AITA-17

781 61 10
                                    

Seulgi yang ingin menenangkan diri dari setiap permasalahan di dalam keluarganya.

Ibu yang terserang mental setelah kepergian kedua adiknya. Ayah yang menyibukkan dirinya mencari keberadaan adiknya juga. Grandpa yang semakin menua juga disibukkan dengan keadaan, Grandma orang yang dekat dengan kedua adiknya tidak mengatakan apapun.

Kesibukan orang dewasa dan keterdiaman nya membuat dirinya juga saudaranya yang lain kekurangan perhatian. Namun beruntung bagi mereka semua tidak memasuki dunia malam.

Irene yang menyibukkan dirinya di kantor. Wendy yang jarang pulang ke rumah. Jisoo yang menghabiskan waktu di depan layar. Jennie yang selalu mengikuti dan membuat dirinya bermanja dengan Jisoo yang sering berada di rumah. Joy yang selalu menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Yeri bahkan sering menginap dirumahnya Paman atau Tantenya.

Seulgi dia entah mengapa menyukai studio yang berada di pertengahan kota dengan cafe berada di seberangnya. Dia merasa akrab dengan studio tersebut. Disaat suasana hatinya memburuk maka akan otomatis salah satu tempat dia berada jika tidak di studio ini maka di cafe seberang, lainnya dia akan menjauh sesaat dari keluarga dan menghibur dirinya sendiri dengan tidur disuatu tempat yang nyaman dan jauh dari perkotaan.

Setelah ibunya yang terpaksa ditenangkan oleh Wendy tadi, Seulgi langsung mengundurkan diri dan sekarang dia sedang berkeliling melihat semua lukisan ataupun foto yang di pajang.

Hingga matanya menangkap seseorang yang telah membantunya dulu saat dirinya terjebak diantara sekelompok pemberontak yang menahannya dari beberapa orang.

"Rose?" Dia ragu saat memanggilnya, apalagi wajah orang di depannya selalu begitu tanpa senyum sedikit pun bahkan saat menenangkan korban saat itu dihanya mengatakan

Berhenti menangis akan ku belikan lolipop.

Apakah dia mengira orang muda yang berumur 20an saat itu anak kecil?

Merasa dirinya di panggil Rose melihat kearah orang tersebut.

"Rose?" Rose hanya menganggukkan sedikit kepalanya dan menaikkan satu alisnya ada apa?

Sebenarnya Seulgi belum berkenalan resmi dengan Rose. Namun dia ingat saat rekannya Rose memanggilnya dengan sebutan Rose langsung tanpa embel-embel saat itu.

Dia bener.

"Aku belum sempat berterima kasih padamu waktu itu."

"Jadi."

Seulgi bingung apa yang harus dikatakan hingga matanya melihat kearah seberang dimana tempat cafe itu berada.

"Uhm, aku akan mentraktir dirimu di sana sebagai ucapan terimakasih." Entahlah apakah dia berbicara dengan benar saat melihat Rose yang tak merubah ekspresinya juga tak merespon perkataannya.

"Apakah kau punya waktu." Rose hanya menganggukkan.

Keduanya sekarang berjalan berdampingan tanpa obrolan apapun diantara. Di lantai atas tempat sedikit lebih tenang dari dibawah anak-anak kuliah yang sedang bernyanyi bersama.

Seulgi sudah memesan makanan keduanya sebelum memulai obrolannya.

Seulgi mengulurkan tangan ke depan, "aku Seulgi dan terimakasih atas waktu itu." Dia sudah sangat pasrah saat itu saat salah satu pelakunya mengodorkan senjata api ke kepalanya hingga kedatangan Rose juga rombongan menggagalkan semua itu.

Rose hanya menganggukkan menerima uluran Seulgi tanpa mengucapkan apapun.

Kenapa semua ini begitu canggung?

Makanan keduanya sampai tanpa menunggu lama mereka mulai menyantap makanannya masing-masing hingga melupakan suasana canggung yang sempat terjadi tadi.

"Bisakah kita menjadi teman?" Meja mereka kini sudah bersih, semua perabotan kotor sudah di pindahi dari mejanya.

"Kenapa?"

Apakah Rose menanyakannya alasan atau apa?

"Hum, kenapa?"

"Teman."

Oh Seulgi paham sekarang. Mungkin maksudnya kenapa mau menjadikan temannya?

