31. Ini Jemi

22.1K 1.8K 75
                                    

Pembagian raport sudah selesai, Jemi mendapatkan penghargaan karna dirinya termasuk sebagai juara paralel.

Rian mendapatkan ranking 11 dikelasnya, membuat anak itu tertawa bahagia. Karna ia tak pernah di apresiasi seperti ini, ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan juara dan penghargaan dari keluarganya.

Seneng ya?

"Bayi kau ingin hadiah apa?" Tanya Rizal yang menyuapi Rian puding, Rian tampak berfikir memikirkan kado yang pas untuk ia minta pada abang pertama nya.

"Ian mau motor" ucapnya pelan, Rion melotot kan matanya. Enak saja motor.

"Baiklah boleh" jawab Rizal santai membuat Rian bahagia akhirnya ia punya motor lagi.

Setelah itu, Regas dan Lani datang lalu duduk bersama. Regas membawa Rian kedalam pangkuannya dan mencium pipi tembam sang anak.

Ia sangat bersyukur dengan keadaan Rian yang sekarang, ia juga menyesali perbuatannya dimasa lampau, ia bertekad untuk membahagiakan Rian, Rian adalah prioritas utama mereka semua.

Rion dan Rizal serta Lani memutuskan untuk pulang karna mereka punya urusan masing masing.  Acara terakhir adalah pembagian kelulusan.

*

*

*

Beralih ke meja Jemi dan Jordan. Jemi hanya nunduk malu, kalau ditanya bahagia Jemi sangatlah berbahagia saat Jordan bersamanya.

Jangan menyalahkan jemi jika jemi ingin dia menjadi putra sang ayah satu satunya.

"Saya harus pergi menemui Jey" Ucap Jordan bangkit dari duduknya, Jemi yang melihat itu tentu tidak terima.

"AYAH JANGAN" Teriak jemi membuat jordan menghentikan langkahnya, Jordan menatap anaknya datar.

Kenapa sangat menjengkelkan? Pikirnya.

"Ayah acara nya belum selesai,"

"Biar pengawal ayah aja yang dateng ke acara Jey" ucap Jemi sedikit gemetar. Jordan hanya diam.

"Berani sekali kamu, saya datang kesini karna diundang bukan karna kamu, lagipula jey anak saya. kenapa bodyguard saya yang harus datang?" Ucap Jordan mutlak. Jemi menghela nafasnya. Air mata mulai keluar dari pelupuk matanya.

"T-tapi ayah sering suruh pengawal ayah datang ke acara Jemi" Ucapnya membuat Jordan terdiam, tapi diabaikan oleh Jordan.

Jemi memegang lengan ayah nya, tapi ditepis langsung oleh Jordan membuat jemi terjatuh. Setelah itu Jordan meninggal jemi tanpa mendengar teriakan sang anak yang berusaha mengejar nya.

Peristiwa itu tidak luput dari perhatian orang disana. Tio dan Hilman segera menghampiri Jemi yang sedang menangis.

"Ayah... Jangan ke adek ayah..." Ucap jemi disela sela Isak nya. Tio dan Hilman membawa jemi untuk duduk disalah satu kursi dan mengobati luka jemi.

"Sst udah jem" Ucap Hilman menenangkan. Diantara mereka bertujuh, Jemi yang sangat mengharapkan kasih sayang dari seorang ayah. Bahkan Jemi pernah di cap sebagai si caper karna selalu berusaha menarik perhatian dari ayahnya.

"Ayah hiks jahat" Hilman mengelus-elus punggung jemi lembut. Tak lama dari itu Azka serta Arthur datang, menatap khawatir kearah jemi yang terluka sambil menangis.

"Jem? Ada apa?" Tanya Azka duduk disebelah Jemi, Jemi menatap Azka dengan sorot kecewa, terlalu menaruh harapan besar terhadap ayahnya.

"Ayah tinggalin jemi lagi karna mau ke adek, ayah sayang jemi tapi adek ganggu... jemi benci adek no jemi jemi jemi tidak lama lagi azka~" mereka semua terdiam tak lama dari itu Rian datang.

Rian langsung memeluk Jemi dengan erat. "Bilang sama gua, siapa yang jahatin lo lagi?" Tanya Rian pelan tepat di telinga Jemi sehingga hanya Jemi yang mendengar.

"Ayah adek" jawabnya pelan, Rian mengelus Jemi sambil mengucapkan kata penenang.

Disaat semuanya mulai baik baik saja, ada salah satu yang menentang kebaikan itu sendiri.

"Telfon psikiater nya jemi" Ucap Rian kepada Arthur, Arthur mengangguk paham lalu segera meninggalkan temannya dan menelfon psikiater Jemi.

Sedangkan Regas berusaha menelfon Jordan untuk meminta pertanggung jawaban.

"Rian hiks ayah selalu adek adek dan adek, kalau gak adek pasti abang, ke jemi nya kapan?" Adunya pada Rian, Rian sendiri hanya mendengarkan sambil mengangguk. Kemudian mengecup pipi temannya yang basah.

"Jemi pulang sama tio dan hilman ya?om kael udah tungguin di basecamp" Ucap Rian pada Jemi, jemi sendiri hanya mengangguk lalu tersenyum tipis. Padahal didalam hatinya ia Merasakan sesak dicampur nyesek.

"Tio Hilman antar jemi ke basecamp, jangan biarin om jordan datang nemuin jemi" Tio dan Hilman mengangguk kemudian membawa Jemi pulang.

"Bang Azka, bang Arthur, Ian balik ke daddy, kalian disini biar tio dan hilman tenangin jemi" Azka dan Arthur hanya mengangguk.

Setelah Rian pergi hanya ada Azka dan Arthur. Azka menatap Arthur, Arthur juga menatap azka.

"Lo sayang gue gak?" Tanya Azka dengan lirih menatap Arthur.

"Bahkan kalau lo minta cipokan sekarang, gua jabanin sayang" Jawab Arthur membuat Azka mendelik.

"Dasar mesum!" Arthur terkekeh kecil.

"Sayang dong, kenapa?" Tanya Arthur kembali, Azka menggeleng kepala nya.

"Gapapa nanya aja" Ucap Azka datar, Arthur hanya menghela nafasnya.

Saja saja ada~

Rian kembali duduk dan meminta sang daddy untuk mengantarkan nya ke basecamp.

"Daddy bisa temuin om jordan sama jemi engga?" Tanya Rian sedikit mendongak pada daddynya.

"Daddy.. jemi itu suka berusaha buat narik perhatian dari ayahnya, tapi ayah jemi selalu acuh dad.."

"Jemi juga selalu butuh psikiater kalau dia kambuh seperti tadi.. daddy jemi itu anak baik koo dia pintar, tolong bilang sama om jordan untuk lihat jemi, demi kebaikan mental jemi dad" Regas mendengar ucapan sang anak, Regas mengangguk kecil kemudian mengecup pipi tembam Rian.

Merasa bangga dengan sikap kepedulian sang anak terhadap teman. Regas akan berusaha untuk bisa merubah pandangan Jordan terhadap anak keduanya.

"Akan daddy usahakan, sekarang mari pergi untuk menemui jemi" Rian mengangguk kecil. Kemudian dengan malu malu ia mengecup pipi kiri sang daddy.

Ah lucunya.

"Terimakasih daddy! Ian sayang daddy" Ucap Rian semangat. Regas terkekeh ia juga membalas senyuman Rian.






#TBC

Gimana gimana?

Skuy yang mau tanya-tanya seputar jadi baby?! Komen aja okey next chapter aku bahas~

Btw boleh ga si cemburu tapi ga ada hubungan:)

Jadi Baby?! Where stories live. Discover now