" tanya Zura lugu, dia melihat nametag yang ada di baju gadis itu.

Amanda, IPS2.

Kayanya cewe ini ratu di sekolah deh, dan, pasti mereka itu kacungnya! Aish! Nyebelin banget si! rengek Zura dalam hatinya sambil bergantian melihat ketiga gadis itu.

"Anak baru, denger gue ya," ujar gadis yang bernama Amanda itu sambil mendorong tubuh Zura ke tembok.

"Jangan lo pikir gue gak tau, kalo Rian itu bukan pacar lo. Jangan mentang-mentang lo kenal deket sama dia, lo jadi seenaknya. Lo tau diri kan, posisi seorang sahabat sama pacar?" jelasnya dengan mata tajam.

Zura hanya mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya, jadi semua ini karena Rian, perempuan ini sama-sama gilanya tentang cinta. Zura rasa dia akan mati dengan nama membawa nama Rian karena terus berhadapan dengan singa betina yang mengejar laki-laki itu dimana-mana.

"Eum ... maaf, tapi lo juga gak bisa seenaknya dorong-dorong orang lain dengan bermaksud mau ngelabrak, sedangkan lo sendiri bukan siapa-siapanya Rian," balas Zura dengan senyuman manis di wajahnya.

ZURA (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now