"Aku gak tau. Aku merasa sedikit akrab dengan mu dan itu membuatku nyaman."

Rose sedikit tersenyum sebelum wajah kembali datar. Apakah dia tidak mengetahuinya sama sekali?

.

.

.

Seminggu sudah setelah pertemuannya dengan Rose tanpa jawaban apapun atas pertanyaannya.

Seulgi kembali menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang sudah diberikan oleh ayah yang bertanggung jawab.

Seulgi orang yang ceria dulunya namun kini hanya tatapan dingin yang di dapatkan dari matanya.

Keadaan Dara semakin memburuk daripada tahun dulu. Dia yang sudah melihat bentukan anak kembarnya kerapkali dirinya mengira Joy sebagai Lisa.

Setelah apa yang didapatkan Minggu kemarin membuat mereka sibuk dengan mencari keberadaan si kembar. Semuanya kini berada di masion nya Jiyoung dari ayah-ibunya, adik juga adik iparnya dan juga keponakannya kecuali anak pertama dari Taeyong juga Hanbin juga Mingyu.

Drrt drrt drrt

Semua orang di ruangan itu kecuali Dara yang berada di kamarnya yang sudah di tenangkan oleh Wendy dengan suntikan melihat kearah Dahyun yang mengangkat telponnya dengan badan tegak juga dengan kata-kata yang tegas. Mereka yang sering melihat Dahyun yang selalu bercanda sedikit terkejut mendengar keseriusan juga ketegasan suaranya saat berbicara dengan seseorang.

"Eomma, Appa, aku harus pergi sekarang."

"Apa yang terjadi sayang." Tiffany ibunya Dahyun juga istrinya dari Taeyong.

"Aku mendapatkan tugas juga ketua kami sudah kembali beberapa hari yang lalu." Dia bahkan tidak mengetahui siapa ketua mereka sendiri yang katanya dia sedang melaksanakan hukuman dari atasan.

Dahyun dia berhasil bergabung dengan militer angkatan udara 3 tahun yang lalu, semua keluarga menentang keputusannya yang ingin bergabung hanya karena dia kalah dengan permainan yang dimainkan dengan temannya.

Dahyun orang yang menyukai tantangan dan menjadi tentara tantangan baru baginya hingga dia melakukan pendaftaran lebih awal daripada jadwal sendiri tanpa diketahui oleh siapapun.

"Kemana tugas kalian kali ini?" Taeyong juga khawatir dengan anak keduanya itu, dia yang kuliah di jurusan bisnis malah berakhir di kemiliteran. Mungkin umurnya sama dengan si kembar juga Ryujin sabagai dokter yang ikut-ikutan.

"Bagian timur." Tempat yang lebih banyak dikumpul oleh air di sekitarnya.

"Bukankah itu tugasnya angkatan Laut dan Darat." Siwon mengetahui bagian itu, bagian yang direncanakan untuk dibuat Pulau pribadi dari orang tertentu dengan cara ilegal.

"Benar paman, namun masalah kali ini sedikit lebih besar juga berbahaya hingga semua angkatan di gabungkan untuk melawan mereka yang terlalu banyak lengkap dengan senjata api." Dia sudah dijelaskan tadi oleh komandannya sedikit diantara untuk dirinya bersiap-siap.

"Aku akan pergi sekarang, aku tak mempunyai banyak waktu." Dahyun langsung berlari tanpa mendengar panggilan dari siapapun, dia harus mengejar waktu sebelum nanti malam mereka akan pergi.

"Aku tidak menyukai perkejaan Dahyun unnie, dia harus selalu siap saat diberikan tugas kapanpun itu." Yeri dan Tzuyu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar perkataan Lia.

Lia adik perempuannya Dahyun anak bungsu Taeyong dan Tiffany, karena kakaknya dua lelaki dan satu perempuan dia lebih condong dan menghabiskan ataupun bermanja dengan kakak perempuannya. Tapi saat Dahyun bergabung dengan anggota kemiliteran dia jarang memiliki kesempatan dengan Dahyun, begitu Dahyun pulang setelah misinya dia akan mengistirahatkan diri sebelum bepergian lagi karena telepon dari komandannya. Lia akhirnya lebih sering menarik Yeri untuk menginap di rumahnya.






Masih masuk alurnya?

                                                          AITA.....

AITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang