apresiasi dari kalian sangat diperlukan untuk kelancaran cerita ini. kalau kalian suka cerita ini, bantu promosiin ya biar yang lain juga tahu cerita ini ^^
Aroma mahluk pemburu darah menyeruak menusuk penciuman Drytor serta yang lain begitu menelusuri hutan Achlys. Bersama kudanya, Milox, Drytor memimpin langkah Jefhunter bersaudara dan juga Evory yang bersikeras untuk ikut. Kaki mereka terus berjalan disertai tatapan waspada yang tak lepas dari penglihatan masing-masing.
"Mereka bisa menyerang kapan saja," bisik Drytor tegas. "Jangan lengah."
"Aroma mereka benar-benar kuat dan... menjijikan," sahut Haelios yang berdiri di samping Markaz—cowok yang mendengus kesal—menyadari Haelios melingkarkan tangan di lengannya kuat-kuat. "Babi. Bisa lepasin tangan lo gak?" ketus Markaz.
"Tapi Ilos takut," gumam Haelios pelan. Memasang raut wajah menggambarkan betapa takutnya dia. Markaz membalas dengan dengusan lagi, kemudian memilih membiarkan saudaranya itu.
Langkah Drytor terhenti, begitu pun yang lain. Tanpa peringatan dari Drytor, mereka semua tahu jika musuh semakin mendekat, sebab aroma khas mereka semakin keras. "Mereka mengelilingi kita," ujar Drytor, "Gunakan cincinnya," intruksinya.
The Jefhunter—Jersey, karena cowok itu dari awal telah menggunakan cincin dari Herberto yang berubah menjadi busur panah yang kini ia bawa—menekankan cincin tersemat di jemari masing-masing, sehingga mengeluarkan senjata mereka yang digunakan melawan musuh lebih efisien dan mudah. Selama ini cincin itu memang hanya disimpan oleh Herberto dan tidak membiarkan putra-putranya menyimpan sendiri sebab tidak ingin mereka menyalahgunakan senjata.
Drytor dengan pedang kehancurannya, Markaz dengan tongkat pembeku, Haelios dengan boomerang elemental, Jazon dengan cambuk pemusnahnya, serta Jersey dengan busur dan panah beracunnya.
Bagaimana dengan Evory?
Tentu saja perempuan itu mempunyai senjatanya sendiri.
Ia melepaskan kalung di lehernya yang memiliki liontin berbentuk seruling indah yang hanya dengan kedipan mata berubah nyata menjadi seruling sungguhan dalam genggamannya. Itu bukan seruling biasa. Seruling sihir itu mampu mengeluarkan peluru mematikan setiap kali dimainkan.
Sepertinya mereka sudah bersiap untuk berperang sungguhan.
Sinar dari retina merah adalah yang mereka andalkan untuk membantu melihat sekitar dikarenakan situasi dalam hutan itu benar-benar gelap layaknya tinta gurita. Mereka berkonsentrasi memerhatikan gerak-gerik lawan yang bersembunyi di kepulan kabut buatan lawan mereka. Meskipun demikian, tidak menghalangi The Jefhunters untuk menyerang musuh karena penciuman serta pendengaran mereka sangatlah tajam.
"AKHH!"
Seseorang terserang tikaman.
Dan itu adalah ulah dari Drytor yang dengan gesit menghunuskan pedang penghancurnya mengenai musuh yang diam-diam hendak menyerangnya.
YOU ARE READING
DRYTOR
Romance"Darling, I want bite your neck. Suck your sweet fuckin' blood. Can I?" bisik Drytor. ••• Seharusnya Irithella menjadi saudari dari lima pemuda bagaikan pangeran berparas laksana para dewa yang reinkarnasi di bumi. Akan tetapi terjadi sesuatu kepada...