6. Permintaan Seumur Hidup

2.6K 279 255
                                    

APRIL 2022

Medianna Serenita Dewi mendapat gelar S1-nya lima bulan lalu, yaitu November 2021. Pada hari itu, Emeraldi datang untuk menyaksikan prosesi wisuda mahasiswa/i yang tak terlalu ia paham sebab belum pernah merasakan. Namun, sangat menyenangkan sebab Emeraldi selalu berbunga melihat Medianna bahagia.

Selain mengabadikan momen-momen kelulusan dengan teman dan keluarga, Medianna tidak lupa berfoto pula dengan Emeraldi. Apalagi, si pemuda membawakan karangan bunga plastik dihiasi cokelat-cokelat. Katanya, supaya cokelatnya bisa dimakan dan bunganya bisa disimpan. Lucu sekali idenya. Medianna yang menggemaskan suka hal-hal menggemaskan.

"Lucu banget sih, Adi.... Makasih, ya!" Lalu memeluk Emeraldi singkat. Ah, setiap mengingatnya, pemuda itu akan senyum-senyum sendiri seperti gila.

Terlebih lagi, kata-kata Adam di bulan April 2021 silam. Sangat bersejarah. Masih kerap terngiang-ngiang. "Nggak lama lagi Anna wisuda. Lo, datang ke rumah kalau memang siap. Bokap gue nggak resek, kok. Dia juga tau lo baik banget ke Anna selama ini."

Itu kalimat terspektakuler yang pernah Emeraldi dapat dari seorang laki-laki. Sangat ekstrem. Sensasinya seperti mendapat penghargaan semarak setelah berlari berkilo-kilometer selama bertahun-tahun tanpa henti.

Kini, April 2022. Genap setahun pasca ujaran fantastis Adam. Siang ini, hari Minggu, jam dua. Emeraldi berjalan dari Jalan Kayu Dua ke Jalan Kayu Tiga, rumah Medianna. Gadis itu ada di rumah katanya, Emeraldi sudah bertanya via WhatsApp.

Oh, iya. Emeraldi sudah tinggal di kontrakan sendiri sejak Juli 2021. Tak terlalu jauh dari rumah Zahwa dan Bu Marni, tidak terlau jauh dari kontrakannya yang dulu, tidak terlalu jauh pula dari rumah plus toko kelontong Medianna. Ya, di situ-situ saja.

Ruby, anak itu Emeraldi tinggal sebentar. Lagi pula, gadis 16 tahun itu sedang sibuk di kamar dengan drama Korea pada ponsel pintarnya. Terakhir ditengok, ia sedang menangis terharu karena adegan dalam dramanya.

Langkah demi langkah dibuat, lama-lama sampai di tujuan. Bukan pertama kali Emeraldi bertamu, bertemu, atau sekadar membeli sesuatu di rumah Medianna. Namun, sekarang rasanya beda. Mendebarkan sekaligus menakutkan.

Pemandangan yang tak asing terlihat, Medianna duduk di belakang etalase barang dagangan. Duduk sambil berselfie-selfie ria di aplikasi Instagram. Emeraldi tersenyum melihatnya.

Lelaki itu berucap langsung ketika dekat, "Udahan dulu selfie, nanti full tuh memorinya." Ia sambil menunjuk ponsel Medianna.

"Adi dateng-dateng gangguin aja. Orang lagi cantik gini, kan sayang kalau nggak selfie," kata Medianna sambil mengatur-atur rambutnya di depan kamera.

Senyum Emeraldi tersungging, ia bertumpu di etalase dagangan tanpa menekan. Mengintip bayang Medianna pada benda pipih yang gadis itu pegang. "Potong rambut, ya? Tapi nggak terlalu kentara, sih."

"Tau aja. Iya, aku habis dari salon tadi," jawab Medianna.

Emeraldi memang selalu tahu. Ada perubahan sedikit pada Medianna, pasti ia tahu. Panjang rambut, berat badan yang kadang naik atau turun, wajah berjerawat meski cuma satu-satu, bahkan Emeraldi selalu sadar kapan jerawat itu muncul dan sembuh. Perubahan remeh apa pun, Emeraldi selalu tahu.

"Btw, mau ngapain ke sini? Kok nggak bawa makanan? Aku kira mau bawain makanan," ucap Medianna sambil melongok dua tangan Emeraldi yang kosong.

"Aku hari ini nggak masak. Mau makan apa emangnya? Ntar aku masakin," sahut Emeraldi tenang, berpegang santai pada ujung etalase Medianna.

Gadis itu terkekeh sejenak, wajah yang selalu membuat Emeraldi bahagia. Apalagi, bila tersenyum atau tertawa karenanya.

"Mau bubur ayam. Bisa, nggak?" Medianna bertanya, bercanda.

CAN'T HURT YOU BACK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang