16. Siapa?

44 23 2
                                    

°°°

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°

Bel pulang sekolah sudah berbunyi yang membuat semua murid bersorak senang. Lain halnya dengan Sheila, gadis itu melamun memikirkan surat misterius itu. Ia bimbang ingin datang atau tidak. Kenapa orang itu bisa tau jika orang tuanya dibunuh? Padahal hanya orang terdekatnya saja yang mengetahuinya.

"Oy!" Tari menepuk pundaknya.

Sheila mengerjab dengan muka cengo. "Ha? Udah pulang ya?"

Tari menghembuskan nafasnya lelah. "Ya iyalah. Lo dari tadi gue perhatiin ngelamun terus. Mikirin apa sih Shei?" Tanyanya khawatir.

Sheila menggelengkan kepalanya. "Nggak mikirin apa-apa kok, gue ngantuk aja tadi," Ujarnya lalu meringis kuda.

Tari mengangguk percaya, pasalnya memang pelajaran terakhir ini begitu membosankan. Wajar saja jika banyak yang mengantuk. "Yaudah yuk pulang!" Ajak gadis itu menarik tangan Sheila.

Sheila tetap diam di tempat. "Eh lo duluan aja, gue mau ke perpus dulu soalnya," Ucapan kebohongan Sheila layangkan pada Tari. Dalam hati ia mengucapkan maaf kepada sahabatnya itu.

"Gapapa, ayo gue anterin. Gue tungguin kok." Tari hendak mengajak Sheila lagi namun kembali di tahan oleh gadis itu.

"Gausah nanti takutnya lo nunggu lama lagi. Udah lo pulang duluan aja. Duarius gue gapapa kok," Setelah mengucapkan hal itu akhirnya Tari mengangguk dengan raut sedikit curiga. Namun tak ayal ia pun pulang lebih dulu.

Setelah memastikan sudah tak ada siapa-siapa di sekitarnya, Sheila lalu berjalan untuk menuju gudang belakang sekolah sesuai dengan isi surat tadi. Ia penasaran siapa yang mengirim surat itu dan kenapa orang itu bisa tau jika orang tuanya mati karna di bunuh.

Langkahnya berjalan dengan pelan karena gudang hanya tinggal lima meter di depannya. Perlahan Sheila membuka pintu dengan ragu. Pintu itu mengeluarkan suara berdecit yang nyaring. Setelah terbuka lebar, Sheila mulai masuk dan menatap sekitar.

Di bayangannya gudang itu berdebu dan kotor, namun anehnya gudang ini sangat bersih dan rapi. Bahkan terdapat sofa yang empuk disana. Gudang ini malah mirip seperti ruangan yang terawat. Padahal banyak rumor yang mengatakan jika gudang ini angker. Oleh sebab itu, banyak orang menghindari tempat ini.

"Hai Sheila." Gadis itu terlonjak kaget mulai was-was menatap sekitar namun tak ada siapapun. Suara siapa itu?

"Haha gausah nyari gue, gak bakalan ketemu." Lagi-lagi suara itu terdengar namun tak ada wujudnya. Ia mencoba mencari-cari namun matanya hanya menangkap benda berupa speaker di atas meja. Ia lalu mendekati speaker itu dan mengambilnya.

The Story Of SheilaWhere stories live. Discover now