12. Aneh

37 26 1
                                    

°°°

°°°

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

°°°

"Aduh Neng Naya? Kenapa bisa jatuh gini?" Bukannya menolong, Adit malah menanyakan sesuatu yang tidak penting.

Entah darimana tiba-tiba muncul Nathan dan Vano yang mencari Adit. Mereka takut Adit kenapa-napa akibat perkataan Vano tadi. Namun yang terlihat sekarang malah Naya yang terjatuh dan penuh lecet karena kayu bakar yang menggores kulitnya. Sontak Nathan langsung menghampirinya.

Dengan muka panik Nathan bergerak mengambil kayu bakar yang mengotori Naya. "Ya ampun kenapa bisa gini?"

Naya menundukkan kepalanya. "G-gue tadi lagi ngambilin kayu tapi kaya ada yang dorong gue," Jawaban itu membuat Sheila mengernyit heran. Bukannya tadi Naya terjatuh sendiri? Kenapa malah didorong seseorang?

Nathan mendongak menatap mereka satu per satu. "Siapa yang tadi disini sama Naya?" Sheila mengacung. "Gue, tapi tadi dia jat--"

Nathan memotong perkataan Sheila. "Jadi lo yang dorong Naya?" Tuduhan itu membuat Sheila menggeleng tak terima.

"Kok lo nuduh gue sih?" Jawab gadis itu tak Terima dirinya dituduh.

"Ya karna lo yang ada di sini!" Nathan menaikkan intonasi bicaranya.

Sheila menggeleng tak habis pikir. "Kecewa gue sama lo!" Lalu gadis itu pun pergi meninggalkan mereka semua.

Nathan bingung dengan Sheila saat ini. Kenapa dia? Apa dia masih marah dengannya?

Vano tersenyum misterius. "Gimana kalo lo jelasin apa yang terjadi sebenernya?" Tanyanya kepada Adit yang diam saja.

"Tadi yang gue lihat sih Naya mau ngambil kayu bakar tapi jatuh sendiri. Tapi Sheila nggak dorong Naya kok," Jawaban Adit membuat tubuh Naya kaku.

"Berarti tadi gue salah ngerasain. Ternyata gue nggak didorong siapapun. Maaf ya semua," Naya terlihat tidak enak kepada mereka.

"Lain kali kalo mau nuduh orang mikir dulu!" Ucap Vano kepada Nathan dan Naya.

Nathan membeku. "Argh!! Jadi gue salah paham sama Sheila?" Lalu lelaki itu berlari menuju tempat camping untuk mencari Sheila.

°°°

Tak terasa sang surya telah tergantikan oleh sang bulan. Malam terasa dingin, namun tidak pada kali ini karena sebuah api unggun besar menghangatkan mereka semua. Kini tiba pada acara games.

Seorang siswa mengusulkan untuk bermain Truth Or Dare yang di setujui mereka semua. Mereka duduk melingkar dan dibagi menjadi tiga kelompok salah satunya kelompok kelas yang di tempati Sheila serta Nathan dkk. Sheila duduk menjauh dari Nathan dikarenakan ia masih marah kepada cowok itu.

Untuk sementara waktu ia tak ingin berdekatan dengan Nathan dulu walaupun berkali-kali lelaki itu berusaha membujuknya. Game diawali dengan seorang siswa memutar sebuah tongkat panjang. Jika ujung tongkat itu mengarah pada seseorang, maka orang itu harus memilih truth yang berarti pertanyaan atau dare yang berarti tantangan.

Semuanya cemas takut jika tongkat itu mengarah ke arahnya. Dan tongkat itu berhenti tepat mengarah ke Adit. Sontak Adit langsung di beri pilihan oleh seorang siswa yang bertugas menanyakan.

"Truth or dare?" Tanya siswa itu.

Adit berpikir sejenak. "Gue truth aja deh. Awas aja lo kalo ngasih pertanyaan di luar galaxy!"

"Nggak kok ini kan sesuai kartunya. Nih ya dengerin! Apa momen yang paling memalukan di hidup lo?" Siswa itu membaca kartu yang diambilnya.

Mampus! Adit harus menjawab apa? "Anjay pertanyaannya mantep cuy. Cepet jawab nyet!" Celetuk Vano.

"Bentar napa! Oh iya dulu, waktu gue mpls, gue kan disuruh bawa barang 'buah yang sopan'. Nah besoknya gue udah bawa tu buahnya. Terus gue tunjukin tuh sambil bilang 'misi kak' gitu. Si kakel ketawa terus bilang 'bukan gitu konsepnya, seharusnya kamu bawa buah mangga' di situ gue malu banget anjir, mana diliatin semua orang lagi."

"HAHAHAHA," Cerita dari Adit sontak membuat semua yang mendengarnya tertawa.

Vano pun sampai ngakak di buatnya. "Goblok banget lo hahaha. Kalo gue jadi lo, gue bakal langsung teleport ke mars dah,"

Adit melirik sinis. "Matamu teleport! Kebanyakan halu lo!"

"Udah udah, sekarang lo yang muter, Dit," Adit pun lalu segera memutar tongkatnya dan tongkat itu berhenti ke arah ketua Geng Zarloz. Ya, Biru.

Si siswa terlihat ragu namun tak ayal dia memberi pilihan. "Truth or dare?"

"Dare," Suara berat milik Biru membuat semua orang merinding dibuatnya.

Siswa itu mengambil kartu lalu membacanya. "Kasih bunga ini ke salah satu cewek yang ada di sini!"

Semua orang yang mendengarnya kaget sekaligus takut. Mereka bertanya-tanya apakah lelaki seperti Biru akan melakukannya? Namun hal tak terduga terjadi karena Biru berjalan mengambil bunga itu. Netra Biru bergulir menatap para siswi yang histeris. Namun, pandangannya terpaku pada seorang gadis yang hanya diam melihat.

Biru berjalan ke arah gadis itu lalu memberikan bunganya. "For you!" Sheila menaikkan alisnya terkejut.

Sama halnya dengan semua orang. Nathan memandang Biru yang terlihat aneh belakangan ini. Sama halnya dengan Vano dan Bagas yang memandang Biru dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue?" Tangannya menunjuk diri sendiri.

Biru mengangguk. "Ya, buat lo!" Lelaki itu menyodorkan bunganya yang diterima dengan ragu-ragu oleh Sheila. Sesaat setelah Sheila mengucapkan terimakasih. Biru berjalan dengan santai kembali pada posisi semulanya. Suasana jadi nampak tegang. Sheila yang masih kaget dengan tindakan Biru hanya mematung sambil memandang bunganya.

Biru, lo aneh!

°°°

Waduh³ ikan hiu masih ting ting
Afakah ada something?

Jika ada typo sy mengucapkan gomenasai
Karena sy anime🙏😇

The Story Of SheilaKde žijí příběhy. Začni objevovat