༒ CHAPTER 19: SUCK MY BLOOD

11K 1.3K 1K
                                    

500 VOTES & 1K COMMENTS
___________________________________

Malam kemarin rasanya seperti mimpi yang sukar dipercaya Irithella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam kemarin rasanya seperti mimpi yang sukar dipercaya Irithella. Walaupun sudah menikmati segelas susu, tetap saja ia terjaga sepanjang malam karena pikirannya sibuk bekerja. Hanya manusia tidak normal yang bisa tidur nyenyak setelah tahu fakta bahwa tempat tinggal yang ditempati bukan dihuni oleh manusia. Melainkan para vampir.

Kalaupun mereka tidak akan membunuhnya, bukan berarti Irithella bisa tenang begitu saja. Bukan sesuatu mudah untuk menghilangkan kegelisahan dan ketidaknyamanannya.

Mereka terlalu berbeda.

Mungkin dari segi fisik mereka sama namun kehidupan mereka. Sumber kehidupannya.

Makanan mereka.

Apakah Irithella harus bertahan di lingkaran mereka? Atau melarikan diri sejauh mungkin walaupun Drytor mengatakan ia tidak akan melepaskannya begitu saja? Irithella tidak bisa memutuskan apapun. Pikira gadis itu buntu.
Kalang kabut. Yang dapat ia lakukan hanya berdoa, berharap segera menemukan solusi.

"Selamat pagi, Tuan Putri."

Irithella terkejut dengan kehadiran Drytor yang sudah ada di depan pintu kamarnya,  lengkap dengan seragam sekolah mewah yang melekat sempurna di badan kekar Drytor.

"Pagi," sahut Irithella singkat. Waspada.

Memandang sekilas, Irithella segera berjalan dan mengabaikan Drytor yang mengikuti dan berusaha menyamakan langkahnya dengan gadis itu. "Pagi-pagi udah cemberut aja."

Irithella tidak menghiraukan kicauan Drytor dengan tetap berjalan tanpa menoleh ke arah lelaki itu. Menuruni banyaknya anak tangga berlapis karpet dengan cepat, saking cepatnya, ia nyaris terpleset sebab melewatkan satu anak tangga. Untungnya tangan besar Drytor lebih cepat untuk menangkap kedua bahu Irithella. Menahan gadis itu jatuh secara menyedihkan.

"Look out, Kiddo," ucap Drytor.

"Makasih," balas Irithella kembali melanjutkan perjalanan. 

"Udah siap ngebahas tentang perasaan gue—"

"Sshh." Irithella mendesis. "Jangan sekarang. Lo masih gak mikirin kondisi gue? Until now, gue masih kesulitan buat bisa percaya sama semuanya. Tentang siapa dan apa kalian. I'm still in shock right now, so please, don't make me depressed with a lot of burdens."

Drytor mengacak rambut Irithella. "You look so cute, Little Red."

"Drytor!" Irithella membentak spontan. Sedikit menunduk, menutupi wajahnya yang terasa panas. Menghindari Drytor menangkap rona merah yang kemungkinan muncul di wajah.

Karena Irithella paling lemah bila rambutnya diacak-acak.

Sampai langkah Irithella terhenti saat matanya mendapati empat laki-laki yang duduk di sofa ruang tamu sedang memandang ke arahnya. Gadis itu tertegun. Masih tidak percaya jika mereka adalah mahluk penghisap darah.

DRYTOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang