AITA-39

415 53 12
                                    

Seperti yang dikatakan sebelumnya, karena luka yang didapatkan oleh kembarannya membuat Lisa memiliki keinginan untuk menjadi seseorang yang dapat diandalkan dalam mengobati lukanya dan merawatnya disaat sakit. Dan begitupula dengan Rose yang memiliki keinginan untuk menjadi orang kuat demi melindungi dan menjaga adiknya hingga pilihan jatuh tepat ingin menjadi seorang tentara, namun yang tak pernah dibayangkan Lisa yang dulunya ingin menjadi dokter kini dia malah juga menjadi tentara bersamanya walaupun nama Lisa sudah tersemat kan gelar dokter genius. Namun sekarang Lisa hanyalah seorang warga negara bukan lagi seorang tentara, tapi Lisa tak menyesal dengan keputusan sepihak dari Rose kakak kembarnya. Karena dia tau, apa yang dilakukan oleh rose adalah untuk kebaikan dirinya sendiri.

"Kapan kau kembali ke kamp?" Setelah pelukan singkat keduanya kembali memandang langit yang penuh dengan bintang.

"Besok."

Tangannya mengambil sesuatu yang berada dalam kantong celananya.

"Besok, adalah keberangkatan Irene unnie dengan suaminya ke Swedia."

Ya. Besok adalah keberangkatan mereka sebagai yang sudah direncanakan sebelumnya.

Seit..

Suara mesin yang digesek kan.

"Tak bisakah kau menundanya sampai lusa?" Lisa melihat kearah Rose yang menyalakan sebatang nikotin di bibirnya.

"Semua orang akan mengantarkan mereka ke bandara. Tak bisakah kau juga ikut?" Lisa kembali memberi pertanyaan pada kembarannya yang menghisap nikotin di sela-sela jarinya.

"Tidak."

"Kenapa? Apakah kau masih belum bisa menerimanya Rose?"

"Dan kenapa kau kembali merokok? Apakah ada yang menganggu pikiranmu?"

Lisa tau dan sangat tau jika Rose sudah menghisap rokoknya pasti ada sesuatu yang menganggu pikirannya ataupun ada hal sesuatu yang tidak bisa diterimanya. Dan Lisa tidak bisa melarangnya, karena itulah satu-satunya untuk menenangkan pikiran kembarannya, walaupun itu merusak tubuhnya dengan nikotin itu. Namun apa boleh buat?

Rose tak menjawabnya, dia hanya menghisap dan menghembuskan asap lewat mulut dan hidungnya.

Dengan mata yang fokus ke atas menatap langit yang ditaburi beribu bintang. Dia ingat seseorang pernah mengatakan sesuatu padanya.

"Nak saat kau merasa sedih dan pikiranmu sangat kacau, berdamailah dengan alam dan cari alam untuk mengobati rasa sedih mu, baik itu gunung, laut, ataupun langit yang menjadi saksi hidupmu selama ini. Pandangilah langit itu dengan dengan rindumu maka rindu itu akan berkurang dengan cahayanya bintang. Pandangilah langit itu dengan rasa sedih mu dengan cahaya bulan itu akan membuat hatimu tenang. Pandangilah langit itu dengan pikiran kacaumu, ribuan bintang di langit akan membuat pikiranmu tenang. Pandangilah langit dengan setiap cobaan yang datang padamu maka kau akan semakin kuat sama halnya seperti langit yang didatangi awan hitam yang menjatuhkan jutaan airnya namun begitu reda air itu akan membuat bumi subur dan pelangi yang menghiasi langit itu sendiri."

Dan seorang pencandu juga pernah mengatakan padanya.

"Aku merokok bukan karena ingin dilihat hebat oleh orang lain. Aku merokok hanya untuk merilekskan pikiranku sendiri dengan kekacauan ini. Aku tak sanggup menghadapi dunia luas ini sendirian. Aku butuh sesuatu yang dapat menemaniku dan mengerti diriku tanpa harus menjelaskan apa itu. Dan aku menemukan jawabannya di rokok yang katanya dapat membunuhku, tapi aku menikmati prosesnya."

