12. Biar tidak marah~

43.1K 2.8K 25
                                    

Rian terbaring di kamar nya, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, ia belum makan karena tidak mood ditambah ridwan tidak ada disampingnya.

Kejadian pagi tadi masih membekas dikepala nya, hati nya tersayat pilu mengingat perlakuan abang pertama nya.

Gara juga sudah landing di negeri paman Sam, kini rian hanya meringkuk di kasurnya.

Ia bingung mau nangis dengan gaya apa, pasalnya dari pukul empat sore ia menangis sesenggukan tanpa ada yang menenangkan nya.

"mommy jemput Ian okeyy~"

"Iya sayang mommy jemput rian kok, sekarang berangkat nya bareng paman supir dulu ya?" Rian kecil mengangguk mendengar perkataan sang mommy.

"dadah mommy"

Sore pun tiba, rian sudah menunggu mommy nya menjemput nya. Namun, hujan turun sangat lebat yang mengharuskan ia pulang dijemput supir.

Rian kecil yang sangat ingin di jemput mommy nya itu meminta supir menelfon kan mommy nya.

"Mommy jemput hiks"

"Tidak bisa sayang hujan, di jemput supir aja ya? Daddy tidak mengizinkan mommy keluar.." ujar sang mommy di sebrang sana, Rian berhenti menangis ia sangat berharap mommy nya mau menjemput nya.

"Ian mohon mommy~" Raina  menghela nafas nya, mau tidak mau ia akan membantah perkataan sang suami.

"Tunggu sebentar oke?" Rian mengangguk semangat dan mematikan telfonnya.

Kaki kecil itu maju mundur menunggu kedatangan sang mommy yang memang sangat dinanti, tapi hujan juga belum berhenti turun.

Di sisi lain Rania mengendarai motor nya, di ikuti Ridwan yang berada di belakang nya. Rania fokus mengendarai motor nya sampai kecepatan nya diatas rata rata.

Saat sampai didepan halte bus tempat Rian menunggu Rania datang, Rania tidak melihat bahwa ada bus yang rem nya blong datang kearah nya dan

Brugh!

Dentuman keras masuk ke gendang telinga Rian, ia menyaksikan bagaimana tubuh sang mommy melayang keatas saat ditabrak bus.

Darah mulai keluar dan bercucuran disekitar motor Rania, tubuh Rania tergeletak di dekat motor nya yang rusak..

Rian hanya bisa menatap, tak bisa berkata apapun, banyak orang yang menghampiri rian dan Rania, ridwan tentunya langsung membawa rian menjauh, Rania sudah dibawa ambulans.

Ridwan memeluk Rian yang menahan tangis, ia mengecup kedua pelipis sang tuan muda.

"Jangan menangis oke? Mommy baik baik saja" ujar Ridwan memeluk Rian.

Sampai pada rumah sakit, daddy nya Rian sudah berada disana di depan ruang operasi.

Regas memukul Rian dibagian perut, membuat sang anak terpental, Ridwan hanya bisa diam dia tak bisa berbuat apa-apa.

Bugh

"Uhuk dad-"

"DIAM! SEMUA INI SALAH KAU ANAK TAK TAHU DIUNTUNG!"

Rian hanya menunduk mencerna omongan sang daddy, Ridwan membantu nya berdiri, Ridwan seakan paham situasi kalau posisi Rian terancam.

Pukul delapan malam dokter keluar dari ruang operasi Raina, dan menyatakan bahwa operasi gagal.

Hancur sudah pertahanan Regas dia menangis sejadi jadinya sambil menunjuk Rian yang menjadi objek sasaran amarah Regas.

"LENYAPKAN DIA!" teriak Regas, Rizal dan Rion hanya menunduk lemas mereka juga marah, kecewa dan sangat terpukul.

Ridwan yang siap siaga membawa Rian keluar dari rumah sakit, membawa anak itu ke tempat yang lebih aman.

"Om" panggil Rian pilu, mata nya menahan tangis dan nafasnya tersengal-sengal.

"Sabar tuan muda.."

Pemakaman sudah dilaksanakan, banyak wartawan datang untuk membahas kematian Raina, tentunya Rian menjadi sorotan karna memaksa Raina datang untuk menjemput dirinya.

Rian dilarang keluar kamar dan datang ke pemakaman sang mommy, ia hanya bisa menatap dari jendela bahwa dibawah masion nya ramai.

Ridwan setia menemani tuan nya, ia sangat paham bahwa ridwan menahan tangisan nya, ia merasa tidak pantas menangis karna ini kesalahan nya.

"Umh?" Pintu kamar terbuka menampilkan anak seusia nya masuk kekamar Rian.

"Hallo?" Sapa anak itu, Rian menoleh seumur hidupnya baru kali ini ada yang menyapa nya.

"GARA DIMANA KAMU?" teriak seorang wanita membuat Gara langsung bergegas keluar.

Tak jadi kenalan

Ridwan mengulurkan tangan nya pada Rian, Rian menghampiri Ridwan dan langsung memeluk nya.

"Ian gamau keluar agy" ujar nya lirih.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, cacian dan makian diterima oleh Rian.

Puncaknya dimana ia tidak kuat menahan cacian dan makian itu ia akan menghabisi nyawa nya, dengan cara menusuk nya dibagian perut.

Tapi, rencananya gagal karna Ridwan datang dan langsung memeluk nya, Ridwan menangis sambil mengucapkan kata kata penenang untuk Rian.

Rian sakit pada saat itu, bukan fisik nya yang sakit, tapi mental nya.

"Tuan apa yang anda lakukan?"

"Rian itu pembunuh om~ Ian mau bunuh Rian biar orang tidak marah lagi hehe~" lirih anak itu sambil terkekeh diakhir.

"Tuan saya mohon jangan lakukan hal itu, itu sangat berbahaya tuan!"

"Biarkan orang lain berkata apapun, mereka tidak mengetahui apa yang dirasakan oleh tuan"

"Ughh Ridwan!"

Pada saat itu Rian masih berusia 13 tahun, umur yang masih sangat amat muda, tapi Rian malah ingin menghabiskan nyawanya sendiri.

Rian memegang kepalanya, ingatan masa lalu nya muncul membuat dirinya sedikit pusing.

Rian menghela nafas nya, ia menatap kedua tangan nya yang dahulu ia pakai untuk menghabisi nyawa nya sendiri.

Ia menangis dalam diam itu baru sepenggalan ingatan yang masuk kedalam memory ingatan nya.




#TBC



lagii bahagia jadi up lagi hihi


Jadi Baby?! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora