15. Surat Misterius

48 23 2
                                    

°°°

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

"Hahaha sumpah gue ngakak cok waktu tu anak minta solusi buat bikin lo gak marah lagi. Ekspresinya itu loh kayak anjing rabies eh anjing lucu makdus gue," ucap Adit sambil melirik ke arah Nathan. Cowok itu sangat kentara ingin mengejek.

"MAKSUD GUE TOLOL!" Seru Tari dan Vano

"Iya-iya pokoknya itu lah sama aja," sanggah Adit tak mau salah.

"Ngomong apa lo? Coba ulangin!" Nathan menggeram dengan nada rendah.

Melihat alarm bahaya Adit langsung bersembunyi di belakang punggung Tari sambil memegang baju gadis itu. Sontak Tari langsung memukul mukul Adit berulang ulang kali.

"Najis, pergi lo!"

Suasana kantin ramai seperti biasanya. Sheila, Tari dan geng Zarloz tengah mengobrol di kantin seperti hari-hari biasanya. Namun bedanya kali ini ada tambahan yaitu Tari yang sudah menjadi sahabat Sheila.

Nathan hanya menangkup wajahnya kesal sementara Adit berulah lagi. "Lo mau tau gak dia bilang apa? Dia bilang 'Tuan Adit tolong beri hamba solusi, hamba janji akan menuruti semua permintaan tuan' gitu Shei." Bohongnya sambil memperagakan gaya memohon.

Sheila yang mendengar itu tertawa ngakak. Sedangkan Nathan melotot di tempat langsung menyangkalnya. "Nggak!! Dit, lo jangan ngarang ya setan!"

"Udahlah kalian berdua berantem terus. Noh kasian ada empat tuyul yang kelaperan," celetuk Vano dengan santainya.

"Siapa tuyul?" Tanya Tari

"Kalian lah"

"Babi lo Ven," Umpat Bagas.

"WOW!!" Sontak semuanya berseru mendengar umpatan bagas. Seperti baru pertama kali mendengar umpatan itu.

"Seorang Bagaskara yang terkenal anak baiq baiq mengumpat. Bagus Bagas, lanjutkan bakatmu nak." Tangan Adit menepuk nepuk kepala Bagas beberapa kali.

"Anjing! Gue gak se alim itu," Bagas lelah dengan kepura-puraan ini. Mulai sekarang ia akan menjadi dirinya sendiri. Ia tak ingin menjadi orang munafik dan bertopeng dua. Adit lalu membalas ucapan Bagas dengan alay dan mereka pun melanjutkan obrolannya.

Di sisi lain, Sheila hanya mendengarkan perdebatan itu. Tiba-tiba panggilan alam membuat Sheila meringis tak tahan. Sheila lalu beranjak dari sana diam-diam karena tak ingin memotong pembicaraan. Sepasang mata seseorang menangkap Sheila yang pergi. Orang itu lalu diam-diam mengikuti Sheila dari belakang.

The Story Of SheilaWhere stories live. Discover now