chapter 24 - normal

280 58 20
                                    

Perusahaan sedang gencar mendorong NCT Dream agar sedikit lebih rajin membuat konten untuk konsumsi fans, di sela kesibukan dan sebelum comeback album nanti. Termasuk hari ini. Syuting dilakukan di tempat strategis yang bisa ditonton banyak orang. Agendanya tidak jauh dari wawancara ringan, tanya jawab atau melakukan permainan sederhana. Ya, seperti biasa yang kalian lihat, kami memamerkan keakraban dan sebisa mungkin menarik perhatian. Bagaimanapun tujuan lain dari hal ini adalah promosi. Tidak ada perusahaan hiburan yang tak ingin artisnya semakin dikenal, kan?

Di balik wajah ceriaku, ada jiwa yang sedang bertarung melawan kantuk berat. Tampaknya jika kedipanku berdurasi lebih dari lima detik, aku akan jatuh terlelap. Jadi kuanggap setiap manusia di sini adalah uang 50.000 Won dan mengejutkan sekali karena trik ini efektif menawan senyumku guna tetap terpatri.

Aku nyaris melompat senang saat diberikan waktu untuk rehat sejenak. Macam biasa, aku memisahkan diri. Bukan apa-apa, aku perlu mengisi ulang baterai setelah sebagian kapasitasnya habis demi menghadapi manusia. Juga entah kenapa saat mendengar seruan, "Oke, istirahat sebentar." uang-uangku kembali ke wujud semula dan melenyapkan segenap semangat.

Memboyong sebotol air, agak gontai aku pergi ke bagian lain yang lebih tenang. Malangnya tak lama kemudian aku dibuat mendengus keras-keras. Siang di musim gugur yang indah seketika hancur saat dia mendarat di sebelahku.

"Aku belum mengizinkanmu duduk di sini," sergahku masam.

"Sejak kapan bangku ini jadi milik pribadi?"

Lagi, aku mendengus dan buang muka. Berniat mengabaikannya tapi bahkan mencium atmosfer keberadaannya saja aku gondok.

Baiklah. Jika dia tidak bersedia pergi, biar aku yang angkat kaki. Tapi pastinya tidak semudah itu.

"Apa maumu?!" Sekuat tenaga aku menekan kadar suara agar tak mengundang atensi. Namun sungguh, sangat menyebalkan kala cekalan Jaemin sulit sekali untuk dilepas. Ditambah mendapati sunggingan kecil di sudut bibirnya, ubun-ubunku mendidih.

"Jangan menatapku begitu. Orang-orang bisa beranggapan kalau kita sedang bermusuhan dan rumor akan tersebar."

Aku menutup mata, upaya terakhir untuk meredam emosi. "Lepaskan tanganku."

Untungnya dia menurut. Di kanan aku bertekad mengunci mulut seraya berusaha menghalau bau parfumnya yang menyengat hidung. Di kiri, dia menyandar santai lalu mencetus.

"Kamu tahu, kamu sangat tidak adil."

Aku mendelik, yang jika diartikan berupa:

Apa-apaan dia. Datang-datang menuduh orang.

Jaemin bersidekap sembari menyambung. "Kamu mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mark hyung bahkan satu hari sebelumnya. Sementara ini sudah pertengahan bulan September tapi kamu tidak juga mengucapkannya untukku. Padahal aku selama ini sangat menantikannya, kamu tahu?"

Aku mengernyit. Jaemin bak seorang sahabat yang sedang merajuk dan seolah-olah WAJAR MELAKUKAN HAL INI PADAKU!

Apa ada yang salah dengannya? Maksudku, mungkin selama ini dia menyembunyikan riwayat kelainan. Sejenis Dissociative Identity Disorder? Oh, ayolah. Manusia dengan pancaran aura berseri dan berwajah semanis gula ini adalah presensi yang tempo lalu menyuguhkan tampang datar untuk permohonan putus asaku. Tiba-tiba, aku merinding.

Aduh. Aku sudah tidak tahan dengan aroma yang melekat padanya. Dia pakai wewangian murahan apa sih?!

Oke, dia harus segera pergi. Perutku sudah berulah. "HBD, Na Jaemin. Aku membencimu."

Tidak tahu apa yang lucu, namun dia tertawa. Ringan terbawa angin namun cukup untuk beberapa orang menoleh dan terpana sejenak. Tcih. Andai kalian tahu monster buas macam apa yang dia sembunyikan di balik lantunan indah itu.

cromulent | jaemrenWhere stories live. Discover now