8. Dirga: Apa Kamu Kesal?

32 12 1
                                    

"Dir, orang pada ngeliatin kita. "

Dirga menghela nafas berat, merengkuh gadis itu lebih erat sebelum melepaskan tubuhnya dengan perasaan tak rela. Liona meraup udara sebanyak-banyaknya lantaran sesak, kemudian melotot. "Udah gilak ya lo?! kenapa tiba-tiba meluk?! "

"Lagian siapa suruh ngelus rambut orang? "

Liona mengernyit, tak merasa bersalah. "YA MASA BENERIN RAMBUT LANGSUNG BAWAAN PENGEN MELUK?! KAN GAMASUK AKAL! "

"Na, aku lagi usaha buat jauhin kamu loh, kenapa pas aku deketin kamu galak banget kayak kucing garong, giliran dijauhin malah gemesin gini? " ujarnya, dengan alis menyatu sembari bersedekap. "Dulu kamu gak pernah gini gini ke aku. "

"Karena rambut lo gapernah berantakan. "

Sialnya, perempuan itu benar.

Dirga menghela nafas. "Lain kali jangan diulangin, ini tindak kejahatan. "

Kejahatan karena membuatnya susah move on, lebih tepatnya.

Liona mengernyit, lantas mengangguk pelan. Ia berbalik, mengabaikan pria yang berdiri di belakangnya dengan tatapan sendu.

.....

"Sedih amat beb, beneran cere nih? " ujar Darlene, dengan raut wajah murung. "Padahal kan enak tiap hari disayang, walaupun kesannya kek om pedo. "

"Ngomong lagi gue tabok mulut lo. "

"Santai bos. " sautnya, dengan ekspresi menahan tawa,membuat kekesalan Liona kian bertambah. "Jangan bete amat, kan masih bisa nyari laki baru. Lagian yang punya batang bukan cuma Dirga doang. "

Liona berdecih. "Dih, sape yang bete? " 

"Udah jangan mewek terus, idung lu ngembang dari tadi. "

Liona melayangkan tangannya pada bahu Darlene sebagai balasan, sementara yang dipukul hanya tertawa puas. Mendengus, Liona meneguk air minumnya lebih banyak hingga menyisakan seperempat botol, kemudian menghela nafas lega.

Tak lama ketenangannya rusak usai seseorang datang untuk mengacak-acak rambutnya, Liona hanya bisa menggeram. Sementara Mamal hanya tertawa sembari melanjutkan kegiatannya itu.

"Traktiran dong yang abis cere. " ejeknya dengan suara tawa yang menyebalkan, membuat mood gadis itu bertambah buruk.

Gawat kalau punya teman modelan Mamal ini, orang cere bukannya dihibur malah minta ditraktirin.

Biadab memang.

"Lu kira ultah? " decihnya, menggeplak tangan temannya itu. "Lu cari cewek noh, capek gue digangguin manusia dajjal kek elo. "

"Udah dibilangin gue sibuk ngurus anak. " jawabnya, sembari menoel pipi gadis itu. "Dih pipi lu gak segembul dulu, nyabu ya?! "

"Palak kau nyabu. "

"Duh mulutnya. " jawab Mamal, lantas memeluk kepala gadis itu erat-erat. "Papa mau pergi dulu, kamu jangan nakal ya. "

"Iya, ntar aku ajak anak orang ngudud. "

"Dih anak sape lo. "

"Kan aku anak papa. "

"Gue adu ke om Haryanto lu ye. " jawab Akmal sambil menggeplak bahu gadis itu pelan, diikuti suara tawa dari temannya yang lain.

.....

Dirga menghela nafas, hari-harinya kembali seperti biasa. Yah, tak ada yang spesial, membosankan dan terlalu tenang. Terlebih lagi dia melihat Liona tengah bergurau ria dengan teman dekatnya, ah siapa— iya Mamal, usai mereka saling menjauh. Rasanya kek mantan udah nemu pengganti disaat lu masih susah move-on. Merasa jengah, ia meraup udara sebanyak-banyaknya guna menghilangkan rasa sesak dan panas di dada.

Dirga: Love or Lie? Where stories live. Discover now