22. Mood Buruk

29 15 0
                                    

°°°

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Selepas pulang sekolah, entah mengapa Biru si lelaki dingin ini mengajaknya untuk ke rumah. Ia berkata jika tante Bianca alias mommy nya Biru ingin bertemu dengannya. Sheila hanya menurut saja sekalian ia ingin berkonsultasi mengenai mentalnya.

Namun, di tengah perjalanan hujan tiba-tiba turun dengan deras. Mau tak mau mereka menghentikan perjalanan dan meneduh ke sebuah toko.

"Tunggu dulu ya. Kalo kita terobos lo bisa kena flu." Ucap Biru mengacak-acak rambutnya sendiri yang sedikit basah.

Sheila mengangguk. "Bukan cuma gue tapi lo juga." Dingin. Sheila mengusap-usap pelan kedua lengannya.

Ia menatap jalanan yang basah dan mengeluarkan bau khas aspal yang baru saja terkena air hujan. Namun tiba-tiba, Sheila merasa hangat kala sebuah jaket besar ada di punggungnya. Jaket milik Biru yang bertuliskan "ZARLOS" dengan lambang singa dibagian belakang. Ia juga pernah melihat jaket ini di kamar Nathan.

"Jangan di lepas! Cuacanya dingin," Suara itu membuat Sheila mengurungkan niatnya untuk melepaskan jaketnya.

"Terus lo gimana? Pasti dingin juga kan?" Sheila merasa tak enak dengan Biru.

Biru menggeleng. "Gue kuat, anti badai. " Sangkalnya.

Sheila memukul lengan Biru. "Serius Biru. Nanti kalo lo sakit, gue kan jadi ngerasa bersalah,"

"Gue janji nggak akan sakit asalkan lo pake jaketnya." Biru menyodorkan jari kelingkingnya.

Sheila menatap jari kelingking yang lebih besar dari jarinya lalu mentautkan jari mereka. "Janji! Tapi, kalo lo sampe sakit, gue paksa minum obat yang paitttt banget," Sheila menyeringai melihat muka Biru yang pucat pasi. Ia tau jika Biru sangat tidak suka yang namanya obat. Padahal obat itu sangat penting.

"Oke! Tapi bonusnya lo cuddle gue seharian," kini, raut Biru digantikan dengan raut licik. Ia menaikkan satu alisnya menggoda Sheila.

Mendengar itu, pipinya menjadi panas. Sheila memalingkan mukanya agar tak terlihat sedang salah tingkah. Haiss, Biru ini selain mempunyai sifat dingin ternyata ia juga menyebalkan. Selain Vano, Biru juga sama saja.

"Hus nggak boleh, enak aja main cuddle. Ketahuan tante Bianca tau rasa lo," Protesnya tak terima. Sheila mencebikkan bibirnya kesal.

Fuck! She so cute. Jantung Biru rasanya ingin meledak. Seketika rasa panas menjalar di tubuhnya. Pipinya bersemu merah. Tangannya berusaha ia tahan agar tak mencubit pipi gembul itu. Tanpa sadar ia tersenyum gemas.

Biru mendongakkan kepala Sheila agar menatapnya. "Jangan lucu-lucu. Nanti gue makin suka." Lirihnya tepat di depan Sheila.

"Ih apaan sih ngawur terus ngomongnya!" Sial! Biru ini suka sekali menggoda dirinya. Tak taukah jika saat ini pipinya sudah merah seperti tomat.

"Hahaha," tawa lelaki itu terdengar lepas.

"Gue serius, Shei. Btw, kapan lo jadi pacar gue?" Tanya Biru dengan senyum tengil. Sedangkan Sheila? Mungkin jantungnya sudah pindah ke lambung.

"Biru lo nyebelin banget sihh!" Teriaknya sambil memukul-mukul lengan lelaki itu.

"Hahaha bercanda sayang."

°°°

"Mommy, Biru pulang." Baru saja Biru membuka pintu, ia sudah disambut oleh wajah teman-temannya yang sedang berada di ruang tamu.

"Dari mana aja? Kita nungguin lo dari tadi," ucap Bagas.

Adit mengangguk. "Iya bos kemana aja hujan-hujan gini. Eh lo bawa siapa bos? Cewek lo?" Tanyanya baru sadar jika ada perempuan yang dibawa oleh Biru namun tak terlihat wajahnya karena gadis itu berada di belakang Biru.

Sedangkan di sisi lain Sheila yang mengetahui jika ada mereka di sini bersembunyi di balik tubuhnya Biru. Sheila mencengkram erat jaket milik Biru sembari menggigit bibir bawahnya. Ia masih belum siap jika bertemu Nathan. Hatinya masih kecewa dan sakit.

Wajah Biru berubah datar. "Ngapain kalian? Gue nggak nyuruh kalian kesini!" Moodnya seketika memburuk melihat Nathan yang tak merasa bersalah sama sekali.

Sudah beberapa hari berlalu namun pengecut itu belum juga meminta maaf kepada Sheila. Untuk Adit, Biru sudah tak masalah karena Adit sudah meminta maaf sehabis memenangkan perlombaan tadi. Sheilapun memaafkan dengan senang hati.

Vano tersenyum miring. "Tenang aja Ru, kita nggak bakal ganggu kalian kok. Kita cuma mau nongki aja," dengan sekali lihat saja ia sudah tau jika perempuan itu adalah Sheila.

"Cih, gue yakin dia masih marah soal tadi. Dasar bulol!" Batin Vano terkekeh geli.

Biru menatap tajam Vano penuh permusuhan. Ingat ya, ia masih kesal dengan Vano yang dekat-dekat dengan gadisnya tadi. "Diem lo!"

Bianca yang tengah berada di ruang kerjanya mengernyit heran kala mendengar sebuah keributan. Ia segera mengecek dan ternyata putranya itu tengah mengusir temannya sendiri. Ia memijat pelipis pusing melihat kelakuan Biru.

"Haduh Biru! Kamu pulang kenapa marah-marah?" Bianca mendekati putranya lalu memegang pipinya disertai cubitan gemas.

"Mommy ngapain ijinin mereka masuk? Seharusnya usir aja Mi." Kesal Biru sambil menghindari cubitan di pipinya.

Bianca menghela napas lelah. "Nggak boleh gitu dong sayang. Kamu kenapa sih, biasanya juga fine-fine aja mereka ke sini?" Heran wanita itu.

Adit berceletuk. "Iya nih tecan. Kita kan cuma mau main," wajahnya terlihat memelas lalu melirik Biru, "oh iya, Biru bawa cewek loh tante. Mungkin aja dia nggak mau di ganggu," bisiknya pada Bianca.

Jika kalian bingung dengan panggilan Adit kepada Bianca. 'tecan' adalah singkatan dari 'tante cantik'. Kata Adit sih itu panggilan khusus sayangnya untuk Bianca. Bianca pun tak mempermasalahkannya. Maklum saja, Adit ini kan buaya buntung.

Bianca mengernyit bingung lalu berbinar senang. "Oh iya tante lupa. Cewek yang kamu maksud itu temennya Biru. Satu sekolah juga sama kalian," mereka semua menatap wanita itu dengan tanda tanya.

Bianca beralih menatap putranya. "Biru, Sheilanya mana? Mommy mau ngomong sama dia. Kamu gimana sih nggak ngajak Sheila masuk. Kamu mandi aja sana, hus hus!" Usirnya lalu menghampiri Sheila yang terdiam kaku.

"Yuk sayang masuk aja nggak usah urusin para setan di sini," Bianca mengucap surai lembut milik Sheila dan mengajaknya masuk untuk menaiki tangga lalu menghilang dari pandangan mereka.

Biru dengan raut kesalnya berjalan ke arah kamar dengan setengah hati. Sial! Moodnya hari ini sungguh buruk bertemu dengan mereka. Ditambah mommynya yang mengusirnya seperti dianak tirikan. Huh benar-benar kesal!

Di sisi lain, Nathan, Bagas dan Adit masih terbengong melihat perempuan itu ternyata Sheila. Mereka terdiam seribu bahasa dengan raut cengonya. Benar-benar tak sadar jika itu Sheila. Sedangkan Vano? Ia terkekeh dengan watadosnya.

"Goblok! Hahaha" ejek Vano kepada mereka.

°°°

Vano jahat begete luuu🤪
Kacian mas Biru dianak tirikan😓
Nextt???

The Story Of SheilaWhere stories live. Discover now