6. Dirga: Siapa wanita itu?

50 15 1
                                    

Liona menatap pria yang tengah berbaring itu lekat-lekat, kalau begitu kenapa tidak ke UKS dari tadi? Kenapa harus menghampiri dirinya terlebih dahulu?

Benar-benar sulit untuk dipahami.

Menghela nafas, Liona menunggu dalam keheningan yang sunyi, pria itu sengaja tidak membuka matanya agar Liona tidak meninggalkan UKS dan tetap tinggal bersamanya disini, tentu saja, tanpa sepengetahuan gadis itu.

Liona merasa jenuh, ia bersandar di kursi dengan malas, kemudian mendongakkan kepala, menatap langit-langit ruang UKS yang sudah kotor dan ditempeli beberapa sarang laba-laba disana. Perlahan matanya terpejam, dengan tangan yang sudah jatuh menggantung ke bawah kursi. Perlahan alam bawah sadar membawanya pada kedamaian yang tenang. Namun beberapa menit berlalu, dia merasakan tubuhnya melayang di udara. Dengan cepat Liona mengerjap, nampak pemandangan wajah seorang pria dihadapannya samar-samar.

Saat penglihatannya sudah lebih jelas, dia mendapati dirinya terbaring di kasur UKS, melihat Dirga duduk di kursi yang ia duduki tadi.

Dirga hanya senyam senyum, menatap gadis itu lekat-lekat. "Ini yang sakit siapa anjir. " ucap gadis itu, namun tak berniat untuk beranjak dari kasur, malah lanjut berbaring. "Udah mendingan? " tanyanya.

Dirga mengangguk, tersenyum hangat. "Udaah, peduli ya? "

"Kalau iya kenapa? " saut Liona, kemudian menyipitkan mata saat melihat reaksi pria itu yang berubah kikuk, lantas tertawa. "Salting ya, awokawokawok. "

"Ketawamu jelek banget Na. "

"Biarin, mulut gue juga. " jawabnya, lanjut memejamkan mata. "Ntar kalau gurunya heran kenapa gue yang baring, jawab aja. Demamnya Dirga nular buk. "

Sontak tawa Dirga pecah. "Ibunya gabakal percaya sih. "

"Kalau ada Dirga mah aman. " balas Liona malas, dengan nada menyindir, dibalas kikikan oleh Dirga. Mendadak Liona merasa kesal.

Pria ini benar-benar tidak ada lelahnya ketika berurusan dengannya.

Akhirnya Dirga memutuskan untuk keluar dari ruangan UKS, raut wajahnya berubah dingin. Melihatnya saja orang-orang pasti akan bertanya, apakah ini orang yang sama?

Dirga melirik ke jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, kemudian menyadari ada coretan gadis itu di punggung tangan, gambar badut dengan tulisan 'DIRGA' dibawahnya.

Gambarannya jelek, anehnya Dirga menyukainya karena terlihat lucu.

Dirga sekali lagi mengintip kedalam, menatap lekat lekat kearah seorang gadis yang terlelap dalam tidurnya tanpa beban, penuh kedamaian. Jika tadinya manik hitam itu memandang dengan penuh kehangatan, sekarang berubah dingin dengan emosi yang tersirat didalamnya.

....

Liona kembali ke kelas dalam keadaan setengah sadar, matanya menyipit, masuk kekelas sambil tiduran di bangku kesayangannya lagi.

"Wiiih, sendirian beb? Cere ama laki lu? " Mamal langsung mencercanya dengan beberapa kalimat yang sukses membuat mata Liona melotot, tidak jadi ngantuk. "Serem amat, mentang abis dipeluk peluk ama ayang bebeb. "

"Babi lo, udah gamood turu gue. " desisnya, lantas menggebuk punggung Akmal dengan kuat. Yang digebuk hanya bisa meringis, sambil tertawa perih. "Sumpah sadis banget kamu beb. "

"Mulut lo lebih sadis. " gadis itu menghembuskan nafas, mengusap tengkuk. "Duh, gak enak banget gabisa tidur gini, bini gue pada kemana coba?!"

Akmal berdecak sambil menggelengkan kepala. "Mereka pada jalan-jalan, si Darlene sibuk godain Dalvin." Bersandar pada bangku, pria itu menghela nafas, berpura-pura menampilkan ekspresi kelelahan. "Untung ada gue. "

Dirga: Love or Lie? Where stories live. Discover now