Chapter 2.

3.9K 252 16
                                    



Devian telah dirawat selama 2 hari, hari ini Dia akan pulang. Devian menunggu Bi Enah membereskan bajunya

Setelah mengurus Dokumen rumah sakit. Devian dan Bi nah pulang kerumah. Sampai diruma Devian Dibuat dibuat kagum sama bangunan yang ada didepannya.

"Wuah ... nirumah gede banget, kaya istana-istana gitu loh, nih anak bener-bener orang kaya? yah sayang rumah kaya istana surga tapi isinya kaya makhluk neraka alias setan" pikir Devian.

Dia juga menyadari banyak motor terpakir. Pasti nih si abang laknat bawa geng nya kerumah. Devian menerobas karena badannya udah Cafek aku bang, cafekkk

Devian pun masuk kedalam rumah, dia melihat lima orang pria diruang tamu dan juga satu gadis ditengah tengah mereka. Mereka masih mengenakan seragam sekolah, mereka sedang asik becanda dan tertawa akhirnya sadar setelah melihat seorang yang telah cukup lama tidak bertemu dan melewati mereka. Yapzz orang itu adalah Devian, dengan muka bete nya dia berjalan tanpa menghiraukan kehadiran mereka. Devian melewati mereka menuju tangga, tapi langkah nya terhenti mendengar omongan dari salah satu pria.

"Dimana sopan santun lo? Lo gak liat ada gue dan teman-teman gue disini, main nyelonong aja. Kenapa lo gak mati aja sih, pake drama jatuh dari tangga segala. Lo pikir dengan kaya gitu bakal dinitice sama kita? Hah jangan mimpi lo"

Zendra yang tadi berbicara kepada Devian. Dia merasa ada yang aneh dengan Devian. Biasa nya setiap melihat Zendra atau Zendri, dia akan bergelanyut manja-manja bebek kepada mereka. Sungguh menjijikan, mengingat karena Devian lah membuat mereka kehilangan sosok mamah. Tapi lihat lah Devian yang sekarang, jujur baik Zendra ataupun Zendri sedikit terkejut karena melewati mereka tanpa ekspresi seperti tadi. Melihat Devian seperti itu entah mengapa Zendra maupun Zendri sedikit marah.

Devian membalikkan tubuhnya, menyerngit sebentar memperhatikan setiap wajah yang tidak asing itu, setelah Devian menghela nafas sambil berkata

"Emang kapan keluarga ini ngajarin gue sopan santun? Gak usah sok asik lo ... seperti yang kalian mau gue udah nyerah sekarang. Kalian boleh ngelakuin apa aja. Udah males gue ngemis-ngemis perhatian lagi kekalian yang emang pada dasarnya buta. Noh urus aja tuh princess spb kalian itu. Gue udah muak, oh ya dan satu lagi gue belum mati. gue pun pengennya mati tali yaudah lah mulai detik ini gue bakal lakuin apapun yang gue mau dan itu tidak berpusat pada kalian dan keluarga Narendra. Ingat satu hal lagi, Devian Keano Nerendra udah mati yang sekarang hanya ada Devian Keano yang baru" Nafas Devian memburu dan mata yang sedikit berkaca-kaca dia langsung berlari ke kamarnya yang ada dilantai dua tanpa menyadara perubahan beberapa wajah disana.

Brakk

Devian membanting pintu dengan sangat keras. sialan sialan sialan ....

Kenapa dada gue sakit banget denger omongan kaya gitu dari si babi? Ini pasti perasaan Devian ... Gilaa kok lo sih masih bisa bertahan hidup berdampinga sama para setan. Mana tuh omongan pedes banget lagi. Dari pada pusing mensing turu" Tanpa memikir kan lebih dalam Devian lebih memilih memejamkan matanya, masuk ke dalam mimpi.

Dilantai bawah, setelah kepergian Devian ada jeda di antara mereka. Seolah tersadar Zendra semakin kesal seolah tak bereaksi pada ucapan Devian.

"Anyingg ... tuh beneran si Devian? Wah wah dia udah berani ngelawan lo dra ... gimana sob? Kaya ada sakit sakitnya gitu kan?" Ujar Teo kepada Zendra, Zendra pun hanya memasang muka masam.

"Berisik lo mungkin itu cuma akal akalan si Devian biar dapet perhatian gue sama Zendri. Tck ... gak mempan" ujar Zendra

Arland pun ikut menanggapi "jijik banget adek lo, jika bukan karena Arini udah gue bogem tuh mukanya" ucap Arland dengan kesal.

"Bogem aja, gue gak peduli dia mau mati ke mau apake, gue gak pedulu." ucap Zendra.

Diantara mereka sang protagonos mereka A.K.A Arini sedikit mengeringai mendengar ke dua orang yang tetang terangan membenci Devian

"Rasain lo Devian, Nantangin gue sih. Gue gak lerlu takut meskipun lo tau rahasia gue, toh gak akan ada yang percaya juga "batin Arini

Tbece

Hanya Seorang Figuran?! Where stories live. Discover now