09. Gadis Itu?

4.8K 607 66
                                    

Vote dulu sebelum baca 🌟

Tandai ada typo jikalau ada :)

Happy Reading.

* * *

"Dunia udah gila."

Gama menoleh ke arah Allard, ia mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Sekarang marak kejadian orang-orang yang ditemukan punya sakit mental, anehnya dokter selalu ketemu kejanggalan."

"Oh, berita yang baru-baru ini? Ya, dokter melakukan pembedahan, dan konfirmasi kalau organ korban membengkak."

Allard menimpali. "Dokter bilang karena korban konsumsi obat, tapi lo tau? Obat itu punya bau kayak bangkai, gak mungkin korban mau minum obatnya."

"Mereka dicekoki," sahut Lucas yang awalnya hanya menyimak saja, pria itu membaca buku dengan tenang.

"Wah, gila." Gama menyalakan korek api, kemudian mengisap rokoknya sambil memikirkan ucapan Lucas.

Allard mematikan komputer, ia menoleh ke arah Gama dan Lucas. "Jalan kerja obatnya gak langsung bikin meninggal, sehari sesudah minum mereka bakalan pusing hebat. 2 hari tubuh mereka mengurus dan membiru, 3 hari kondisi mental mereka rusak karena obat itu juga ada efek halusinasi. Dan 4 hari, mereka akan meninggal, organ-organ mereka membengkak."

"Kalau obatnya sampai tersebar ke mana-mana, manusia bisa musnah massal." Gama menyahut, pikirannya menerawang waktu lalu. Gama pernah tak sengaja melihat seseorang yang kondisinya sama seperti mengonsumsi obat tersebut, orang itu menangis dan berteriak dibatas pagar yang dibawahnya ada jurang.

"Sampai sekarang polisi belum tau pelakunya," ucap Gama.

"Obatnya udah diedarkan, pelakunya pasti bukan cuman satu," balas Lucas.

'Kembali lagi dengan Compas TV, kami akan memberikan berita yang akhir-akhir ini tersebar oleh masyarakat.'

Kegiatan Lucas terhenti, ia menatap layar televisi.

'Sebuah jasad ditemukan dalam sebuah apartemen....'

***

"Tuan muda, bagaimana?"

Pria yang menjadi pelindung Leona memandang sekilas gadis di belakangnya ini. "Habisi."

"Baik."

Samar-samar Leona mendengar bunyi suara tembak, ia semakin memejamkan matanya erat. Karena ketakutan datang melandanya, Leona tanpa sadar memeluk erat tubuh pria di depannya.

"Mau pulang!" batin Leona menitikkan air mata.

Merasa punggungnya basah, pria itu terdiam sejenak. Matanya memandang ke arah tubuh Leona yang bergetar.

Setelah beberapa menit, Leona tidak lagi mendengar suara tembakan atau jeritan. Ia dengan ragu-ragu membuka matanya, Leona menatap sekitar yang terlihat kacau balau.

Leona menelan ludah susah payah ketika melihat para preman itu diseret ke dalam bangunan oleh pria-pria berpakaian hitam tersebut, sekujur tubuhnya merinding begitu menangkap ada banyak darah di sekitar.

I'm The ProtagonistWhere stories live. Discover now