AITA-25

499 48 19
                                    

Setelah menidurkan Yeri walaupun sulit dengan suara keras yang terdengar dari lantai bawah. Irene dengan perlahan melepaskan pelukan Yeri padanya dan melimutinya sebelum dia keluar dari kamar si bungsu.

Disaat dirinya yang ingin kembali ke kamarnya yang melewati kamar Seulgi yang sedikit terbuka.

"Baiklah."

Tut

Seulgi yang baru menyelesaikan teleponnya melihat kearah Irene yang menyembulkan kepalanya ke dalam kamarnya.

"Masuklah unnie."

Irene langsung memasukinya dan menutup kembali pintu kamar Seulgi, "ada apa unnie kemari."

"Aku hanya lewat dan melihat pintu kamarmu terbuka." Seulgi hanya menganggukkan kepalanya.

"Appa. Apa yang dikatakan Appa pada kalian?" Dilantai atas Irene dapat mendengar sang ayah yang meneriaki kedua nama adiknya.

"Haha" Seulgi tertawa hambar dan berjalan kearah jendela besar di kamarnya yang diikuti oleh Irene dibelakangnya.

"Apalagi, masalah biasa tentang anak-anaknya." Melihat bintang yang bertaburan di langit yang terang sedikit membuat pikirannya tenang.

"Masalah biasa?" Irene mengerutkan keningnya tak mengerti, "apa yang terjadi?"

Tak ada balasan dari adik tertuanya, Seulgi seolah-olah tenggelam dalam hamburan bintang yang bersinar dengan indahnya.

"Apakah kau percaya? Bahkan sampai saat ini Appa masih belum menerima tentang si kembar."

Seulgi teringat akan percakapan dengan salah satu saudaranya beberapa hari yang lalu.

"Bahkan jika aku katakan jikalau pun Appa orang kaya. Apa yang dia lakukan selama ini hanyalah sandiwaranya untuk hartanya Harabojie dan Halmonie. Apakah kau percaya?"

Seulgi menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya ke bawah.

"Appa tak pernah benar-benar berubah unnie."

"Seulgi."

"Itulah alasan mereka tak ingin pulang."

"Seulgi hey."

"Dan mereka mengetahuinya."

Irene memanggil Seulgi berulang kali yang tiba-tiba melamun dan menghiraukan pertanyaannya.

Tak punya cara lain selain memanggil Irene memengang pundak Seulgi dan mengoyangka nya.

"Seulgi, heyyyy Seulgi sadarlah."

Seulgi tersentak dengan suara dan perlakuan Irene terhadapnya. Dan melepaskan tangan Irene yang masih mengoyangka nya hingga badannya pun ikut bergoyang.

"Akhirnya." Nafas Irene sedikit ngos-ngosan, "apa yang kau lamunkan?"

"Aku." Dan dengan polosnya Seulgi menunjukkan dirinya sendiri.

"Menurutmu. Apa yang kau pikirkan hingga mengabaikan panggilanku?"

Seulgi tak menjawabnya dia bergerak mendekatinya dan langsung memeluk Irene yang sedikit tersentak dengan perlakuan Seulgi yang tiba-tiba memeluknya.

"Unnie."

"Ne." Irene mengelus punggung Seulgi yang sedikit bergetar.

"Aku lelah. Aku lelah dengan keadaan ini."

Irene hanya mendengarkan tanpa menjawab dengan tangan yang masih setia mengelus punggung adiknya itu .

"Aku juga ingin pergi unnie, aku sudah tak sanggup lagi."

AITAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz