"Terus abi dimana?" Tanya Gus Iksan.

"Pergi ke jakarta."

****

Abi Syakir baru saja mendarat dijakarta setelah lamanya perjalanan bandung ke jakarta lewat jalur udara. Setelahnya, abi Syakir dijemput oleh seseorang, menuju rumah keluarga Aisyah.

Sampai nya, abi Syakir disana. Ia melihat keadaan rumah yang sunyi. Tak ada satupun orang yang keluar saat abi Syakir menekan bel.

"Assalamualaikum!"

Pipp!

Suara klakson mobil membuat abi Syakir menoleh. Sebuah mobil hitam baru saja tiba disana. Keluar salah seorang pria paruh baya membuka gerbang.

"Pak kyai! Assalamualaikum!" Ucap kang Maman menyalami tangan Abi Syakir.

"Adhes mana?"

"Ada dalam mobil, pak. Sebentar saya-"

"Ada apa datang ke sini?" Tanya Papa Adhes bersahut. Ia keluar dari mobil bersama Bintang.

"Apa dari kalian ada yang bergologan darah B negatif?" Tanya abi Syakir langsung pada intinya, ia tak mau waktunya terbuang sia-sia.

"Istri saya," ucap papa Adhes merangkul Lisa.

"Bu Lisa, tolong ikut saya ke bandung. Aisyah butuh darah," ucap abi Syakir.

"Buat apa saya ke sana?" Tanya Lisa.

"Bu, masih bertanya buat apa? Ilham menelpon dari tadi kalian tidak mau angkat. Aisyah sekarat, dia harus transfusi darah secepatnya."

"Apa?!" Lisa sampai oleng mendengar kabar buruk itu. Keluarganya baru saja pulang dari melamar calon istri Bintang.

"Kenapa bisa?"

"Bu, jangan buang waktu untuk bertanya, mending ikut saya. Saya sudah pesan tiket, kita secepatnya ke bandara."

Semua mengangguk cepat. "Biar Bintang yang bawa mobil." Ucap Bintang, sangat panik.

*****

Sedangkan di ruangan nya, Aisyah berjuang melawan hidup dan matinya. Dokter memasangkan banyak alat di badan Aisyah.

"Mas Ilham..." Panggil nya pelan. "Arsya, Arsyi..."

"Umi!" Arsya bangkit dari tidurnya, anak kecil itu, segera keluar dari kamarnya menuju depan ndalem.

"Eh, Gus Arsya! Mau kemana?" Tanya Yuyun.

"Umi!" Panggil Arsya seperti orang linglung.

"Gus Arsya kenapa?" Tanya Yuyun menahan tangan Arsya.

"Mbak Yun, apa umi sama abah, Aca, udah datang?"

"Belum Gus. Sebentar lagi umi sama abah, Gus Arsya datang kok, sama adek barunya juga."

Arsya mengerjapkan polos. "Adek dalam perut umi, sudah keluar?"

"Iyaa, Gus Arsya pasti senang ya?"

Arsya mengangguk singkat. Ia melangkah memeluk tubuh mbak Yuyun. "Tapi perasaan Aca, nda enak mbak," Ungkap anak itu.

Aisyah Aqilah || TERBITحيث تعيش القصص. اكتشف الآن