42. Selamat Semuanya... [TAMAT]

5.1K 211 123
                                    

[Sebelumnya] Emeraldi membungkus anaknya dengan handuk Boboiboy, kemudian ia gendong keluar kamar mandi.

Sudah mau masuk ke kamar untuk Shakil ganti baju, di ruang tamu tampak beberapa orang yang tadinya tidak ada. Ditemani Ruby, dua orang itu duduk di sofa dekat etalase makanan yang panjang, tinggi, dan kosong sebab hari Minggu bukanlah hari berjualan, kecuali orderan katering, yang tetap beroperasi kapan saja bila ada pesanan.

"Bapak Emeraldi habis mandiin anaknya," kata Hasta dengan nada Sarimin pergi ke pasar.

"Kok lo ada?" Emeraldi mengernyit sambil menggendong anak. Kemejanya terdapat basahan-basahan bekas memandikan.

"Shakiiil...," suara Linda menahan gemas menengahi. Ia bangkit dari sofa, mendatangi cucunya untuk ia ambil alih. Setengah hari tidak lihat Shakil, rasanya sudah rindu sekali.

"Sama Oma dulu?" Emeraldi menyerahkan tubuh Shakil, tetapi anak itu malah berteriak sambil memeluk leher ayahnya, mengeraskan badan tak mau diserahkan kepada Linda.

"Eh... kok gitu?" Omanya merengut sedih.

Hasta saling tatap dengan Ruby, kemudian sama-sama menahan tawa. Kocak sekali melihat Linda yang ditolak cucunya.

"Ayo sini, sama Oma. Oma gantiin bajunya Shakil... ya? Masa udah tiga hari, masih nggak mau sama Oma?" Linda masih berusaha mengambil hati cucunya. Iri sekali kemarin melihat Shakil sangat menempel pada mantan suaminya, Fauzan.

Karena kasihan, Emeraldi tetap menyerahkan Shakil pada Linda meskipun anak itu menangis hasilnya. Tidak apa, di kamar pasti Shakil akan tenang karena ada Mama dan akan segera minum susu botolnya.

Shakil sudah masuk kamar dengan omanya. Emeraldi kini menatap Hasta dan Ruby yang tengah duduk di sofa. Memasang wajah garang, ia mendekati keduanya. "Jangan deket-deket banget duduknya," ketusnya sambil berkacak pinggang.

"Sorry, Kak, tapi Ruby-nya suka deket-deket sama aku...," jawab Hasta sok imut sambil duduk.

"Gue pites juga ya, mulut ababil lo ini." Emeraldi mendorong pipi Hasta pelan sambil geregetan.

"Maaf, Kak Adi." Hasta masih saja.

Ruby tertawa geli. Hiburan sekali tiap melihat kakaknya dan teman-teman kakaknya berinteraksi. Belum saja ada Prasetya, niscaya Emeraldi makin mau pecah kepalanya karena kesal. Kesal, tapi sayang.

"Eh, Di, btw itu... mamanya si Anna," Hasta memelankan suara, menunjuk kamar Emeraldi dan Medianna, tempat Linda berada, "nginepnya di mana?"

"Di sini. Masa di rumah papanya Anna, yang bener aja." Emeraldi memelankan suara juga, menurunkan satu tangannya dari pinggang.

"Di mana tidurnya? Di atas?"

"Iya, di kamar atas. Sebelahan sama kamar Ruby."

"Oh...." Hasta mengangguk-angguk.

Ruby menyimak saja. Melirik ke pintu kamar, memastikan Linda tidak ke luar. Walau bukan bergosip jahat, tetap saja tidak enak bila kedengaran orangnya.

"Tapi tadi blio di rumah Om Fauzan, di toserba. Dateng ke sini kan gue yang anter." Hasta memberi informasi.

"Oh, lo yang anter? Pantes lo muncul tanpa diinginkan."

Hasta menghela napas mengalah. "Iya, ketemu pas gue ke toserba Pak Fauzan tadi, beli rokok. Terus si Adam mintol gue anterin emaknya ke sini. Si Adam mau nganter, tapi lagi sakit perut dia, diare katanya."

Emeraldi mengeluarkan tawa dari hidung. "Kasian banget ipar gue mencret."

Ruby memukul paha Emeraldi. "Kak, eh. Nggak boleh gitu. Kasihan, tau," belanya tulus, tapi sambil menahan tawa juga.

CAN'T HURT YOU BACK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang