03. Teka-teki mimpi

41 28 4
                                    

°°°

"Langitnya cantik ya, El?"

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Sheila bangun!" Merasa tak ada jawaban ia pun memanggil Sheila lagi dengan tepukan lembut. "Sheila bangun sayang, ini Bunda."

Tak lama, terlihat mata indah Sheila pun terbuka. Matanya menangkap sosok wanita cantik yang sedang mengelus-elus pipinya lembut. Di sebelah wanita itu terdapat seorang pria yang tersenyum manis ke arahnya.

Sontak Sheila langsung memeluk erat keduanya yang di balas tak kalah erat oleh mereka berdua. "Ayah, Bunda jangan pergi lagi ya?" Pinta Sheila dengan mata berkaca-kaca

Mereka berdua tersenyum. "Sayang, janji sama Ayah dan Bunda, apapun keadaannya jangan pernah menyerah ya? Kamu harus jadi orang yang kuat!" Nasihat sang ayah sambil mengelus surai anaknya.

Sheila mengangguk angguk cepat. "iya, Sheila janji tapi Ayah sama Bunda juga janji jangan ninggalin Sheila lagi!" Jari kelingking gadis itu mengarah pada ayah dan bundanya menunggu mereka untuk mentautkan jarinya sebagai tanda janjinya.

Mereka menggeleng lemah. "Kita nggak bisa Sheila, Bunda sama Ayah udah gak bisa menemani kamu lagi. Kamu yang bahagia di sana ya? Kita akan selalu melihat kamu dari sini." Sheila menggeleng lemah.

Sang bunda kembali berbicara lagi. "Kalo kamu kangen sama Ayah dan Bunda, lihatlah ke atas langit. Kita pasti akan selalu melihatmu dari atas sana. Sheila jangan ngerasa sendirian, oke?"

Sheila mengangguk lemah lalu kembali bertanya. "Kenapa Bunda sama Ayah pergi? Aku kangen kalian."

Sang ayah menatap dalam gadis itu. "Suatu saat nanti kamu pasti akan mengerti Sheila. Yang harus kamu lakukan adalah berhati-hati terhadap orang sekitarmu! Terkadang orang terdekat adalah musuhmu," Tegasnya lalu kembali berkata. "Tangkap pelakunya dan temukan kebahagiaanmu Sheila! Hanya itu permintaan Ayah dan Bunda. Semangat Sheila kamu pasti bisa!"

Raut kebingungan amat nampak jelas di wajah cantik itu. "Maksudnya siapa Ayah?" Tanyanya masih belum mengerti.

Namun ketika sang ayah hendak menjawab mereka seketika menghilang. Sang ayah terlihat mengucapkan sesuatu tetapi Sheila tak bisa mendengarnya.

"Bunda, Ayah jangan pergi!" Teriak Sheila.

"Jangan pergi!!"

Keringat membanjiri pelipis gadis itu. Nafasnya tak beraturan, Netranya menatap sekitar yang ternyata ia masih di kamar mandi. Terlihat noda darah yang sudah mengering.

"Huft! Ternyata cuma mimpi, rasanya nyata banget," Sheila menghela nafas kecil lalu kembali mengingat mimpi tadi. Apakah itu sebuah teka-teki?

Orang terdekat? Siapa? Apa itu ada hubungannya dengan dalang pembunuhan orang tuanya? Ntahlah semua ini terlalu rumit, kepalanya masih terlalu sakit untuk memikirkannya. Gadis itu pun keluar mengecek sekitarnya.

Sepi.

Pasti mereka sudah berangkat ke luar kota beberapa hari untuk berlibur. Namun di benaknya, ia merasa senang dan lega. Akhirnya hidupnya akan tenang beberapa hari tanpa penyiksaan.

Ia pun segera masuk ke kamarnya sekedar mandi lalu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dengan perasaan senang.