"Ya."

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Lisa tak tau apa yang terjadi dengan kembarannya namun dia tau tugasnya hanya menemani sang kembaran disaat dirinya sedang dalam keadaan kekacauannya.

"Aku tak bisa dengan kasih sayang mereka."

Dan Lisa tau itu.

"Anak yang dulunya selalu mendapatkan cacian dan pukulan dan kata-kata kasar yang dilontarkannya, tiba-tiba semua kasih sayang mengarah padanya, itu membuatku takut." Mata Rose masih menatap kearah langit. Langit yang tiba-tiba menghalangi sinarnya bulan dan bintang di langit dengan awan hitamnya.

"Dan apapun yang dilakukan oleh mereka padaku selama ini masih belum bisa ku maafkan Lice."

Rose menatap kearah Lisa yang berada disampingnya yang sedang mengemut permen lolipop ditangannya dan Lisa sendiri menatap kearah Rose dengan rokok ditangannya.

"Hatiku tak sebaik dirimu Lice, yang masih bisa memaafkan seseorang yang telah membunuh jiwaku."

Rose akan banyak berbicara hanya dengan Lisa, kembarnya.

"Dan aku tak akan ikut menghantar mereka ke bandara besok."

Tis tis tis

Hujan tiba-tiba turun membasahi isi bumi dengan airnya yang membawa banyak manfaat pada bumi itu sendiri.

"Aku tau, ini akan sulit bagimu Rose. Tapi berdamai dengan hatimu dan keadaanmu Rose." Lisa melempar gagang permen kebawah dari balkonnya Rose.

"Dan terimalah mereka. Walaupun bagaimanapun mereka tetap keluarga kita, mereka orangtua kita dan saudara kita." Lisa berjalan masuk ke kamar Rose.

"Ayo masuk. Diluar dingin dan aku ingin tidur denganmu malam ini sebelum kau akan bertugas dipagi hari."

Puting rokok ditangan Rose sudah mati dan langsung membuangnya ke bawah dan memasuki kamarnya setelah menutup pintu balkon kamarnya dan berjalan kearah kasurnya dimana Lisa sudah berbaring diatasnya.

Rose langsung berbaring disamping Lisa. Dan Lisa sendiri langsung memeluk kembarannya dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Rose. Dan tanpa disadari oleh kembarannya air mata Lisa menetes.

"Kau salah Rose, hatiku juga tak sebaik itu untuk memaafkan mereka semua. Aku hanya mencoba untuk berdamai dengan hidupku selama ini."

Namun Lisa juga tak menyadari mata Rose yang sudah memerah dengan tangannya yang masih mengelus punggungnya.

"Maaf Lice, aku tak sekuat itu untuk berdamai dan menerima mereka dalam hidupku. Aku hanya punyamu selama ini. Walaupun Grandma sangat menyayangi kita, tapi hatiku dan hidupku hanya diisi oleh mu dan Appa."

Dan tanpa mereka sadari, seseorang mendengar semua perkataan mereka dan airmata dan penyelasan menghampiri dirinya.

"Aku tau aku bukan orang tua yang baik bagi kalian berdua juga salah satu unnie kalian. Tapi sekarang aku memohon, tolong beri kesempatan untuk menebus semuanya pada kalian bertiga."

Dan tak jauh dari orang itu, Jisoo hanya tersenyum sinis memandang punggung orang yang masih melihat kearah kamarnya Rose.

"Kau sudah sangat jauh dan mungkin tak  dapat memperbaiki semuanya. Sudah banyak orang yang telah kau kecewakan, kau mengkhianati Eomma ku karena wanita itu bahkan memiliki anak lain dengannya, membohongi Harabojie dan Halmonie demi harta mereka, dan mengasingkan  kedua adikku yang jelas kau ketahui itu adalah darah daging mu sendiri. Sedangkan diriku..."

Mata Jisoo memanas sebelum berjalan kearah kamarnya sendiri dan meninggalkan orang itu yang kini sudah berjalan menjauh dari kamar Rose.











Gak niat buat nulis tapi oke lah untuk kabar kan?





                                                               AITA







AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang