07. Gamaliel Candice

5.7K 764 134
                                    

Vote dulu sebelum baca 🌟

Tandai typo jikalau ada :)

Happy Reading.

* * *

Leona tak terlalu memperhatikan penjelasan guru di depan sana, ia jelas sudah memahami materi di kelas 10 ini. Ia memiliki otak cerdas, tidak heran jikalau Leona dapat mengingat materi dan jawabannya.

Saat ini ia lebih memikirkan alur novel, Leona merasa harus berjaga-jaga untuk menghadapi sang antagonis.

"Di halaman pertama memiliki tema lingkungan alam, jadi Ibu ingin kalian semua berbaris rapi dan berjalan menuju lapangan dengan disiplin. Ingat, kita akan meneliti objek sekitar, jangan ada yang bermain-main."

Guru bernama Zahra menatap Algara--ketua kelas 10 A yang baru saja dipilih tadi. "Karena kamu ketua kelas, pimpin teman-teman kamu."

"Baik, Bu."

Sesuai arahan Algara, seluruh murid-murid dengan patuh keluar secara teratur. Leona kini berjalan bersama Casey, teman satu-satunya yang dekat dengannya sekarang.

"Lingkungan Tirtajaya itu indah, udaranya segar, dan yang paling bikin semangat bisa cuci mata lihat pria-pria tampan," bisik Casey terkikik geli.

Leona memandang ngeri ke arah Casey, ia sama sekali tidak habis pikir. Apakah otak Casey hanya berisi pria tampan saja?

Ia dan murid-murid kelasnya berbaris di tengah lapangan, Leona dapat melihat lingkungan sekitar Tirtajaya memang indah. Ada tumbuhan segar, bunga yang bermekar indah, dan kupu-kupu dengan berbagai warna ikut serta di sana.

"Bu Zahra minta ke salah satu Kakak kelas kita buat bimbing pelajaran kali ini, buat yang belum kenal namanya Gama Candice," ucap Algara kepada teman-temannya yang bersorak heboh.

Gama menyilangkan tangannya di atas dada, menatap datar ke depan. Inilah yang Gama tidak suka jika berinteraksi dengan orang lain, terlalu lebay dan berisik.

"Oh my goddess! Na, ternyata semesta mihak ke gue buat cuci mata," bisik Casey lagi.

Leona hanya diam, ia memandang Gama sekilas, lalu memalingkan wajahnya ke arah Casey yang ikutan heboh dengan murid lainnya.

Namun, pergerakan Leona ditangkap oleh mata tajam Gama. Pria itu sedikit bingung, berpikir kenapa Leona tidak heboh seperti yang lain. Gama tiba-tiba teringat kejadian Leona bersama Gray, mungkin saja Leona sedang menjaga hati.

"Silakan berpencar dan catat hal-hal penting, teliti dan fokus!" teriak Algara.

Mereka menurut berpencar seraya membawa satu buku dan pulpen.

"Kita ke sini aja," ajak Leona kepada Casey menuju arah selatan.

"Ya ampun, jauh amat kita sama murid yang lain, Na," kata Casey mengeluh. Padahal, ia ingin memandang Gama dari dekat.

"Memangnya kenapa?" tanya Leona mengangkat sebelah alisnya.

Casey menyengir lebar. "Enggak bisa cuci mata dong, sayang banget gak dapat kesempatan sekali seumur hidup lihat Kak Gama dari dekat."

"Alay."

"Malah ngatain," balas Casey sebal.

Leona tak menjawab lagi, ia fokus meneliti objek di sekitarnya.

Bunga pertama yang Leona teliti adalah bunga Daffodil, indah namun mematikan. Bunga berwarna kuning ini memiliki bau menyengat dan aromanya terlalu kuat, maka dari itu Leona menyimpulkan bunga Daffodil beracun.

I'm The ProtagonistWhere stories live. Discover now