7. The Wedding 2023

3.1K 255 129
                                    

OKTOBER 2022

Tanggal 2-10-22 dibilang tanggal cantik oleh Emeraldi dan Medianna. Padahal, tidak terlalu cantik juga karena ada angka "10" yang membikin tak seragam. Kalau 2-2-22, barulah cantik. Tapi ya sudah, biarlah orang-orang yang tengah bahagia menyugestikan tanggal 2-10-22 merupakan tanggal cantik.

April ke Oktober 2022 adalah waktu yang singkat-singkat lama bagi Emeraldi. Singkat untuk mencari pundi-pundi hingga harus meminjam tiga juta pada Prasetya, si banyak duit. Lama untuk menikahi sang kekasih yang telah lama dicintai.

Selama enam bulan, April ke Oktober, Medianna mau jadi kekasih alias pacar Emeraldi. Ia tidak menolak dan tidak masalah mengatakan pemuda yang sudah enam tahun bersahabat dengannya itu sebagai kekasih.

Teman-teman Medianna banyak yang sudah kenal Emeraldi, barista di Kafe Jam Sembilan, kafe yang tampak sepi sebab hanya punya 12 kursi. Namun, orderan via online jauh dari kata sepi. Bisa dibilang, 60% omset kafe tersebut berasal dari orderan ojek-ojek online.

"Adi udah siap tempur! Tuh, tuh, liat mukanya, anjay...." Prasetya menunjuk-nunjuk Emeraldi yang tengah meminum air mineral botolan. Padahal, muka kawannya itu biasa saja.

Hasta tertawa sambil memukul bahu Emeraldi yang masih berbaju pengantin cokelat-cokelat. Dua teman cowok se-RT yang lain juga usil cekikikan.

Masih di lapangan Kayu Satu, jam 10 malam kini. Mereka tengah bersantai setelah resepsi. Istilah kerennya sih after party, tapi yang ini mungkin sedikit udik dan minimalis. Mereka duduk di belakang panggung kecil, yang ada biduan seksi dan mas-mas pemain orgen untuk pelengkap bernyanyi, ditambah speaker besar tersambung dengan bluetooth ponsel, agar musik makin ciamik walau tak menyewa band-band resmi.

"Di, Ruby nggak lo ungsiin, Di?!" Pertanyaan Prasetya, agak berseru karena musik pengiring si biduan sungguh riuh meliputi Jalan Kayu Satu sampai Kayu Tiga.

"Bila ingin melihat ikan di dalam kolam~" Walau cuma di belakang panggung, Hasta tetap menyanyikan tembang Ikan Dalam Kolam sambil berjoget, mengikuti nanyian sang biduan.

"Lo kata bencana alam adek gue harus ngungsi!" balas Emeraldi berseru juga. Kalau tidak begitu, Prasetya tidak akan dengar.

"Tenangkan dulu airnya sebening kaca~" Masih Hasta dengan nyanyian dan goyang tipis-tipisnya.

"Sementara dia nginep di rumahnya Nabila!" sambung Emeraldi.

"Nabila anak Kayu Dua?!" tanya Prasetya lagi.

"Iya! Temennya! Nggak jauh dari kontrakan gue!" jawab Emeraldi.

"Anna mana, dah?!" Seorang teman bernama Mukhlis bertanya.

"Hah?!" Emeraldi tidak dengar.

"Anna mana?!" Mukhlis mengulang lebih kuat.

"Jangan, jangan dulu~ janganlah diganggu~"

"Masih foto-foto di pelaminan sama temen-temennya! Ceweknya si Hasta sama Pras juga termasuk!" jawab Emeraldi kencang.

"Lo nggak ikutan, Di?!" tanya teman satunya, Ikbal.

"Biarkan saja, biar duduk dengan tenang~" Prasetya bergabung dengan Hasta, mulai bergoyang pula.

"Udah kan tadi! Temennya juga yang itu-itu lagi! Udah difoto tadi pake kamera fotografer, udah banyak banget! Anna kalau foto mah nggak kelar-kelar!" Emeraldi kembali menjawab dengan urat untuk Ikbal agar tidak kalah dengan suara speaker bluetooth featuring orgen dangdutan.

"Hahahaha!" Mukhlis tertawa.

"Nggak apa-apa, sekali seumur hidup, Di! Biarin aja si Anna foto-foto. Mending lo goyang sini ama gue, buat lo pemanasan!" Prasetya berseru menggoda, mengambil tangan Emeraldi dengan gerakan manja.

CAN'T HURT YOU BACK ✔️Where stories live. Discover now