°°°

Sheila sedang duduk di taman sendirian. Ia terpaksa harus memakai hoodie karena luka-lukanya masih tampak jelas. Ia tak ingin di anggap aneh oleh orang-orang.

Gadis itu memejamkan mata menikmati suasana taman belakang sekolah. Hembusan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya. Suasana disini sangat tenang karena yang lainnya masih sibuk di kantin.

Merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya ia pun segera membuka matanya lalu menoleh melihat orang itu. "Nathan, ngapain disini?" Kaget gadis itu.

Nathan berdecak pelan. "Ya duduk lah, ngapain lagi?"

Sheila memutar bola matanya malas. "Ya maksudnya ngapain kesini? Lo nggak ke kantin?" Tanya gadis itu.

"Ngusir nih? Lo sendiri ngapain disini?" Kini malah lelaki itu balik bertanya.

"Y-ya nggak gitu, gue cuma lagi menikmati suasana aja." Sanggah Sheila menatap ke arah lain.

" Oh gitu.." Lelaki itu mengangguk-anggukan kepala lalu lanjut berbicara. "Lo kenapa pake hoodie?" Tanyanya.

Sheila gugup. "Nq weggak papa, dingin soalnya," tuturnya berusaha tenang.

Lelaki itu menatap sekitar sejenak lalu berucap. "Orang cuaca panas begini lo bilang dingin? Yakin lo?" Matanya menatap Sheila dengan tatapan menyelidik.

"Buka hoodie nya!" Sheila gugup bukan main. Tatapan tajam lelaki itu seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.

"Buka Shei!" Desisnya lalu membuka paksa hoodie gadis itu.

Lelaki itu terkejut karena terdapat banyak sekali luka memar dan bekas cambukan. Sheila menunduk dalam tak berani menatap Nathan.

Nathan menghela nafas lelah. "Ulah mereka lagi? Gue kan udah bilang kalo mereka kasar sama lo lawan Shei! Jangan jadi orang yang mau di tindas, ngerti?"

Sheila mengangguk-angguk lalu berucap. "Gue juga benci diri gue yang lemah El. Gue juga pengen ngelawan, tapi gue nggak cukup berani buat ngelawan mereka!"

Ya, Sheila sangat benci dirinya yang lemah saat dirinya di siksa, di rendahkan, dan di remehkan. Ia juga ingin melawan dan membalas perbuatan mereka namun, ia takut dengan resikonya karena mereka lebih berkuasa di atasnya.

Nathan akhirnya hanya pasrah lalu menarik tangan Sheila untuk ikut dengannya. "ikut gue ke UKS!" Sheila hanya bisa menurut.

Sesampainya mereka di UKS, Nathan mengambil kotak P3K lalu mulai mengobati Sheila. "Tahan ya, perih dikit." Ucapnya sambil mengarahkan kapas ke luka Sheila.

Sheila meringis. "Shh perih, pelan-pelan!" Yang diangguki oleh lelaki itu.

Setelah selesai mengobati gadis itu, ia pun di ajak Nathan menuju suatu tempat yaitu rooftoop. Tempat para anak nakal untuk membolos.

Sesampainya disana mereka hanya saling diam menikmati udara yang menerbangkan helai rambutnya. Sampai akhirnya suara Sheila memecah keheningan di antara mereka.

"El," Panggil gadis itu.

Nathan menoleh memandang wajah cantik Sheila. "Iya kenapa, Shei?"

Bibir gadis itu melengkung membentuk senyuman kecil. "Langitnya cantik ya, El?" Tanyanya sembari menatap pemandangan dari atas.

Tangan Nathan bergerak merapikan helai rambut Sheila yang berantakan lalu menjawab.

"Iya cantik ...kayak lo."

°°°

Hidup bikin pusing,
Nathan bikin salting.
Jiakhh🙈
Janlup vote and comment gez🙏
See u😍😘

Jiakhh🙈Janlup vote and comment gez🙏See u😍😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Story Of SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang