Seventeen.

4.1K 102 0
                                    

Warning: aku akan double up malam ini.

Happy Reading!💅

***

Pagi tiba, matahari yang tadi masih malu malu menampakkan diri kini mulai memancarkan cahayanya sedikit demi sedikit, Suara kicauan burung juga turut ikut serta menyambut pagi yang terasa tenang ini.

Seorang perempuan dengan senyumnya sedang memandang luas pemandangan di depannya yang menampilkan keasrian di kaki gunung

Sejuk.

Menghirup udara segar di pagi hari rasanya sangat menyenangkan, padahal itu hanya hal kecil, namun bagi dia ini adalah ketenangan yang ia cari.

Selain sejuk, suasana disini sangat asri, di lingkungan ini masih terdapat pepohonan serta kebun teh yang memanjakan mata, dan tak lupa gedung gedung yang ramah lingkungan.

Kalea. perempuan itu menyesap kopinya dan kembali tersenyum kala ia merasakan rasa tenang dan damai disini

Apakah ia harus tinggal disini?

Rasanya seperti sudah lama ia tak mendapati suasana tenang seperti sekarang, suasana yang mampu membuat ia menikmati setiap detiknya.

Mengingat akhir akhir ini pikirannya lebih sering di dominasi oleh pikiran negatif, jujur, itu sangat mengganggu.

Namun, baru beberapa menit, atau bahkan hanya hitungan detik saja kalea berpikir demikian, ketenangan yang sedari tadi ia dapat sirna begitu saja kala bayang bayang suaminya, Arshaka. terlintas di pikirannya

‘bagaimana kabar lelaki itu?’

Ah! Kalea rasa tidak perlu ia tau tentang kabar arshaka, toh, sang empunya juga tidak peduli sepertinya.

“Le?!!”

Kalea memutar bola mata malas ketika suara nyaring itu terdengar di Indra pendengarannya, kenapa dia suka sekali berteriak sih? memangnya ini hutan?!

Ya walaupun ini termasuk daerah hutan siii...karena villa ini memang berada di antara pepohonan dan agak masuk ke area hutan, tetapi ini jelas tidak bisa di sebut hutan kan?

Ah sudahlah! tidak penting juga.

“Le! Astaghfirullah...di panggil malah ngelamun!”

Kalea menoleh pada Cika yang kini tengah berdiri di ambang pintu kamarnya yang berada di villa, perempuan cerewet itu sedang memandang kalea dengan ekspresi bodohnya!

Ya. setidaknya memang begitu menurut kalea.

Cika berjalan menghampiri tempat dimana kalea berada, sahabatnya itu entah kenapa suka sekali melamun akhir akhir ini

Ck!

“mikirin apa neng? mau si mbok bantu ngilangin otaknya gak?” tanyanya dengan nada guyon

Kalea bukannya tertawa, tetapi dia memandang Cika tidak habis Fikri! temannya ini emang suka di luar nurul!

“berisik ka!”

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang