04-Who?

4K 179 11
                                    

Area dewasa. Untuk yang masih di bawah umur, tinggalkan bacaan ini. Sewaktu-waktu part ini bisa aja aku hapus.

****

Nazly baru saja menandaskan sepiring makanan di atas meja makan. Tadinya, ia hanya berniat mengisi tubuhnya dengan cairan, tapi pada saat sampai di dapur, ia ternyata juga perlu mengisi perutnya dengan makanan.

Nazly bergerak untuk kembali mengambil segelas air dingin. Saat menutup pintu kulkas usai mengambil segelas air di sana, gadis itu dikejutkan dengan berdirinya Thalla di balik pintu kulkas sembari bersedekap. Pria itu menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Nazly, entah mengapa jantung gadis itu mulai berdetak tidak wajar.

Ketika ia melangkah mundur, Thalla melangkah maju dengan sedikit gerakan sempoyongan.

Thalla tersenyum miring mengamati wajah gugup Nazly. Gadis itu hanya mengenakan dress tidur berwarna putih transparan setengah paha. Hanya ada tali berukuran spaghetti yang bertengger di kedua bahunya. Entah di mana pikiran gadis itu ketika mengenakan pakaian kurang benang tersebut. Terlebih dengan santainya ia masih bisa leluasa berkeliaran di rumah yang saat ini hanya dihuni olehnya dan Thalla.

"Nazly..." Thalla menyebut dengan lirih. Ia mengukung tubuh Nazly dengan kedua tangannya kala punggung gadis itu telah menyentuh meja dapur di belakangnya.

"Thalla, kamu mau ngapain?" Nazly menatap wajah Thalla tajam yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya. Gadis itu bahkan tetap meneguk segelas air di hadapan Thalla hingga tandas, tidak peduli jika tatapan mata pria itu yang dapat melumpuhkannya.

Gadis itu meletakkan gelasnya di meja dapur dengan kuat hingga menimbulkan suara dentingan yang cukup nyaring.

"Minggir!" ucapnya tajam.

Bukannya menyingkir, Thalla justru semakin memepetkan tubuhnya.

Nazly yang memang hanya setinggi dada Thalla, terpaksa harus mendongak untuk balas menatap tajam mata pria itu.

"Aku bilang minggir, Thalla!" kata gadis itu dengan penuh penekanan.

Thalla tersenyum miring, ia menurunkan sedikit wajahnya hingga hidung keduanya nyaris bersentuhan.

"Nazly, kamu nggak bisa lepas dari aku."

Nazly mendorong dada bidang tersebut dengan kuat. Aroma menyengat yang keluar dari mulut Thalla menganggu penciumannya. Bau alkohol. Thalla mabuk?

"Thalla, kamu jangan macam-macam! Kamu lagi mabuk!"

"Aku nggak mabuk!"

Thalla tersenyum, menurunkan wajahnya hingga hidung keduanya kini beradu.

"Nazly, kamu nggak bisa pergi," bisiknya tepat di atas bibir gadis itu.

"Kamu-"

"Selama ini kamu larang aku buat sentuh kamu. Sekarang aku nggak peduli, Naz."

Naz?

Nazly membatu. Jantungnya berdetak di luar kendali. Thalla tidak pernah menyebutnya dengan panggilan seperti itu.

Baru saja gadis itu membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tapi Thalla telah melabuhkan bibir di atas bibirnya yang terbuka. Pria itu tanpa membuang kesempatan melahap habis bibir tipis itu dengan bibirnya. Sesekali menyesap dan dominan melumatnya.

Setengah sadar, Thalla melakukannya. Naluri laki-lakinya bekerja. Kedua tangannya langsung memeluk Nazly kala gadis itu meronta minta dilepaskan. Thalla tidak peduli, dengan mudah ia mengangkat tubuh Nazly untuk duduk di atas meja dapur. Thalla mendesak untuk berdiri di antara kedua paha gadis itu.

Short StoriesWhere stories live. Discover now